"Kenapa Gary bertingkah seperti ini? Padahal kita sudah sah, dan mandi bukanlah perkara yang terlalu berat sampai aku harus ke luar dari kamar ini," batinnya Kya yang merasa heran dengan perubahan sikapnya Gary yang tiba-tiba berbeda.
Masih terdiam di tempat, tapi justru Kya semakin kebingungan dengan sikap yang sekarang suaminya perlihatkan. Dengan keberaniannya Kya berkata. "Mas, aku tidak ingin pergi dari kamar kita. Begitupun dengan panggilan yang harus memanggilmu dengan sebutan nama. Biarkan aku memanggilmu seperti ini agar kita bisa semakin akrab."
"Ya sudah terserah dirimu saja." Gary segera pergi masuk ke dalam kamar mandi, dan meninggalkan istrinya yang masih di dalam kebingungan.
Hanya bisa bersabar menerima sikap perubahan Gary yang tiba-tiba, dan Kya memilih untuk menunggu sampai suaminya selesai. Namun, saat itu ia tidak sengaja melihat ponselnya Gary yang tergeletak di atas ranjang tempat tidur.
"Kalau misalnya aku ambil ponselnya, Gary marah enggak ya? Aku masih penasaran," gumam Kya dalam kebimbangan hati.
Sedikit lama berpikir, lalu akhirnya Kya mengambil ponsel itu dengan perlahan. Membuka ponsel tersebut, dan ternyata tidak ada sandi pengunci di layar ponsel. Meskipun Kya baru menemukan orang yang masih tidak memiliki kunci privasi, namun ia mencoba berpikir positif.
Perlahan-lahan menyusuri penyimpanan data milik Gary di ponselnya hingga akhirnya terlihat sebuah album khusu milik Gary bersama dengan wanita lain. Sungguh membuat hatinya Kya tersakiti, lantaran hari pertama pernikahan ia sudah menemukan bukti-bukti jelas bahwa Gary masih berhubungan baik dengan wanita itu.
"Ini kan yang namanya Sera, kekasihnya Gary. Apa mungkin benar mereka masih berhubungan? Tapi, memang aku tidak mendengar mereka telah berpisah. Sebaiknya aku tanyakan saja semua ini kepada Gary nantinya," gumam Kya, dan kembali melanjutkan melihat gambar yang lain.
Semakin ia melihat ke bawah, dan justru semakin membuatnya merasa kesal. Meskipun ia tahu bahwa sekarang ia sedang mencari penyakit untuk menyakiti, tapi semua itu tentunya membuat Kya berusaha ingin tahu semuanya.
Ketika Kya sedang mengotak-atik ponselnya Gary, tiba-tiba saja pemiliknya ke luar, dan dengan cepat merampas ponselnya dari tangan Kya. Tatapan Gary begitu tajam ketika melihat tingkah laku Kya yang sangat kurang ajar, bagi Gary.
"Hey! Kenapa kamu membuka ponselku tanpa bilang padaku terlebih dahulu?" tanya Gary dengan cepat dan suaranya yang lantang.
"Aku hanya ingin tahu saja tentang suamiku. Memangnya tidak boleh? Kita sudah menjadi suami dan istri, Gary? Salahkah?" Kya berusaha membela dirinya dan bertekad untuk tetap tenang, tanpa ingin ikut-ikutan marah.
"Jelas saja salah! Meskipun kita sudah menikah, tapi aku juga membutuhkan privasi yang hanya diriku saja yang tahu, Kya. Kamu ini susah sekali diatur ya. Sekarang ke luar dari kamarku, cepat!" paksa Gary sampai menarik tangannya Kya dengan kasar.
"Aw! Sakit." Kya meringis menahan kesakitan sampai membuat tangannya memerah.
"Jangan manja kamu. Sana cepat ke luar!" pekik Gary ketika melihat Kya hampir saja menangis.
Berlinang air mata membuat Kya benar-benar berusaha kuat untuk menahan tangisnya. Namun, justru Kya tidak ingin pergi dari dalam kamar itu sebelum ia mendapatkan penjelasan terlebih dahulu. Dengan memberanikan dirinya untuk berdiri, seolah-olah ingin menentang amarahnya Gary. Meskipun tangannya sedang kesakitan.
"Kenapa sikapmu sangat berbeda ketika sudah menjadi suamiku, Gary? Bahkan aku melihatmu seperti Gary yang pertama kali aku kenal, kamu kembali dingin dan kasar. Apa kamu lupa dengan pernikahan kita yang baru saja terjadi? Bahkan di ponselmu masih tersimpan ambil kenangan dengan Sera," tanya Kya dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Membuat Gary terdiam, namun batinnya berkata. "Jadi, dia juga sudah melihat album kesayanganku dengan Sera. Apa aku harus jujur saja? Tapi, tidak ini baru permulaan."
"Aku dengan Sera sudah tidak adalagi hubungan saat kita pergi makan malam bersama, dan memang album ini masih tersimpan karena menurutku tidak ada pentingnya itu. Jadi, sudahlah jangan banyak bertanya dan keluarlah sekarang, dan satu hal lain, sikapku memang seperti ini. Oleh karena itu, turuti apa yang suamimu ini perintahkan, sudah sana pergi." Gary membantah tanpa merasa bersalah bahkan mengusir istrinya.
"Tidak mau," bantah Kya sembari mengelengkan kepalanya.
Membuat Gary menarik nafasnya dengan memburu ketika melihat Kya bersikap keras kepala. Memang Gary tahu wanita itu selalu dimanja oleh ayahnya, hingga menimbulkan keras kepala yang membuat Kya semakin tidak ingin mendengarkan ucapannya.
Kesal dengan sikap Kya yang tidak penurut, dan dengan terpaksa Gary memakai pakaiannya dengan keberadaan Kya masih di tempat. Selesai sudah ia bersiap-siap, dan segera ke luar dari kamarnya. Namun, tidak Gary duga saat itu kekasihnya sudah berada di ruang tamu bersama dengan adik kandungnya.
Sera segera berlari ketika melihat Gary berjalan kearahnya. Memeluk erat tubuhnya Gary karena rasa rindunya, bahkan Sera terlihat begitu manja di saat Gary membalas pelukannya.
"Kamu sudah lama menungguku, sayang?" tanya Gary.
"Ya, tapi Larissa yang menemaniku jadi aku tidak terlalu lelah. Ngomong-ngomong ada acara apa sampai rumahmu di hias seperti sekarang?" tanya Sera ketika melihat beberapa dekorasi perlengkapan pernikahan masih belum semuanya dibereskan.
"Um, tadi itu Daddy mengundang teman-teman alumni sekolahnya ke sini, dan ya biasalah namanya orang tua mungkin suka dengan desain yang bagus seperti anak jaman sekarang. Sayang, sebaiknya kita segera pergi karena aku ingin berlama-lama denganmu. Di rumah itu enggak enak." Gary berusaha berbohong, dan takut jika pertanyaan baru yang justru Sera berikan. Hingga membuatnya ingin sekali cepat pergi dari rumahnya.
"Benar, kak. Aku juga mau mengundang temanku di rumah. Jadi, memang lebih baik kalian bermain di luar rumah," sahut Larissa dengan menjaga rahasia kakaknya.
"Baiklah, sayang. Aku ikuti dengan kemauan kamu saja. Ayo kita bermain," sahut Sera dengan anggukan kecil.
"Tentu saja, sayangku." Dengan mesra Gary merangkul pundaknya Sera, dan keduanya berjalan ke luar setelah berpamitan dengan Larissa.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi Kya sudah berdiri di pintu kamarnya, dan melihat semua perlakuan Gary yang manis terhadap wanita lain, walaupun saat itu ia tidak begitu jelas mendengar apa yang mereka bicarakan karena memang jarak yang sedikit jauh. Akan tetapi, sungguh membuat hatinya Kya kebingungan dengan sikap Gary yang sangat berbeda padanya.
Ditambah sekarang statusnya bukan lagi sebagai teman, melainkan seorang istri. Tapi, justru Kya menyesali telah memilih menjadi seorang istri. Hal itu membuat dia segera melangkah mendekati kearah Larissa.
"Sebaiknya aku tanyakan semua ini kepada Larissa, dia mungkin saja mau memberikan aku petunjuk agar aku dapat membuat Gary menginginkan diriku lagi," gumam Kya dan berjalan lebih cepat.