"Dan kau ...." Tatapan Rean beralih pada salah satu dari dua pria yang kini berdiri di hadapan mereka. "Kau pikir kau bisa ...."
Rean bernapas berat, pundaknya bergetar naik turun seiring napasnya yang cepat dan pendek. Pria itu berhenti, sama sekali tidak sanggup melanjutkan kalimatnya tersebut. Dia merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi dan menatap langit-langit ruang kerjanya yang tinggi. Aileen ingin melakukan sesuatu, dia sungguh ingin melakukan sesuatu untuk membantu ayahnya. Tetapi ia tidak apa yang harus dilakukannya. Ia menoleh ke seberang, matanya singgah di wajah Lucas yang keras dan menemukan mata itu tidak memancarkan belas kasihan.
Tanpa sadar, Aileen malah melontarkan kalimat permohonan yang hanya berupa bisikan. "Please ...."
"Please ...."
Kata itu berupa getaran lirih yang keluar dari kedua belah bibirnya yang pucat, dan tidak jelas ditunjukkan kepada siapa.
"Kau tidak akan bisa mengambil apa pun dariku, anak muda! Tidak akan pernah bisa."
Rean mengangkat tubuhnya dan memajukan diri, menatap mata Lucas dengan berani. Tetapi pria itu malah tidak bergeming. Suara beratnya kembali terdengar setelah jeda menyesakkan selama beberapa saat. Aileen bahkan dibuat menahan napas, ngeri membayangkan bagaimana ayahnya akan bereaksi bila terus dikonfrontasi.
Alis tebal itu terangkat sedikit. "Saya tidak akan mengambil apa pun milik Anda, saya hanya akan mengambil apa yang telah menjadi milik keluarga William, milik ayah saya ... milik saya."
"Kau!"
Lucas sama sekali tidak memberi Rean waktu untuk melanjutkan kata-katanya. Pria itu bergerak maju, berdiri menjulang di samping Maureen dan menatap Rean dengan tatapan yang berapi-api. "Pelan-pelan, Rean Cortez. Kita tidak ingin kau terkena serangan lainnya, bukan? Siapa yang akan berdiri di sana untuk menghalangi aku memorak-porandakan keluarga kesayanganmu? Bagaimana kau bisa memperbaiki kesalahan anakmu, wanita tamak yang rela melakukan apa saja untuk melangkahimu."
"Diam!"
"Sialan kau!"
Baik Rean maupun Maureen sama-sama berteriak secara bersamaan yang begitu memekakkan telinga. Bahkan wanita itu sudah berdiri dari tempatnya, menghadap ke arah Lucas dengan wajah merah padam.
Tawa keras mengikuti ucapan mereka berdua. "Karma is a bitch!"
"Kau ... kau ...."
Aileen sudah tidak tahan lagi melihat pertengkaran mereka semua, dengan penuh keberanian Aileen mendesak maju, mengangkat tangannya dari bahu tegang Rean dan bergerak melewati pinggiran meja untuk menempatkan diri di dekat Lucas. Gerakannya begitu cepat hingga tidak mengagetkan dirinya sendiri. Tetapi wanita itu tidak bisa membiarkan Lucas melanjutkan kata-katanya dan mempertaruhkan kesehatan ayahnya.
"Cukup!" teriak Aileen dengan keras. Teriakannya tidak ditahan-tahan lagi, benar-benar melampiaskan amarahnya pada pria yang berdiri menjulang tinggi di depannya itu.
Aileen berdiri di hadapan Lucas saat pria itu memicingkan mata dan menatapnya lekat-lekat, baru kali ini pria itu benar-benar memperhatikannya, setelah memperlakukannya seolah ia tidak ada di ruangan ini. Aileen mengangkat wajahnya dan membalas tatapan itu dengan berani, ia tidak sudi terlihat gentar walau kedua buku tangannya terkepal erat.
Lucas yang melihat berapa keras usaha Aileen untuk terlihat tak gentar hanya bisa tersenyum menyeringai, kemudian berkata, "Wow, lookatyou ...."
"Aku bilang cukup, Mr. William!" Aileen berusaha menjaga ketenangannya. Sama sekali berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan pria itu, karena ia tahu, membuat mereka marah, membuat mereka panik dan takut adalah apa yang diharapkan pria itu dan Aileen tidak akan memberikannya.
Pria itu kemudian mengernyitkan keningnya dan menelengkan kepalanya. Seulas senyum tipis nyaris terukir di sudut bibirnya, namun dia hanya diam, menunggu Aileen melanjutkan ucapannya. Wanita itu lalu menarik napas dan melirik sekilas ayahnya yang juga sedang mengatur napas.
"Jangan ikut campur, Aileen!" Kali ini Rean kembali bersuara, mencoba untuk mengingatkan putrinya tersebut untuk tidak perlu melawan pria brengsek tersebut.
Lucas terkekeh, dan kembali melontarkan nada yang begitu terdengar menjengkelkan. "Yeah, little Aileen. Jangan ikut campur!"
Senyum tipis itu kini terukir jelas dan Aileen harus mengakui bahwa ia membenci ekspresi yang tunjukkan oleh pria itu.
"Tidak, Ayah. Aku juga berhak berbicara." Aileen menoleh ke arah Rean dan mencoba memberitahukan bahwa ia perlu bersuara kali ini.
Dan Aileen kembali menumpukan perhatiannya pada pria besar dengan wajah penuh parut yang menakutkan itu. Pria itu tampak lebih mengerikan jika dilihat lebih dekat lagi. Tetapi Aileen menahan diri untuk tidak bergidik ngeri. "Anda tidak punya hak untuk datang ke rumah kami dan melontarkan ancaman kosong. jadi, silakan angkat kaki dari tempat ini sebelum saya melaporkan Anda pada polisi!"
"Oh, thisonetalks."
Aileen menoleh ke arah suara lain dan mendapati partner Lucas yang sekarang ini sedang menyengir ke arah temannya tersebut. "Yeah, and I amserious. Anda tidak punya hak sama sekali."
"Oh ya?"
"Aileen!"
"Seperti kata Ayah saya, kami tidak akan menyerahkan apa pun itu. Maureen membuat kekeliruan, tetapi kami akan memperbaik kekeliruan yang telah diperbuatnya tersebut. Sedangkan Anda, Mr. William, silakan keluar dari tempat ini dan bawa bersama ancaman kosong Anda. CortezConstruction tidak akan pernah jatuh ke tangan Anda, kami masih bisa mengendalikannya, jadi kau tidak akan pernah bisa mengancam dan mengganggu keluarga dan perusahaan kami!"
Lucas dan teman di sampingnya itu malah tertawa terbahak-bahak, yang membuat mereka merasa jengah mendengarnya. Setelah tawanya mereda, Lucas kembali memasang wajah serius dan kembali berkata, "Oh ya, how? Bagaimana caranya, sedangkan kalian sudah nyaris bangkrut!"
Aileen hanya bisa mengepalkan kedua tangannya mendengar perkataan Lucas, ini tidak boleh dilanjutkan. Ayahnya tidak perlu mendengar lebih jauh tentang semua ini. Lucas perlu dihentikan dan mengusir pria itu pergi dari sini.
"Keluar!"
Kekehan pria itu membuatnya semakin muak. Aileen melihat pria itu mendekat dan melihat kepanikan ayahnya sementara Maureen sudah menggantikan tempat Aileen, berusaha menenangkan ayahnya walau itu tidak berhasil.
"Wah ... ternyata kau sudah tumbuh besar, gadis kecil! Aku tidak menyangka kau sudah seberani ini."
Aileen mendengkus kasar. "Keluar atau aku akan memanggil polisi!" jerit Aileen sekali lagi. Dia sudah benar-benar tidak sudi memandang Lucas , lebih tidak sudi lagi terpancing oleh kata-kata pria itu. Wanita itu mengangkat telunjuknya kembali yang kini bergetar dan mengarahkannya ke pintu. "Pergi dari sini, brengsek!"
Untuk sesaat tidak ada yang bergeming, tetapi akhirnya pria itu dan temannya beranjak darisana. "Kau akan sangat menyesal, Aileen!"
Pria itu berucap pelan di dekatnya ketika berjalan melewatinya, meninggalkan aroma pria itu dan kebencian yang kental. Lucas kali ini sudah benar-benar berubah, dia seperti pria yang baru saja bangkit dari neraka dan datang membawa dendam yang begitu berapi-api, sudah sangat sulit untuk dipadamkan. Saat kedua pria itu bergerak melewati pintu kantor ayahnya, Aileen nyaris sajajatuh ke bawah saking tidak bisanya lagi ia mengendalikan diri.