Chereads / Tawanan Pria Buruk Rupa Kejam / Chapter 2 - My First Love

Chapter 2 - My First Love

Kehancuran keluarganya saat itu benar-benar didalangi oleh pria brengsek yang telah menipu ayahnya habis-habisan. Dan setelah keluarganya datang untuk meminta pertanggung jawaban serta alasan kenapa ia melakukan itu semua pada keluarganya, nyatanya pria jahat itu malah menertawakan keluarganya habis-habisan.

Lucas masih ingat, pria yang kemudian ditemui oleh mereka sama sekali tidak terlihat menunjukkan tanda-tanda belas kasihan. Lucas melihatnya dari dalam mobil, di antara isak tangis pelan ibunya dan pertanyaan bingung dari Leon, ia melihatnya. Lucas melihat mereka berdua terlibat pertengkaran mulut yang hebat. Tidak, sebenarnya hanya ayahnya yang berteriak-teriak marah sementara pria yang diminta pertanggung jawaban itu tampak tenang-tenang saja dengan raut wajah tak peduli.

Seorang Lucas yang masih berusia tiga belas tahun itu mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi wajahnya saat dia kembali ke mobil. Ada kenekatan membayang di sana, Lucas mencium amarah kental dan keputusasaan yang tebal, yang menggantung panas di dalam mobil mereka. Dia tahu, dia selalu tahu bahwa kecelakaan itu tidak terjadi karena ketidaksengajaan.

Dalam menit tergila di hidupnya, di titik putus asanya, ayahnya merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan mereka semua. Bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan keluarganya adalah dengan membawa mereka menuju kematian.

Tetapi ayahnya ternyata salah. Kecelakaan fatal itu hanya berhasil membunuh kedua orang tuanya serta merenggut nyawa Leon yang masih polos dan tak berdosa, bahkan belum tahu apa-apa tentang kekejaman yang menimpa kehidupan mereka. Sungguh! Itu sangatlah tidak adil bagi Leon.

Kecelakaan fatal itu berhasil membunuh kedua orang tuanya serta merenggut nyawa Leon yang masih polos dan tak berdosa itu. Sejak saat itu, Lucas hanya raga yang diprogram untuk membalas dendam. Ia sudah lama mati, jiwanya ikut terkubur di hari yang sama ia menguburkan keluarganya.

Tetapi di umur yang masih remaja itu dia tidak bisa melakukan sesuatu yang berarti, yang pada akhirnya dia harus hidup di jalanan. Sesuatu yang tak terduga malah membuatnya dipertemukan dengan pria brengsek kejam yang sudah menghancurkan keluarganya. Namun, ternyata kekejaman orang itu belum usai, sekali lagi dia kecolongan dan membuatnya harus kehilangan orang-orang yang disayanginya.

Sungguh! Pria itu benar-benar harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi padanya. Saatnya dia akan datang menemui Rean Cortez. Saatnya untuk menghitung utang-piutang lama.

"Mr. Lucas, selamat datang!"

Suara sapaan itu membuyarkan lamunan Lucas. Dia kemudian menoleh ke sumber suara serta mendapati pekerja mandor yang baru muncul dari ruang dalam dan sedang berjalan ke arahnya. Tangannya terulur dengan sigap saat dia sudah berdiri di hadapan Lucas, lengkap dengan senyum ramah yang sayangnya tidak dapat mengelabui pria itu.

Kalau saja ia bukan klien berkantong tebal yang telah memberinya proyek menggiurkan, Lucas yakin sekali kalau dia akan menatapnya persis seperti yang lainnya. Jijik dan penuh cibiran. Pria itu tidak akan sudi mendekatinya apalagi sampai mengajak berjabat tangan serta berbasa-basi riang. Lucas tidak tahan untuk tidak mendengkus pelan, namun disambutnya juga uluran tangannya dalam satu jabatan tangan tegas yang singkat.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Lucas kemudian membuka suara.

Pria penjilat itu mulai mengarahkannya ke ruang dalam, membawanya berkeliling melihat ruang tamu yang sudah selesai dipugar, menyusul ruang kerja dan juga dapur luas tempat ibunya dulu sering memasak dengan penuh kebahagiaan.

Lucas kemudian menghentikan langkahnya dan menatap sang mandor. "Kau bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu?"

Sang mandor hanya terkekeh. "Tidak sabar ingin segera pindah, eh?"

Lucas mengabaikan komentar tersebut. "Seperti yang aku minta dari awal, aku tidak ingin ada perubahan desain apa pun, aku ingin rumah ini dipugar kembali persis seperti bentuk awalnya. Dan kerjakan dengan sepat!"

Pria itu mengangkat bahu dan melempari Lucas senyum ramah lainnya. "Tidak masalah sama sekali, Tuan." Dia kembali mengulurkan tangannya seolah ingin menyegel janjinya sendiri, namun sekali ini Lucas melewatkannya. Ia tidak punya banyak waktu dengan pria sialan itu.

****

Aileen Lovanna Cortez, tidak pernah lagi bertemu dengan cinta pertamanya sejak kejadian nahas itu yang membuat keduanya harus terpisahkan. Pria yang sudah dianggapnya mati, bahkan siapa pun mengira demikian karena peristiwa itu.

Tetapi, pria itu tiba-tiba muncul dan setelah sekian lamanya dan kerinduan yang menumpuk, akhirnya mereka dipertemukan kembali. Namun, semuanya telah berbeda, pertemuan itu bukan dalam bentuk romantis penuh nostalgia indah seperti yang selalu digambarkan dalam drama-drama yang ditontonnya. Jangan membayangkan percik-percik asmara yang masih tersisa, tidak ada senyum ramah atau sekedar sapaan sopan. Cinta pertama Aileen datang dengan sorot mata dingin dan tekad untuk menghancurkan keluarga mereka.

Pria itu datang untuk menyakiti keluarganya ....

Pria itu datang untuk menyakitinya,

Pria dengan wajah penuh luka itu datang untuk memusnahkan mereka semua.

Aileen tahu itu, bahkan sebelum ia mendengar perkataan pria itu. Begitu dingin dan menusuk, sarat akan kekejaman yang membuat ketar-ketir tubuh Aileen. Pria itu tidak akan memberi ampun bahkan kalau mereka berlutut di depannya sekalipun. Aileen bisa melihatnya, api abadi yang membakar tubuh pria itu dan dia harus membakar orang lain karenanya supaya rasa sakit itu terasa lebih mudah untuk dijalaninya.

Api itu mulai membakar mereka. Pelan tapi pasti akan berlangsung lama ... sangat-sangat lama. Aileen tahu pria itu akan memastikan rasa sakit mereka bertahan selama mungkin.

Aileen kemudian melihat ke arah ayahnya—Rean Cortez yang kini sedang sakit karena terkena serangan jantung—ayahnya itu tengah duduk di kursi dan Aileen meremas pundak ayahnya, takut sewaktu-waktu pria itu akan terkena serangan lainnya.

Jangan sampai ... jangan sampai itu terjadi, Aileen tidak bisa menghadapinya lagi.

Aileen lalu melirik Maureen—kakak perempuannya—yang duduk di seberang ayahnya. wajahnya yang kalah masih memancarkan keangkuhan yang tidak berakhir. Oh Maureen, kebodohan apa yang sudah kau lakukan?

"Jelaskan padaku apa yang telah kalian lakukan!"

Rean menepuk meja, keras sekali. Baik Aileen maupun Maureen sampai terlonjak kaget dari tempat mereka. Aileen praktis menekan bahu ayahnya setelah ia berhasil menguasai keterkejutannya. "Dad, please ...."

Aileen memelas dan ayahnya tahu dengan jelas. Namun, tubuh tegang Rean tidak bisa ditenangkan hanya dengan dua patah kata tersebut. "Dia ingin aku mati, Aileen. Anakku sendiri ingin membunuhku!"

Rean berkata dengan nada datar, dan penuh penegasan. Karena Maureen memang seperti itu, putri sulungnya itu menginginkan kematiannya hanya untuk menguasai segalanya. Dan itu menyakitkan.

Aileen tidak tahu bagaimana sorot mata Rean saat menatap Maureen karena wajah wanita itu langsung berubah. Pelipisnya berdenyut kencang sementara wajah cantiknya berubah memerah. Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, mungkin sebagai bentuk pembelaan diri, tetapi Rean lebih dulu membentak.

Dan Aileen tahu, ini tidak akan berjalan dengan baik.