Chereads / AKU DAN MAS DIREKTUR / Chapter 6 - BOBOT, BIBIT DAN BEBET

Chapter 6 - BOBOT, BIBIT DAN BEBET

Malam ini, emosi Sugondo benar-benar telah memuncak. Sugondo meninggalkan Surya begitu saja yang masih terpaku dan terdiam karena menyadari akan kesalahan fatal yang di perbuat oleh Bagas, putra semata wayangnya.

Keluarga Surya akhirnya pun kembali ke hotel tempat mereka menginap.

"Sebenarnya apa yang terjadi dnegan Bagas. Mama ini was-was sekali," ucap Anita pelan. Tubuhnya sudah lelah dan sudah di rebahkan di kasur empuk.

"Entahlah Mah. Papah sendiri masih belum bisa menghubungi Bagas," ucap Surya pelan.

Kedua matanya terpejam, dan ponselnya sengaja di letakkan di bawah bantal agar bila ada telepon masuk bukan hanya nyaring bunyinya saja yang terdengar, tapi juga getarannya terasa menyentuh kulit tubuhnya.

Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Surya sudah tertidur pulas, nyata terlihat dari dengkuran halus yang mulai sedikit mengganggu telinga Anita. Sampai jam segini, Anita masih terjaga. Hatinya masih cemas dan panik. Anita kenal betul, bagaimana Bagas, anaknya itu.

Ponsel Anita berbunyi nyaring, nama Bagas muncul di layar depan ponsel moderen itu. Dengan cepat ANita langsung mengakat sambungan telepon itu.

"Hallo ... Bagas? Kamu dimana Nak? Mamah cemas sekali dengan keadaan kamu," tanya Anita dnegan rentetan pertanyaan ala emak-emak yang takut kehilangan brondongnya.

"Bagas baik-baik saja Mah. Bagas ad di Bandara. Yogyakarta. Mamah menginap di hotel mana?" tanya Bagas pelan. Suaranya tampak sangat lesu. Bagas tahu dirinya salah, dan akan mempertanggung jawabkan semuanya.

"Mama ada di hotel XX, Kamu langsung kemari Nak. Keluarga Besan, marah besar, semua kacau karena kamu tidak datang," lirih Anita berucap. Ada kekecewaan mendalam yang terdengar dari suaranya yang nampak bergetar.

"Sudah Mah. Jangan bahas masalah ini di telepon. Bagas ke hotel sekarang. Setelah ini kita bicarakan baik-baik dan cari solusi terbaik," ucap Bagas pelan.

Bagas pun langsung menutup sambungan teleponnya sepihak. Dengan cepat Bagas mencari taksi online untuk mengantarkannya ke hotel dimana kedua orang tuanya menginap.

Malam telah larut. Bagas sudah berada di kamar hotelnya. Mama Anita menyuruhnya istirahat dahulu, karena Papa Surya sudah terlelap.

Di malam yang sama, Kinan sudah berangkat menuju kota besar Jakarta impiannya menggunakan kereta cepat. Shella kekasih Dimas akan menjemput calon adik iparnya itu di stasiun dan mengajaknya untuk tinggal bersama secara sementara sampai Kinan benar-benar di terima di perusahaan tersebut.

Kinan duduk bersandar dan memejamkan kedua matanya. Tubuhnya sudah lelah.

Tepat, sekitar pukul empat pagi, keeta cepat itu sudah berhenti di stasiun terakhir, stasiun gambir. Shella sudah menunggu di kursi tunggu.

"Kinanti!!" teriak Shella dari arah samping saat melihat Kinanti yang perawakannya sama persis dengan foto yang di berikan Dimas. Maklum dua sejoli ini LDR-an jadi tidak mengenal saudara kandung satu sama lain, kalau tidak di tunjukkan memalui foto.

Kinanti menoleh ke arah asal sara. Terlihat gadis cantik nan ayu tersenyum ramah kepadanya.

"Mbak Shella? Calon Kakak Ipar?" teriak Kinanti dengan heboh sambil memeluk Shella dengan erat.

Kinanti baru merasakan jauh dari kedua orang tuanya dan kedua kakak kandungnya yang sellau menjaganya. Kini, berada di stasiun sebesar itu, Kinanti merasa seperti orang hilang dan seperti orang asing.

"Kinan? Kamu menangis?" tanya Shella pelan arena mendengar suara isak tangis sesegukan.

Shella melepaskan pelukan Kinan dan menatap sendu wajah Kinan yang sudah baah dan memerah karena air mata.

"Kamu kenapa? Kenapa juga harus menangis? Ini tempat umum, jangan menangis. nanti di kira, aku melakukan hal buruk terhadapmu," ucap Shella menasehati

Kinan pun menghapus air matanya dengan punggung tangannya secara asal. Lalu, mengedarkan pandangannya ke seluruh arah di stasiun itu.

"Mbak ... Aku laper. Biasanya ada Ibu, amkanya aku sedih," ucap Kinan pelan dengan jujur.

Sontak Shella menahan tawanya saat mendengar ucapan Kinan yang beitu jujur dan polos itu.

"Ya ampun, Kinan. Mbak pikir kamu kenapa? Ternyata cuma lapar? Ayo, mau makan apa? Biar Mbak yang traktir kamu," ucap Shella pelan sambil tersenyum manis.

"Arghh ... Di traktir ya. Ekhem, hamburger. Boleh Mbak?" tanya Kinanti dengan senyum yang lucu.

Gadis manja itu memang sangat polos sekali. Sikapnya masih sangat kekanak-kanakan.

Shella mengangguk pelan dan tersenyum.

"Boleh. Mau apa saja, Mbak Shella yang akan bayarin semuanya," ucap Shella pelan.

"Asyik. Yuk, Mbak? Kinan sudah lapar," ucap Kinan dengan nada manja.

Shella pun membantu membawaka koper besar milik Kinan hingga di parkiran mobil.

"Hari ini kamu interview dimana, Kinan?" tanya Shella dengan suara lembut.

Dua koper itu sudah di simpan di dalam bagasi mobil. Lalu, keduanya masuk ke dalam mobil dan mencari tempat makan sesuai dengan keinginan Kinan.

"Surya Group. Mbak Shella tahu dimana tempatnya?" tanya Kinanti pelan.

Sejenak, Shella agak berpikir. Mengingat gedung Surya Group itu ada di mana.

"Iya. Nanti biar aku antar. Kebetulan hari ini, aku kerja shift malam," ucap Shella pelan.

Kinanti mengaguk pelan. Menurut apa yang di katakan Mbak Shella sesuai dengan nasihat Mas Dimas.

Setelah selesai membungkus makanannya, KInanti dan Shella kembali ke kos Shella. Kamar kos itu cukup luas dan besar. Kamarnya sangat rapi dan bersih. Cermin meja rias itu nampak berkilau dengan foto-foto yang tertempel disana.

Kinanti menatap beberapa lembar foto yang sengaja di pajang oleh Shella.

"Ini Mas Dimas?" tanya Kinannti basa basi. Ternyata hubungan keduanya sudah cukup lama, itu terbukti dengan foto-foto lama yang masih menggunakan seragam putih abu sekitar beberapa tahun lalu lamanya.

Shella tersenyum dan mengangguk pasrah.

"Ganteng ya?" goda Shella kepada Kinanti, Calon adik iparnya itu.

"Bukannya seharusnya Kinan yang bicara begitu pada Mbak Shella? Kok malah Mbak Shella yang menggoda Kinan? Memangnya Mas Dimas pacar Kinan?" ucap Kinanti tertawa lepas.

"Oh ... Salah ya?" tawa Shella semakin terkekeh. Sebenarnya Shella gugup bila hubungannya harus di ketahui secara publik. Apalagi ini di ketahui oleh Kinanti yang notabene adalah adik kandung Dimas.

"Kok bisa sih? Mbak Shella suka sama Mas Dimas? Mas Dimas itu gak ada manis-manisnya," ucap Kinan dengan cueknya.

"Memang Mas Dimas itu air mineral yang harus ada manis-manisnya?" jawab Shella asal.

Keduanya pun terkekeh bersama.

"Kinan belum punya pacar?" tanya Shella kemudian.

Kinan pun menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak punya," jawab Kinan dengan jujur.

"Kinan pernah punya pacar? Atau pernah pacaran? Atau pernah dekat dengan lawan jenis?" tanya Shella kemudian.

Kinan pun menggelengkan keplanya dengan cepat.

"Gak pernah. Kinan itu dari dulu ndak boleh dekat-dekat sama lelaki. Bapak selalu bilang, jangan mau di tipu lelaki, dan kalau cari jodoh itu hrus sesuai dengan bibit, bobot dan bebetnya. Begitu Mbak Shella," ucap Kinan pelan menjelaskan.