Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 24 - Pikiran yang sama-sama kacau

Chapter 24 - Pikiran yang sama-sama kacau

"Dia? Memangnya dia siapa yang sedang Kya katakan ini?" batinnya Lucas ketika mendengar wanita itu terus bersikap bodoh dengan kesedihannya sendiri, dan tanpa ingin mengatakan apapun kepadanya.

Semakin keras Lucas memaksa agar wanita itu dapat memberitahukan segala kesedihannya, tapi semakin keras pula Kya menahan untuk tidak membeberkan ketidakadilan yang sedang ia rasakan ini. Sampai akhirnya, membuat Lucas hanya bisa bersabar, dan tidak ingin memaksa kehendak.

"Ya sudah kalau memang kamu tidak ingin memberitahukannya, tidak apa. Aku bisa mengerti kalau memang kamu belum siap, tapi setidaknya sekarang kamu harus mau untuk aku antar pulang," pinta Lucas dengan lemah lembut.

Menjawab dengan gelengan kepala yang perlahan, dan berkata. "Aku tidak ingin pulang, jadi kamu pulang saja sendirian. Sudahlah jangan terus mengganguku."

"Kya, aku akan segera pulang jika kamu tidak lagi berniat untuk bunuh diri. Tapi, jika kamu masih bertekad maka aku akan menunggumu sampai esok pagi di sini," tegas Lucas dengan pendiriannya.

Membuat Kya merasa lelah dengan keputusan yang sedang Lucas ambil. Hingga dirinya tidak bisa leluasa melakukan banyak hal. Akhirnya, Kya memilih untuk bangkit dari pantai itu dan berjalan kearah mobilnya sendiri tanpa mengatakan pamit kepada Lucas.

Sontak membuat pria itu semakin kebingungan dengan sikap Kya yang terus tidak menentu. Bahkan dirinya takut jika sewaktu-waktu Kya kembali nekad dengan melakukan hal yang bodoh dalam mengendalikan mobilnya.

"Kya, bagaimana jika kamu pulang denganku? Dan mobilmu akan aman di sini. Nanti aku akan mengantarkannya untukmu," saran Lucas dengan terus berusaha mencoba mengikuti setiap langkah dari wanita itu.

"Aku tidak mau," jawabnya secara perlahan dengan ekspresi wajahnya yang datar.

Semakin membuat Lucas kebingungan dengan sikap dari Kya, hingga akhirnya Lucas memilih untuk terus mengikuti langkah wanita itu.

Bahkan diam-diam Lucas juga mengikuti mobil Kya dari belakang sampai akhirnya tiba di sebuah kediaman keluarga yang tidak asing baginya.

"Tunggu dulu, bukannya ini rumahnya Gary? Tapi, kenapa Kya pulang ke sini? Sebenarnya ada hubungan apa mereka?" gumam Lucas sampai membuat ia menghentikan mobilnya dengan sembarang tempat.

Ingin segera ikut masuk ke dalam pekarangan rumah tersebut, namun suara klakson mobil di belakang justru membuat niatnya terhambat. Lucas pun memilih untuk segera pergi karena mobilnya yang sampai membuat jalanan itu padat akan kemacetan.

Ketika sampai di rumah, dengan sengaja Kya memilih masuk melalui pintu belakang karena dirinya tidak ingin ada satupun orang yang melihat kehadirannya dengan pakaian yang berantakan.

Masuk ke dalam kamarnya sendiri dan memilih untuk merendamkan tubuhnya dengan tangisan yang ikut serta.

Meringkuk di dalam kamar mandi dengan penuh kesedihannya. "Bahkan sampai sekarang Gary masih memiliki hubungan dengan wanita itu, lalu kenapa dia meminta untuk menikahi ku? Apakah aku tidak berhak bahagia?"

Kesedihan yang amat dalam sungguh membuatnya begitu tertekan, namun ia tidak ingin rasa sedih itu sampai membuatnya lupa bagaimana caranya bahagia? Akhirnya, Kya memilih untuk menenangkan diri dengan istirahat sejenak.

Di lain tempat, Gary bersama dengan Sera sedang menikmati keindahan alam pengunungan setelah pergi jalan-jalan disekitar kota. Dengan sengaja pria itu mengajak sang kekasih untuk berlibur sejenak dengan pemandangan yang indah. Apalagi udara segar pengunungan yang masih asri membuat Sera begitu bahagia.

Rangkulan tangan yang tiada hentinya lepas, sampai membuat Sera begitu bahagia bersandar di atas bahunya Gary.

"Sayang, apa kita akan menginap di sini? Kamu lihat kan bahwa tempat ini begitu indah untuk kita menginap," tanya Sera dengan tiba-tiba.

"Menginap? Lain kali saja, sayang. Aku masih memiliki pekerjaan yang belum aku selesaikan, dan hari ini aku pikir sudah cukup untuk membuatmu bahagia," sahut Gary dengan alasannya yang masuk akal.

"Ish! Kamu selalu saja begitu! Padahal aku sangat ingin kita menginap apalagi di tempat yang indah seperti di sini," protes Sera dengan raut wajahnya yang terlihat kesal. Sampai melepaskan tangannya Gary yang sedang merangkul pundaknya.

"Ayo dong ... Jangan marah, sayang. Masih ada waktu lagi untuk kita menginap di sini. Kamu yang sabar ya." Gary berusaha mengembalikan keceriaan di wajah kekasihnya.

"Males ah sama kamu! Maunya pentingkan kamu aja. Ya sudah sekarang kita langsung pulang, aku lagi bete!" cetus Sera dengan penuh kekesalannya. Hingga membuat dirinya lebih dulu melangkah pergi dari tempat itu.

Membuat Gary mengusap wajahnya dengan cepat ketika melihat sikap Sera yang selalu saja bertingkah. Bahkan setiap adanya perjalanan liburan mereka tidak pernah untuk melewatkan pertengkaran. Gary mencoba bersabar, dan mengikuti langkahnya Sera dari belakang.

Namun tiba-tiba saja, wanita itu menghentikan langkahnya sembari menoleh dengan tatapan tajam.

"Kamu ini jalannya lama banget sih! Aku udah capek tahu mau cepat-cepat sampai mobil," bentak Sera dengan terus bersikap seenaknya.

Semakin keras Gary untuk terus bersabar, hingga dia tidak menjawab dan hanya membalas dengan anggukan kecil.

Setiba di dalam mobil, raut wajahnya Sera terus-menerus tidak enak untuk dipandang, dan sampai akhirnya Gary memilih untuk tidak melanjutkan perjalanannya itu.

"Sayang, bisa enggak sih kamu senyum sedikit aja?" protes Gary dengan kesabaran yang tinggal seujung jari.

"Jadi, kamu marah padaku, begitu? Oh apa kamu lupa di sini siapa yang salah? Harusnya kamu paham dong, sayang. Bahwa hubungan kita sudah berjalan lama, tapi kamu sepertinya ingin bermain-main denganku. Bahkan kamu juga belum menikahi ku juga, selalu hanya janji-janji manis yang terus kamu ucap," serang Sera dengan tidak ingin mengalah.

"Ya ampun, dia mulai lagi," gumamnya Gary.

"Ah sudahlah kamu menyebalkan! Lebih baik jangan temui aku sampai satu Minggu ke depan! Sekarang aku akan pulang sendiri." Sera segera membanting pintu mobil dengan keras, dan memilih untuk pulang dengan menggunakan taksi yang baru saja lewat.

Lagi-lagi membuat Gary selalu saja harus mengalah dengan setiap tingkah laku yang sedang Sera perlihatkan. Semakin hari hubungan mereka sudah tidak adalagi kenyamanan, bahkan Gary juga bingung dengan melihat kekasihnya itu.

Tidak membuat Gary mengejar kekasihnya, dan justru ia kembali pulang seorang diri.

Pikiran Gary yang masih belum tenang, membuat dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sampai tiba di rumah hanya sekitar lima belas lamanya.

Sang Daddy sudah menunggu kedatangannya di ruang tamu, dan meminta untuk Gary ikut duduk bersama.

"Panggilkan istrimu, Gary. Ada hal penting yang ingin Daddy sampaikan kepada kalian berdua," perintah Daddy Gio.

"Apalagi sih, Dad? Aku sedang lelah sekarang."

"Kamu ini udah nikah masih aja ngeluh seperti anak kecil. Sudah sana panggilkan cepat istrimu karena Daddy tidak punya banyak waktu di sini. Apalagi sejak tadi Daddy tidak melihat istrimu." Daddy Gio terus memaksa.