Chereads / Tawanan Pria Buruk Rupa Kejam / Chapter 6 - Dunia yang Kejam

Chapter 6 - Dunia yang Kejam

Jason tetap membiarkan Lucas melampiaskan segalanya dengan sebuah tangisan. Membiarkan bocah yang tidak tahu apa-apa tentang kerasnya dunia itu untuk melampiaskan segalanya dengan sebuah tangisan.

Melihat Lucas yang sudah mulai diam dari raungan tangisannya, dan hanya tersisa isakan tangis yang masih sesekali terdengar. Jason kembali melontarkan sebuah tanya, "Sudah merasa baikan?"

Lucas mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Jason, sebelum mengangguk. Lucas kemudian mengusap sisa-sisa air mata yang masih tersisa di pipinya. "Sekali lagi terima kasih, Jason," cicitnya, sebelum kembali menunduk dengan dalam.

Jason hanya tersenyum pelan, kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan satu buah roti yang sudah gepeng tidak terbentuk karena mungkin sudah keseringan terinjak. Saat roti itu dibuka, bau busuk menyeruak menembus hidung Lucas. Dia sampai mual melihatnya, tetapi tidak dengan Jason yang malah kelewat bahagia melihat roti tersebut, seakan baru saja melihat makanan yang enak dan mengunggah selera.

"Aku mendapatkan ini di pinggir jalan dan sepertinya masih enak." Jason membagi dua roti itu, sebagian diberikan pada Lucas sebagian lagi langsung digigit tanpa rasa jijik sedikit pun. "Makanlah, kita perlu energi untuk bekerja hari ini," ucapnya, sembari menyodorkan benda yang terlihat menjijikkan itu.

Lucas menerima roti itu dengan ekspresi jijik yang terlihat jelas dan sama sekali tidak berusaha menghilangkan rasa tidak sukanya itu. Roti itu tentu saja sudah tidak layak untuk dimakan, bahkan roti itu sudah berjamur di beberapa sisi, aromanya juga sudah busuk dan membuat perut seketika mual.

"Ini untuk apa?" tanya Lucas kelewat polos, sembari mengamati benda tersebut dalam tatapan jijiknya.

Jason langsung bersuara, "Untuk dimakan, anak manja." Jason tidak menyangka kalau anak di sampingnya itu benar tidak tahu apa-apa, dan itu semakin memperjelas kalau anak itu memang dari kalangan mereka, tetapi dari kalangan atas. Tipikal anak yang dimanja sejak kecil. Karena bagaimana mungkin sejenis roti pun perlu dipertanyakan. Dasar, anak orang kaya yang manja!

Lucas terdiam, hanya mengamati roti busuk itu dengan heran. Jadi, roti ini untuk dimakan bukan di buang? Tanyanya polos dalam hati.

"Jangan hanya dilihat, tetapi coba dimakan, ini sangat enak." Jason malah sangat bersemangat menggigiti roti itu tanpa sedikit pun rasa jijik.

Lucas mengikuti perintah Jason, menyentuh roti itu dan mengecapnya dengan lidahnya yang langsung membuatnya mual setengah mati. Roti itu benar-benar buruk dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Huekk ....

Rasa mual seketika melandanya, meski hanya mencicipi sedikit saja. Ia sangat heran melihat Jason yang begitu menikmatinya dalam gigitan-gigitan yang besar, sedangkan Lucas baru menyecapnya sedikit saja, sudah membuat perutnya bergejolak.

"Aku tidak lapar, Jason." Lucas menyerahkan potongan roti itu kembali pada Jason yang langsung diterima dengan semangat. Lucas sebenarnya berbohong tidak lapar, padahal perutnya sudah meronta-ronta kelaparan sejak tadi. Tetapi sampai kapan pun roti menjijikkan itu tidak akan pernah bisa tertelan masuk ke dalam perutnya.

Terbiasa makan makanan enak, mahal dan tentu saja bergizi, membuatnya tidak bisa mengonsumsi makanan yang aneh. Makanan yang dianggap sebuah makanan yang enak oleh Jason, berbeda jauh dari makanan yang selama ini dikonsumsinya.

Jason malah terkekeh. "Harusnya kamu membiasakan diri memakan makanan seperti ini, karena kalau tidak kau akan kelaparan, dan mati. Kita hanya punya satu kali jatah makanan, itu hanya malam dan itu pun tergantung pendapatan kita hari ini. Jadi hanya makanan seperti ini yang akan membantu kita bertahan."

Lucas hanya bisa meringis ngeri. Betapa kejamnya dunia ini. Bahkan kemarin dia masih berada di istana mewahnya dengan banyak pelayan yang melayaninya, memberinya makanan-makanan yang bergizi dan sehat. Dan sekarang dia harus membiasakan dirinya memakan makanan yang sudah kadaluwarsa dan busuk.

Oh Tuhan! Begitu mudahnya kehidupan terbalik seratus derajat.

"Apa kita tidak bisa mendapatkan makanan yang lain selain makanan menjijikkan seperti ini?" tanya Lucas dengan nada yang masih ngeri setiap menatap roti berjamur itu.

"Tentu saja! Tidak ada orang yang baik hati di dunia ini yang ingin menyisihkan uangnya untuk orang seperti kita. Orang kaya semakin berkuasa, dan orang miskin seperti kita hanya bisa semakin tertindas."

Ah ... betapa kejamnya dunia ini!

*****

Seorang gadis kecil berumur delapan tahun tengah berlarian di sebuah taman bunga, sembari mengejar kupu-kupu yang tengah beterbangan di sekitarnya. Kupu-kupu dengan warna cantik itu terus mengepakkan sayapnya untuk terbang tinggi, saat sang gadis masih gigih mengejarnya.

"Terbangnya jangan jauh-jauh dong, kupu-kupu cantik." Si gadis tersebut berseru, sembari mengusap peluh yang sudah menetes di dahinya. Napasnya berubah ngos-ngosan, namun belum juga menyerah untuk mengejar hewan cantik tersebut. Hingga ia benar-benar sudah tidak mempunyai tenaga, ia kemudian berbaring di atas rumput sembari menatap kupu-kupu yang terbang di atasnya dengan bebasnya.

"Aku ingin seperti kalian. Bebas. Terbang dengan sepuasnya tanpa ada yang mengekang." Gadis tersebut kembali bermonolog dalam keheningan, hanya suara kicauan burung yang sesekali terdengar menemaninya di tengah taman luas di pukul dua belas siang seperti ini.

Gadis tersebut kembali bangun dari pembaringan, kemudian kembali mengejar kupu-kupu yang hinggap di atas bunga. Dia berjalan mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan suara agar si kupu-kupu tidak menyadari keberadaannya. Namun, setelah gadis itu mengangkat jaring penangkap kupu-kupunya, hewan cantik itu sudah terbang lebih dulu meninggalkannya.

"Argh … kenapa kau sulit sekali untuk ditangkap? Memangnya kau tidak mau bermain denganku? Kau jahat!" teriaknya dengan kekesalan penuh, seakan tengah meneriaki teman yang tidak mau bermain dengannya.

Gadis itu memberengut kesal, saat kupu-kupu itu begitu sulit terjaring dalam tangkapannya. Namun, dia tidak patah semangat, kembali mencoba terus-menerus, meskipun kegagalan yang akan didapatinya.

Dan hiburannya kali ini hanyalah kupu-kupu tersebut, karena ia tidak punya teman. Hal itulah yang terkadang membuatnya bosan, dan ingin mencari hiburan yang lain. Tetapi tentu saja itu hanya akan menjadi angan belaka, karena ayahnya begitu posesif dan protektif padanya.

Teriknya panas matahari sama sekali tidak menyurutkan semangat gadis itu untuk berkeliaran di taman dengan alasan ingin menangkap kupu-kupu. Karena tidak setiap hari ia bebas, hidupnya terkurung dalam istana megah dengan perlengkapan yang sangat memadai. Hidupnya bagai burung di dalam sangkar. Tetapi di dalam hati kecil gadis itu, ia juga ingin bebas, bermain dan bergaul dengan banyak teman sebayanya, bukannya malah terkurung dan hanya bisa bermain dengan kupu-kupu dan … biola.

Ya, gadis itu sangat menyukai permainan biola. Rasanya semua kegundahannya akan terangkat jika memainkan nada-nada biola itu. Rasa sepinya akan menghilang jika sudah disibukkan dengan biolanya. Namun, siang ini setelah bermain biola, gadis itu ingin mencari hiburan lain, yaitu bermain dan menangkap kupu-kupu di taman rumahnya yang luas.