Membalas jabat tangan sembari berkata. "Aku Kya, salam kenal."
"Wow! Sesuai dengan namanya cantik, dan juga wajahnya lebih cantik. Tapi, ngomong-ngomong jangan mau sama dia ya. Awas nanti kamu jadi di tinggalin," bisik Lucas dengan sengaja ingin bercanda. Melihat reaksi Kya yang sempat percaya, Lucas langsung tertawa lepas, lalu berkata. "Ya ampun, kamu polos sekali. Aku hanya bercanda, Kya."
"Ya tidak apa-apa," sahut Kya dengan perlahan.
"Hey! Jangan bisikan kata-kata iblis mu pada gadis sebaik Kya ini, Lucas," canda Gary sambil menepuk pundak temannya.
"Ayolah, brother, kamu ini pelit sekali. Aku hanya berbisik dengan kata-kata manis, iya kan, Kya?"
Menjawab dengan anggukan kecil sembari tersenyum tipis, Kya tahu bahwa Lucas terlihat seperti pria yang senang bergurau hingga dia tidak begitu mendengarkan setiap bisikan yang sudah ia dengar.
"Kalau begitu aku pamit dulu ke tempat duduk disebelah karena gebetan ku sudah datang. Kya, lain kali sampai jumpa," ucap Lucas sembari melambaikan tangannya. Ia pun pergi, dan membuat Gary menoleh kearah temannya itu dengan terus geleng-geleng kepala di saat melihat sikap Lucas yang selalu bisa mencari perhatian dengan banyak wanita.
"Kya, ayo lanjutkan makan, dan tidak perlu hiraukan sifatnya memang seperti itu. Dia anak yang ramah, tapi juga jangan terlalu dekat dengannya jika kalian tidak sengaja bertemu karena dia suka sekali bergonta-ganti pasangan. Jadi, aku tidak mau kamu jadi salah satu dari wanita itu," ucap Gary dengan tiba-tiba, padahal Kya tidak sampai berpikir untuk berkenalan jauh dengan Lucas.
Membuat Kya menjawab dengan anggukan kecil, namun ada hal lain yang sedang ia pikirkan. Membuat dirinya merasa salah paham dengan semua nasehat tentang Lucas, Kya berpikir jika saat ini Gary sedang berusaha menutupi kecemburuannya. Melanjutkan santapan lezat di malam hari, membuat Kya kenyang dan puas sakan setiap perlakuan manis yang sudah Gary tunjukkan hari ini.
Sudah waktunya pulang, namun entah mengapa begitu berat bagi Kya untuk melangkah pergi dari restoran itu. Baginya, ia masih sangat ingin berada di tempat itu karena bisa berduaan dengan Gary, dan dengan puas bisa menatap wajah pria itu. Namun, semua keinginannya tidak memungkinkan terjadi karena Gary sudah mengajaknya untuk segera pergi.
Kya berpikir Gary tidak akan menggandeng tangannya lagi, tapi perkiraannya ternyata salah. Rupanya Gary terus menggandeng tangannya sampai di depan mobil, sikap kecil itu kembali membuat Kya merasa seperti satu-satunya wanita yang paling bahagia saat ini. Tiada hentinya ia selalu menatap kearah Gary dengan tatapan yang penuh cinta.
Udara malam yang sejuk, membuat Kya kedinginan meskipun sekarang ia berada di dalam mobil. Sebab, saat itu Gary lupa untuk menutup kaca mobil hingga tidak sadar bahwa Kya menggigil. Ditambah gaun indah itu sedikit terbuka hingga membuat Kya semakin merasa kedinginan.
Saat Gary mulai tersadar dengan kecerobohannya, ia pun segera menghentikan mobilnya sembarangan tempat. Melepaskan jas ditubuhnya, dan segera memasangnya di atas tubuhnya Kya. Membuatnya menatap kearah Kya sembari bertanya. "Kenapa kamu tidak langsung menutup kaca mobilnya, Kya?"
"Aku pikir kamu sengaja membukanya, Gary. Maafkan aku," sahut Kya dengan perlahan.
"Sudah tidak perlu minta maaf."
Menjawab dengan anggukan kecil, dan dengan sengaja Kya merebahkan kepalanya di atas bahunya Gary sembari berkata. "Gary, izinkan aku bersandar di bahu mu sebentar saja."
"Baiklah," sahut Gary dengan pelan, dan sengaja tidak melanjutkan perjalanan itu. Ia terdiam sembari menatap kearah depan, membuatnya harus bisa pasrah dengan semua permintaan Kya meskipun batinnya berkata. "Jika bukan karena Daddy yang meminta ini semua maka aku tidak akan mau melakukannya."
Teringat dengan sesuatu, ditambah udara malam yang sukses menjadi penentu. Gary menatap kearah Kya yang sedang berada di dekatnya. Tiba-tiba saja ide gila terlintas di dalam benaknya hingga membuat batinnya berkata. "Bukankah aku menginginkan agar Kya bisa selamanya berada di dalam kekuasaan keluargaku? Maka dengan begitu aku harus membuatnya tunduk malam ini juga."
Demi bisa menjalankan sebuah rencana gila yang sudah Gary pikirkan, ia pun pelan-pelan membawa Kya ke dalam pelukannya, dan melepaskan jas yang sedang terpakai. Keduanya saling menatap satu sama lain, dan tiba-tiba Gary memberanikan dirinya memberi sebuah kecupan manis di bibirnya Kya.
Tanpa Kya sadari tangannya sudah merangkul erat di lehernya Gary. Kecupan semakin mendalam, dan membuat Gary mulai melanjutkan dengan adegan yang lebih dalam. Dalam perlahan, Kya terlihat mulai pasrah hingga tidak sadar wanita itu menjerit kecil dalam desahan yang membuatnya melayang terbang.
Kini ia menyerahkan segalanya untuk Gary tanpa berpikir panjang. Dingin tubuhnya telah berganti dengan kehangatan yang sedang disatukan oleh Gary. Tidak peduli di tepi jalan atau di dalam mobil sekalipun. Hujan pun turun menyambut kebersamaan mereka, dan dalam sekejap mahkota berharga yang sudah bertahun-tahun Kya jaga kini telah direnggut tanpa ada paksaan.
Keduanya pindah ke kursi tengah, di saat menyadari kursi depan begitu sempit. Membuat mobil itu bergoyang hingga keduanya mengeluarkan pilu keringat dingin. Mata Kya terpejam, dan memeluk Gary dengan begitu erat. Terjatuh dari dasar yang paling tinggi di saat keduanya telah sampai di tiang tertinggi. Gary melemah, dan mendekap erat tubuhnya Kya.
Tatapan Kya tidak hentinya melihat wajah Gary dengan begitu dekat, hingga ia berkata dengan sangat pelan. "Aku mencintaimu, gary."
Namun, pria itu tidak menjawab melainkan hanya tersenyum manis sembari membalas dengan kecupan singkat. Bagi Kya, itu artinya sudah menunjukkan rasa sayang, tapi tanpa ia sadari semua kesakitan akan terjadi mulai dari sini.
Merasa lega dengan semua hal yang telah mereka melakukan, bahkan Gary telah menanam benih cinta di dalam dirinya Kya, meskipun bagi Kya itu adalah benih cinta, tapi sejujurnya hanya menjadi ikatan yang akan membuat wanita itu tidak bisa pergi jauh.
Membantu rapi merapikan gaunnya, dan sedikit gurauannya. Ia pun segera melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang. Keduanya sama-sama terdiam, padahal baru saja mereka melewati malam yang panas. Akan tetapi, saat itu Kya sedang menuliskan di dalam sebuah catatan ponselnya tentang kejadian hari ini dengan memberikan tanda love, dan juga tanggal. Kenangan itu ia tulis dengan lambang cinta.
Membuat Kya tersenyum seorang diri, namun hal itu membuat Gary penasaran. Pria itupun bertanya. "Apa yang sedang kamu lihat sampai tersenyum seperti itu, Kya?"
"Oh itu, aku sedang menulis sesuatu di dalam diary ponselku tentang kisah indah kita berdua malam ini. Jujur ini pertama kalinya bagiku, Gary. Jadi, aku harus menuliskan kisah pertama ini untuk bisa selalu aku ingat sampai tua nanti," sahut Kya tanpa menatap kearah Gary, dan semakin fokus dengan ponselnya.