Chereads / AKU DAN MAS DIREKTUR / Chapter 10 - PIMPINAN PERUSAHAAN

Chapter 10 - PIMPINAN PERUSAHAAN

"Apa anda tidak dengar? Atau pura - pura tuli? Saya bilang, anda masuk ke dalam ruang Pak Direktur tanpa ijin, apalagi tidak ijin saya yang jelas - jelas ada di depan. Tolong hargai saya. Lalu, anda itu siapa? Beraninya masuk ke dalam," ucap Kinan ketus.

"Heh ... kamu itu siapa? Ngatur - ngatur saya?" tanya Bagas dengan geram. Tangannya terkepal sempurna. Wanita ynag ada di hadpnnya kini benar -benar sukses membuat hatinya kesal dan benci.

Suasana hati Bagas yang masih galau harus di tambah lagi dengan sulutan emosi yang di lakukan oleh karyawan barunya ini.

"Saya sekertaris baru di sini. Nama saya Kinan," ucap Kinan dengan sedikit rasa takut. Saat melihat wajah orang di depannya sudah berubah menjadi merah seperti kepiting rebus, tentu lelaki itu sudah sangat marah dan murka.

"Oh ... Ini sekertaris barunya," ucap Bagas dengan sedikit menghina. Bagas langsung mengangkat telepon yang ada di mejanya dan memanggil Festi.

Tidak lama Festi masuk ke dalam ruangan itu sambil menunduk.

"Bapak memanggil saya? Ada apa Pak?" tanya Festi yang datang dengan terburu - buru.

"Ini sekertaris saya yang baru?" tanya Bagas dengan tatapan tajam.

"Iya Pak Bagas. Namanya Kinan, sekertaris Bapak yang baru," ucap Festi pelan.

"Tolong bilang sama dia. Jaga sopansntun. Ajari dia bersikap baik dan hormat," ucap Bagas dengan suara lanta dan di eja dengan keras sesuai penekanannya hurufnya.

"Iya Pak. Biar Kinan, nanti saya ajari lebih baiklagi," ucap Festi pelan dan hormat.

"Menghargai orang saja tidak bisa? Lalu, bagaimana dia bisa bekerja dengan baik? HRD tidak salah menerima karyawan kan? Ini untuk sekertaris lho? Bukan sekadar penerima tamu saja," ucap Bagas ketus.

"Maafkan saya Pak? saya benar - benar tidak thau," ucap Kinan dengan nada memelas mencoba meminta maaf.

Bagas hanya diam tak menjawab.

"Sudah selsai Pak? Saya mau pamit keluar?" tanya Festi dnegan suara pelan.

"Ya," jawab Bagas singkat.

Festi lebih dulu keluar dari ruangan itu. Sekilas Bagas mengangkat wajahnya untuk melihat Kinan yang masih berdiri tepat di depannya dengan sedikit ketakutan. Nampak seklai ekringat yang mulai menumpuk di sekitar keningnya. Gadis itu benar - benar takut dan gugup.

'Cantik juga. Cukup baguslah untuk menjadi seorang sekertaris,' batin Bagas di dalam hatinya dan menundukkan kembali kepalanya menatap layar laptop di depannya.

Bagas mulai sibuk dengan laptopnya yang telah terbuka. Kedua matanya terus memandangi layar laptop itu tanpa menghiraukan yang lainnya.

Wajah Kinan seketika berubah merah karena malu. Baru kali ini ia berbuat dengan kesalahan fatal. Kinan hanya berhalusinasi direkturnya memiliki wajah yang dewasa dengan usia kepala tiga, dengan pakaian yang formal dnegan kemeja, celana bahan lengkap dengan jasnya serta dasi. Ternyata direkturnya, masih muda, tampan, macho, keren dan memiliki wajah yang mempesona.

"Ngapain masih berdiri di situ? Keluar!!" teriak Bagas kepada Kinan yang kemudian di tarik paksa oleh Festi untuk segera keluar dari ruangan itu.

"Ya Pak," jawab Kinan pelan dengan suara sedikit bergetar.

Kinan langsung berbalik dan melangkah keluar ruangan itu dengan cepat. Jantungnya mencelos begitu saja, saat sudah berada di luar ruangan itu. Sambil memegang meja kerjanya da menarik napas dalam untuk menenangkan hatinya. Baru hari pertama saja, Kinan sudah melakukan kesalahan fatal. Bagaimana dengan hari - hari selanjutnya? Tampaknya Sang Direktur itu begitu kaku, dingin, cuek, galak dan mudah marah. Berbeda dengan Kinan yang memiliki tipe santai, dan senang bercanda. Karakter yang berbeda sekali.

"Kenapa,? Kok Pak Bagas samapai marah seperti itu?" tanya Festi dengan rasa penasaran.

Kinan pun menarik napas dalam. Lalu, mengehembuskan napas itu dengan pelan.

"Aku kan belum kenal Pak Direktur seperti apa wajahnya. Beliau tadi datang juga tidak memperkenalkan diri malah masuk saja ke dalam ruangan tanpa bicara sepatah kata pun kepada saya, Kak festi. pantas kan, kalau saya tadi memarahi beliau?" ucap Kinandengan polosnya.

"Apa? Kamu memarahi Pak Bagas? Beleiau Direktur kita. Pantas saja, Pak Bagas semarah itu? Aku belum pernah melihat Pak BAgas semarah itu?" ucap Festi pelan.

"Masa? Itu Marah yang paling besar?" tanya Kinan pelan.

Festi hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ya. Selama aku bekerja di sini. Baru kali ini aku lihat beliau semarah itu. Walaupun beliau itu, memang dingin, cuek, tegas, tapi baik kepada semua karyawan. Memang jarang tersenyum," ucap Festi pelan.

"Oh begitu. Sudah punya aistri?" tanya Kinan pelan tanpa maksud dan tujuan tertentu.

"Untuk apa kamu bertanya seperti itu? Kamu suka dengan Pak Bagas?" tanya Festi pelan. Festi mencium aroma jika Kinan juga kagum kepada Pak Bagas.

Dengan cepat Kinan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Sama sekali tidak. Pak Direktur bukan tipe saya," ucap Kinan tegas.

Memang benar secara fisik, Pak Direktur memang oke . Tapi, kalau sikapnya seperti itu, Kinan tidak simpati sama sekali. Lagi pula Kinan sedang tidak mau memikirkan yang namanya laki - laki. Ia hanya ingin fokus bekerja dan mengejar impiannya. Hanya itu.

Mendengar jawaban Kinan. Festi merasa lega, tenang dan damai. Pasalnya sudah sejak lama, Festi menyukai Pak Bagas. Namun, selama ini Pak Bagas sama sekali belum merespon Festi sama sekali.

"Ya sudah. Kerja lagi. Setelah ini dengarkan baik - baik perintah Pak Bagas. Jangan sampai lalai atau berbuat kesalahan untuk yang kedua kalinya. Hapalakan jadwal yang aku berikan tadi. Aku harus sukses mengajarimu, agar aku juga tak di salahkan karena tidak becus mengajarimu. Paham, Kinan?" ucap Festi pelan.

"Ya, Kak Festi. Kinan paham sekali," jawab Kinan pelan.

Festi kembali ke ruangannya dan bekerja kembali. Kinan juga melanjutkan merapikan berkas - berkas senyaman Kinan agar mudah mencari.

Ceklek ...

"Kamu!! Tolong buatkan saya kopi," titah Bagas kepada Kinan.

Kinan mengangkat wajahnya dan menatap lembut wajah Pak Direktur kaku itu. Sebisa mungkin Kinan tetap bersikap ramah dan lembut serta sellau tersenyum.

"Iya Pak. Saya buatkan sekarang," ucap Kinan pelan.

"Memang kamu tahu selera saya? Kamu tidak tanya dulu sama saya? Kamu kan baru di sini?" ucap Bagas yang mulai banyak bicara. Malas juga harus marah - marah, lebih baik di beri tahu seklai agar kesalahannya tidak berlanjut.

Kinan hanya mengangguk kecil.

"Tahu Pak. Kopi hitam tanpa ampas dengan gula non kalori satu sachet," ucap Kinan menghapal dengan tepat.

Mendengar jawaban Kinan yang benar dan tepat itu membuat senyum Bagas terbit dengan manis.

"Buatkan untuk saya. Bawa masuk. Sekalian cemilannya?" titah Pak Bagas kepada Kinan lalu masuk ke dalam ruangan lagi dan menutup rapat pintu ruangan itu.

"Bagus juga ingatannya? Cekatan lagi. Cantik, semampai. Eitts ... Tetap cantik Ajeng, calon istriku," lirihnya pelann berbicara dengan dirinya sendiri.