"Sebenarnya niat enggak sih dukung aku maju jadi ketua OSIS?" tanya Marvel dengan nada tinggi. "Sepertinya dari kemarin-kemarin fokusmu Bayu mulu."
"Emang kamu pernah tanya pendapatku tentang keinginanmu maju jadi ketua OSIS? Dan ingat ya, Bayu kakakku dan wajar aku dukung dia dalam segala hal," tungkas Aya memahamkan.
"Tapi aku lihatnya kalian itu enggak wajar," sahut Marvel langsung mematikan ponselnya.
"Maksudnya?"
Panggilan itu telah terputus, tidak ada sambungan ke ponsel Marvel. Aya bingung dengan apa yang harus ia lakukan, selama ini semampunya dia telah berusaha bersikap adil terhadap Bayu dan Marvel. Hati Aya mulai tak karuan, ingin hati segera ke tempat Marvel, tetapi kondisi Bayu terlihat sedang tidak baik-baik saja. Aya tidak mungkin meninggalkan Bayu hanya demi Marvel, dia takut akan apa yang pernah terjadi tempo waktu, karenanya beberapa kali Bayu harus merasakan kejang menyerbu tubuhnya.
***