Kinanti sudah ada di dalam gedung untuk wawancara. Ia duduk di tempat yang telah di sediakan dan menunggu giliran untuk test wawancara. Seorang wanita memanggil namanya untuk bergiliran test wawancara di dalam ruangan HRD.
"Kinanti Rahajeng? Silahkan Masuk," ucap wanita yang memanggil namanya.
Kinanti pun masuk ke dalam ruangan yang di gunakan untuk wawancara itu.
"Permisi ...." ucap Kinan pelan dengan langkah kaki pelan masuk ke dalam ruangan.
"Silahkan duduk," ucap seorang laki - laki dnegan tegas.
Selama satu jam Kinan harus bertarung dengan pertanyaan yang di ajukan secara cepat dan harus langsung di jawab dengan cekatan pula.
"Pertanyaan terakhir saya, Apa motivasi kamu mau menerima pekerjaan ini? Pekerjaan ini tidak mudah. Apalagi menjadi sekertaris orang nomor satu di perusahaan ini. Kepintaran kamu harus di uji dnegan benar. Kamu harus menguasai bahasa asing, bisa melakukan apapun sesuai dengan SOP, kamu sanggup?" tanya lelaki itu menyelidik.
Hari ini ada sekitar delapan orang pekerja yang ingin melamar di perusahaan PT SURYA ATMAJA sesuai jabatan yang di butuhkan adalah sebagai sekertaris untuk putra pemilik perusahaan yang besar ini.
Namun ketujuh pelamar itu tidak memiliki jawaban yang mantap dan lantang. Semu apenuh keraguan dan tak yakin.
"Karena saya memiliki kemampuan yang mumpuni dan memenuhi kriteria tersebut," jawab Kinan dengan suara tegas dan lantang.
Lelaki itu mengangguk pelan dan tersenyum bangga. Kinanti memang cocok menjadi seorang sekertaris Pak Bagas, selain cantik, pintar, percaya diri, dan mumpuni serta layak.
"Oke. Karena ini mendesak. Pengumumannya saya beri tahu langsung. Selamat kepada anda, Kinanti Rahajeng telah bergabung dengan perusahaan kami, PT SURYA ATMAJA," ucap lelaki yang menjabat sebagai pimpinan HRD.
Kinanti pun takjub. Kinan masih percaya tak percaya kalau dirinya sudah di terima di perusahaan raksasa di kota besar itu.
"Anda tidak bercanda kan, Pak? Kalau saya benar di terima di perusahaan ini?" tanya Kinan mulai meyakinkan untuk kebenarnnya.
Jantung Kinan berdegup tak menentu. Jujur saat masuk ke gedung ini, Kinan sedikit insekyure dengan kemampuan yang di milikinya. Semua karyawan yang ada di dalam perusahaan ini nampak sekali berkelas dan memiliki tingkat pendiikan yang tinggi dan sangat baik.
Pimpinan HRD itu mengangguk dengan mantap.
"Lalu, kapan saya akan bekerja di sini?" tanya Kinan tanpa malu - malu.
"Mulai hari ini? Bisa kan? Karena beberapa hari lagi direktur sudah masuk kembali ke kantor dan beliau sangat mengharapkan sudah memiliki sekertaris yang mumpuni, dan itu kamu, Kinan," ucap pimpinan HRD itu pelan.
"Saya bisa Pak. Saya mau bekerja mulai hari ini. Saya mau sekali," ucap Kinan dengan suara polos dan jujur.
"Oke ... Mulai hari ini kamu belajar dengan Festi. Dia adalah sekertaris pemilik perusahaan ini dan dia adalaha karyawan teladan sekaligus sekertaris senior di sini," ucap pimpinan HRD itu dengan sopan.
Kinan pun mengangguk kecil dan menjawab, "Saya akan belajar dengan baik. Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada saya."
Mulai hari ini Kinan sudah bekerja dan mulai beajar dnegan Festi, apa saja tugas seorang sekertaris.
Festi dengan sedkit angkuh mulai menjelaskan kepada Kinan yang di anggap juniornya. Maklum Festi memang di nobatkan sebagai karyawan teladan. Jadi wajar kalau sikapnya sedikit angkuh dan sok menjadi karyawan kesayangan pemilik perusahaan.
"Kamu lulusan mana?" tanya Festi pelan sambil meneliti beberapa tugas membuat surat menyurat untuk para kolega perusahaan PT Suya Atmaja yang baru saja di buat oleh Kinan.
"Universitas Negeri kota Yogya. Apa ada masalah dengan pekerjaan yang saya buat?" tanya Kinan menyelidik.
Kinan adalah mahasiswi fresh gaduate dengan nilai cumlaude. Sebelum ke Jakarta smepat magang di salah satu Badan Kepegawaian di Kota Yogyakarta. Jadi, setidaknya untuk urusan membuat surat mneyurat dan administrasi, Kinan sudah memiliki pengalaman sebelumnya.
Festi menggelengkan kepalanya dengan ceat. Sejak pagi, beberapa tugas yang id berikan olehnya sellaau di kerjakan dengan cepat, cekatan, rapi dan tepat waktu oleh Kinan. Memang cocok dnegan gaya kepemimpinan Pak Bagas yang selalu ingin cepat, tidak lambat dan terus berinovasi.
"Oke. Ini pelajari. Di situ sudah tertulis jelas tentang apa yang menjadi kesukaan atau yang tidak di sukai oleh Pak Bagas. Termasuk jam makan, jam istirahat, menu makanan dan tempat makan yang menjadi favorit beliau. Kamu harus hapal. Setiap pagi, siapkan kopi hitam tanpa ampas dengan gula tanpa kalori. Jelas? Ada pertanyaan?" ucap Festi kepada Kinan pelan.
"Cukup jelas dan dapat di pahami dengan baik. Kapan Pak Direkturnya masuk?" tanya Kinan pelan. Setidaknya kalau masih ada waktu, Kinan akan mempersiapkan diri lebih baik lagi dan belajar lebih banyak lagi agar benar - benar paham. Bekerja menjadi seorang sekertaris ternyata memang memiliki tantangan yang sangat besar sekali.
Festi nampak mengingat kembali, berapa lama Pak Bagas meminta ijin ke Yogyakarta untuk urusan pribadi dan keluarga.
"Mungkin lusa atau tiga hari lagi," ucap Festi yang sedikit ragu.
"Oke. Lalu sekarang, apa yang harus saya lakukan, Mbak Festi?" tanya Kinan dnegan logat jawa yang begitu kental.
"Kamu bereskan ruangan Pak Bagas. Bisa buka dan pelajari rsip - arsip yang ada di mejanyauntuk kamu pelajari, biar kamu benar - benar menguasai. Jika ada yang belum jelas atau tidak tahu, kamu bisa tanyakan kepada saya. saya ada di ruang sebelah," ucap Festi dengan suara tegas.
Sikap angkuhnya tetap kentara jelas. Festi berjalan begitu saja menuju ruangan milik pribadinya. Sedangkan Kinan duduk kembali di kursi kerja miliknya tepat di depan ruangan Pak Direktur.
Pandangan Kinan menyapu seluruh ruangan. Mengamati detail setiap sudut ruangannya.
'Ini tantangan berat buat aku. Ternyata bekerja sebagai sekertaris itu bukan melulu enak karena dekat dengan Bos, tapi kerja keras kita untuk tetap fokus, teliti, ulet dan cekatan itu tetap prioritas karena diperhitungkan dalam penilaian kinerja kita,' batin Kinan di dalam hatinya.
Kinan adalah perempuan manja yang menyukai tantangan. Walaupun sikapnya masih sedikit kekanak - kanakan. Kinan selalu memberikan yang terbaik dan selalu bisa menjadi kebanggaan bagi kedua orang tuanya. Dan baru kali ini, Kinan membangkang dari keinginan Ayahnya.
Kinan mengusap wajahnya dengan kasar dan asal. Rasanya sulit berpisah dari kedua orang tuanya. Tapi ini semua harus di lakukan demi cita - cita Kinan yang menginginkan bekerja di kota besar.
Kedua telapak tangannya masih menutupi wajahnya dan terdengar ada suara ketukan di mejanya. Kedua tangan Kinan berusaha di turunkan dnegan pelan untuk melihat siapa gerangan yang saat ini berada di depan meja kerjanya.
"Argh ...." teriak Kinan dnegan spontam.
"Kenapa kamu berteriak? Saya tidak berbuat apa - apa? Dasar aneh!!" ucap lelaki tampan itu dnegan sikap yang dingin lalu meninggalkan meja Kinan dan masuk ke dalam ruangan yang ada di samping meja kerja Kinan.
Kinan tersadar ada orang asing masuk ke dalam ruangan Pak Direktur pun langsung bernajak berdiri dan ikut masuk ke dalam.
"Anda siapa? Berani -beraninya masuk ke dalam ruangan ini tanpa ijin? Mau saya laporkan kepada satpam? Ini ruangan Pak Direktur," ucap Kinan ketus dan terlihat garang.
"Apa kamu bilang?" teriak lelaki itu tak kalah keras suaranya.