Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 6 - Mencoba memilih jalan sendiri

Chapter 6 - Mencoba memilih jalan sendiri

"Sekarang, tidak adalagi halangan dan rasa ketidaknyamanan, melainkan ia harus bisa menguatkan diri di saat melewati setiap perjalanan hidupnya yang akan ia lalui sendiri.

Menarik kopernya dan terus melangkah, tapi tiba-tiba di depan pintu ternyata Gary bersama dengan Sera belum pergi. Mereka masih berdiri di sana. Saat kedatangan Kya dengan membawa kopernya membuat Gary merasa heran, sebab tiba-tiba saja wanita itu ingin pergi, dan ia tidak tahu dengan maksud dan tujuan dari Kya.

Tanpa merasa takut dengan kehadiran Sera di depannya, Gary pun segera melangkah sedikit lebih dekat kearah Kya, dan ia bertanya. "Loh? Mau pergi? Udah sadar ya cuma numpang di sini?"

Kya berpikir jika Gary akan sedikit memberikan simpati atas niat baiknya, tapi justru membuat Kya sangat terkejut atas semua pertanyaan yang jelas-jelas adalah penghinaan. Terlihat raut wajahnya Gary tertawa kecil sembari melirik kearah Sera, dan pasangan kekasih itu sama-sama menertawai kepergian Kya.

"Iya aku mau pergi, dan maaf kalau aku sudah menumpang di rumahmu. Tapi, sekarang aku sudah sadar sebaiknya memang aku tidak perlu datang ke sini. Sekarang kamu bebas memakai kamarmu kembali," sahut Kya dengan menundukkan wajahnya agar bisa menyembunyikan kesedihannya.

Meskipun Gary sangat senang mendengarkan hal itu, namun tiba-tiba saja ia teringat dengan pesan papanya yang harus menahan Kya sampai mereka bisa menahan nanti demi mendapatkan semua yang papanya inginkan. Walaupun merasa tidak tega karena tahu Kya hanya akan dimanfaatkan, tapi Gary juga tidak ingin jika posisinya di perusahaan harus digantikan.

Dengan cepat Gary menarik koper dari tangannya Kya, dan sontak membuat Kya dan Sera kebingungan dengan sikap yang pria itu perlihatkan.

"Kamu enggak boleh pergi," ucap Gary dengan tiba-tiba.

"Loh? Bukannya barusan kamu bilang aku harusnya bisa sadar. Jadi, kenapa sekarang kamu melarang ku pergi? Sini kembalikan koperku, aku tidak ingin berlama-lama di sini." Membuat Kya menjawab dengan ketus dalam pertanyaan yang membuatnya semakin kebingungan.

"Ya udah itu tadi, tapi sekarang aku udah berubah pikiran. Sekarang kembali dan masuk ke dalam rumah," paksa Gary tanpa ada sedikitpun tawa yang terlihat di wajahnya.

Sera merasa semua itu sudah begitu berlebihan, ia pun segera mengambil paksa koper itu, dan langsung mengembalikan kepada Kya. Membawa Gary lebih menjauh agar ucapan mereka tidak terdengar kepada orang lain.

"Sayang, kamu sadar enggak sih kalau kamu itu aneh? Kamu jelas-jelas suruh dia pergi, tapi tiba-tiba kamu juga suruh dia buat tetap di sini. Kamu ini gimana sih? Maunya itu gimana? Ingat, aku saja tidak tahu kedatangan wanita ini, tapi sekarang kamu sudah terlihat peduli dengannya. Apalagi kalau bukan karena kamu suka dia kan?" Sera begitu kesal sampai kecemburuannya begitu terlihat hingga tatapannya terlihat sangat sinis.

Dengan cepat membuat Gary menggenggam kedua tangannya Sera, pria itu tidak ingin kekasih tersayangnya salah paham hingga perlahan ia membisikkan sesuatu. "Sayang, aku sebenarnya tidak sungguh-sungguh meminta dia untuk kembali. Jadi, jangan terpancing emosi. Semuanya tidak benar, dan aku hanya sedang berpura-pura. Jadi, kamu sebaiknya diam karena nanti aku akan menceritakan semuanya. Ini demi agar aku bisa tetap bekerja di perusahaan ku, dan ini atas keinginan daddy."

"Tapi, kenapa Daddy mu ingin agar wanita ini tetap ada di sini. Ada apa sebenarnya? Kenapa aku tidak tahu? Ayolah aku bingung sekarang." Sera semakin ingin agar Gary bisa menceritakan semuanya tanpa perlu menunggu lama.

"Sudah ya, kamu tenang saja. Aku akan mengurus semua ini, sayang," ucap Gary dengan pelan seraya mengusap kedua pipi kekasihnya agar bisa lebih mengerti.

Gary pun melangkah mendekati Kya, namun wanita itu justru memilih untuk segera naik ke dalam mobilnya. Tapi, Gary juga berusaha lebih cepat agar bisa naik ke atas mobil yang sama. Hingga membuat Kya kesal karena walau diikuti oleh Gary.

"Turun!" bentak Kya dengan tatapan tajam yang ia perlihatkan.

"Aku minta maaf karena sudah berbicara seperti tadi. Jujur sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh melakukan semua itu. Jadi, jangan pergi, kamu seharusnya tetap tinggal di sini," ucap Gary seperti tidak ada apapun kesalahan yang sudah ia buat.

"Setelah apa yang kamu lakukan terus sekarang kamu meminta aku untuk tetap tinggal di sini? Gary, akan lebih baik jika aku pindah. Jadi, jangan menahan kepergian ku. Lagipula aku sudah mendengar kalau seharusnya sejak dulu aku ke luar dari sini." Kya tidak akan mempan di saat ia menyadari kehadirannya tidak diharapkan.

"Tidak seperti itu, jadi ayo turunlah." Gary kembali memaksa.

Tetap tidak ingin bahkan Kya memilih untuk berdiam diri di dalam mobil, meskipun Gary semakin berusaha, tetapi tetap saja tidak akan merubah segalanya. Tepat saat itu, Om Gio pun datang saat mendengar seperti ada keributan di luar rumahnya.

"Ada apa ini? Apa yang kalian ributkan?"

"Aku mau pergi, Daddy. Gary hanya berusaha melarangnya agar tetap di sini, tapi dia tidak mau. Padahal Gary sudah sangat berbuat baik menerima kehadirannya di sini," sahut Gary dengan pengaduannya.

Terlihat raut wajah Kya yang tiba-tiba berubah menjadi sedih, bukan karena apa-apa, tapi sikap Gary yang dengan jelas-jelas menentang kehadirannya. Akan tetapi, di depan sang ayah pria itu dengan sengaja berusaha untuk membenarkan ucapannya, agar orang lain terlihat yang bersalah.

"Kya sayang, meskipun memang kamu sudah izin sama Om buat pindah rumah, tapi kan niat baik hatinya Gary ingin kamu tetap tinggal. Ayo, Kya, kalau memang kamu tidak keberatan mari kita ke rumah. Om yakin, Gary sekarang sudah bisa menerima kehadiranmu di sini," ajak Om Gio sembari mengulurkan tangannya agar Kya dapat menerima.

Tetapi juga gelengan kepala yang Kya perlihatkan. Gadis itu tidak ingin mengulangi hal yang sama seperti yang sudah ia yakinkan di dalam dirinya. Keinginannya untuk hidup mandiri meskipun harus melewati banyak rintangan dalam ketidakmampuannya, ia akan tetap terus melanjutkan hidup demi bisa membahagiakan diri sendiri.

"Maaf, Om. Seperti yang sudah aku bilang, mungkin lain kali aku akan datang ke sini, dan tali persaudaraan kita juga akan tetap baik meskipun aku akan memilih tinggal di rumah yang sebelumnya. Om jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Kalau begitu tolong Gary ke luar dari mobil karena aku mau pergi," sahut Kya yang tetap berpegang teguh dengan pendiriannya.

Terlihat begitu manja, meskipun Kya mencoba agar terlihat dewasa. Tapi percuma, dari caranya bicara jelas-jelas Kya sangatlah manja. Bawaannya sebagai putri tunggal pun hingga membuat dari segi bicara dan selalu ingin diperhatikan. Gary menyadari akan keinginan dari gadis itu, tapi dia tidak suka dengan wanita yang manja. Sebab, dia lebih menyukai wanita yang bisa mandiri dan memiliki karir yang cerah.