Daniel langsung menggenggam jemari Revina saat mereka berjalan menuju lantai tiga dari mall yang jadi pilihan istrinya malam ini. Revina ingin menikmati kuliner khas Indonesia di sana. Jadilah Daniel hanya menuruti apa yang diinginkan oleh sang istri tanpa ingin membantahnya sama sekali.
"Kamu sesederhana ini, biasanya orang bakal minta suaminya bawa makan ke restoran mahal." Daniel menarik kursi di food court tersebut. "Silakan duduk bidadariku," ucapnya lagi dengan nada manis sambil terus tersenyum ramah.
Merasa diperlakukan dengan sangat manis, tentu saja Revina balas tersenyum dan langsung duduk seraya mengusap lengan atas Daniel dengan lembut. "Terima kasih, Yank."
Daniel hanya membalas ungkapan terima kasih tersebut dengan satu kecupan di kening Revina sebelum akhirnya ikut duduk di kursi yang berseberangan dengan sang istri. Revina langsung sibuk dengan daftar menu yang ada di sana.
"Kenapa kamu enggak minta aku bawa makan ke restoran yang menyajikan makanan Eropa atau apa gituuuu," ungkap Daniel sambil ikut membaca menu di sana, tanpa menoleh ke arah sang istri. "jangan sampai nanti teman-temanmu menuduh aku yang pelit atau terlalu perhitungan soal perut."
"Kalau makanan negara luar, aku udah sering makan langsung di negaranya masing-masing, Yank." Setelah beberapa menit, barulah Revina menanggapi pertanyaan suaminya tadi. "Jadi kalau mau makan khas Indonesia, aku maunya ya langsung di Indonesia juga."
"Oh, makanya sekarang memilih soto betawi karena lagi ada di Jakarta," tebak Daniel sambil tersenyum lebar mendapati istrinya menuliskan makanan pilihannya malam ini. "Ini juga mungkin bonus seorang pilot atau pramugari, bisa makan makanan khas daerah masing-masing langsung di lokasinya ya, Sayang."
Revina langsung mengangguk antusias untuk merespons ucapan suaminya. Sejujurnya, Revina sendiri sudah terbiasa dengan makanan khas negaranya sendiri. Katanya, lidah Revina enggak cocok untuk makanan khas negara lain, sedikit kampungan mungkin... Tapi ya begitulah, selera setiap orang kan beda-beda.
"Karena aku belum pernah menginjakkan kaki di Makassar, jadi aku siang ini mau makan Coto Makassar aja deh," ungkap Daniel yang langsung dipelototi oleh Revina. Akhirnya, ia pun terkekeh pelan. "Kamu pasti mau ngomel deh," tebaknya.
"Aku pernah loh tawarkan kamu ikut terbang ke Makassar bulan lalu, aku RON di sana tiga hari. Kamunya yang enggak mau ikut kok," celetuk Revina dengan sebal. "kamu akhir-akhir ini suka tolak tawaran aku. Kalau dulu awal-awal nikah, enggak aku ajakin aja kamu tiba-tiba ada di pesawatku kok. Kamu lumayan berubah sekarang, Yank."
Tentu saja Daniel hanya bisa tertawa mendengar penuturan dan kalimat protes istrinya itu. Dan memang benar, Daniel akhir-akhir ini selalu menolak untuk diajak keluar kota oleh Revina. Katanya, ada perasaan wanita lain yang harus Daniel jaga, Aylana tentu saja akan marah dan uring-uringan kalau tahu Daniel menghabiskan waktu yang lama bersama istrinya.
Daniel tak ingin Revina dan Aylana kecewa atas diri dan sikapnya. Untuk itulah dia berusaha bisa menemani mereka berdua, tanpa ada yang merasa terabaikan satu sama lainnya. Setidaknya, sejauh ini Daniel masih bisa memerankan drama ini.
"Kamu kan tahu sendiri, sejak parfumku laris manis di Shoppe dan juga berhasil gaet selebgram ternama itu sebagai Brand Ambasadornya, penjualan brand-ku meningkat drastis." Daniel meraih tangan Revina dan menggenggamnya di atas meja. "Ini aja sekarang parfum Sweet Vanilla by Danierev kita kehabisan stok dan biangnya dengan kualitas yang sama itu lagi susah carinya, sampai akun Instagram dan Tiktok Danierev diserang pembeli yang menagih kapan ready stock lagi," cerita Daniel penuh antusias.
"Apalagi waktu kamu sempat promosi produk terbaruku itu di Instagram, banyak pramugari yang order juga." Daniel menambahkan ceritanya ketika Revina pun menatap sang suami dengan sama antusiasnya. "Semua berkat kebaikan kamu dan jasa-jasamu, Sayang."
Revina memicingkan mata ke arah Daniel, berniat untuk menggoda suaminya. "Kok tahu kalau mereka pramugari? Kamu sampai stalking akun sosial media mereka?" tanyanya sambil terkekeh.
"Kan pada kirim ke alamat mes pramugari itu," ungkap Daniel lagi. "Terima kasih ya Sayang, kamu udah bantu wujudkan semua impian aku. Walaupun bukan perusahaan yang super besar, tapi apa yang aku bangun dan rintis ini terlihat berkembang pesat kok. Semua enggak lepas dari jasa dan kebaikan kamu yang selalu dukung aku, Sayang."
Obrolan mereka terhenti sejenak saat pramusaji datang untuk mengantar pesanan mereka. Revina dengan ramah mengucapkan terima kasih kepada pramusaji tersebut, itu tak luput dari perhatian Daniel.
"Kamu selalu ramah banget ke semua orang."
"Terus kita mau sombong, Yank?" Revina mengambil gelas berisi ice lemontea miliknya, meneguknya dengan pelan sebelum melanjutkan. "Lagian siapa kita sih Yank, harus sombong dan merendahkan pekerjaan orang lain. Dia juga bantu kita antar makanan dan minuman langsung ke meja, enggak susah deh kalau sekedar bilang makasih doang."
Jujur, inilah yang tidak pernah Daniel lihat dari Aylana. Sisi baik dan ramah Revina ini yang membuatnya merasa kalau istrinya cukup layak untuk tetap ia pertahankan selain uang dalam bentuk bantuan finansial pada perusahaannya tengah berkembang pesat.
Daniel yakin, dia bisa mencintai dua orang wanita itu sekaligus tanpa harus ada yang dia singkirkan salah satunya. Daniel hanya harus lebih bersikap hangat dan mampu memberi rasa nyaman untuk mereka berdua. Dia yakin bisa kok.
"Oh iya, kemarin anak-anak di kantor pada semangat karena jumlah pesanan Danierev Parfum meningkat. Per hari Senin aja, mereka packing 560 item produk yang siap kirim ke seluruh Indonesia. Aku bahagia banget..."
Revina pun ikut bangga atas pencapaian bisnis suaminya. Dia yakin, suatu hari nanti perusahaan ini akan makin besar dan berkembang. Apalagi melihat semangat Daniel yang terus menggebu seperti sekarang, rasanya ada kepuasan tersendiri di hati Revina sebagai satu-satunya orang yang telah membantu sang suami merintis semuanya.
Seratus persen modal perusahaan Daniel ini merupakan dana dari Revina, tabungan serta keberaniannya untuk meminjam tambahan modal dari sahabatnya juga. Karena dia yakin suaminya bisa berhasil. Apalagi melihat semangat dan kegigihan sang suami yang tak akan bisa diragukan lagi.
"Aku akan buktikan ke kamu kalau Danierev akan segera buka pintu pemasaran ke luar negeri. Aku akan buat kamu bangga sama perusahaan kita, Sayang." Sikap Daniel yang seperti inilah yang tidak dapat lagi membuat Revina meragukannya. "Dinia Revina dan Danierev adalah hal paling berharga dalam hidupku, kamu adalah prioritasku dan membuat Danierev sukses adalah tujuanku."
Revina tidak pernah meragukan janji-janji dan impian Daniel. Bahkan, sampai detik ini dia tidak pernah mempertanyakan sudah berapa omset, berapa keuntungan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan bisnis suaminya. Revina percaya sepenuhnya.
"Aku percaya sama Ayank kok, aku enggak pernah sedikit pun curiga atau gimana-gimana. Aku tahu, kamu adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab." Revina memuji suaminya dengan tulus. "I love you, Yank."
"Love you more, Sayang."
"Aku mau, nanti pas usia kita 45 tahun, kita tinggal main golf dan menikmati jerih payah kita hari ini. Kita tinggal check-out semua barang yang kita mau, kita bisa liburan ke mana-mana. Enggak perlu susah payah lagi kerja bagai kuda seperti sekarang. Hehehe...."
"Dan besarkan anak-anak kita," sambung Revina dengan tak kalah semangatnya.
Pernyataan Revina barusan ternyata tidak membuat Daniel tertarik untuk mengiyakan, pun tidak berminat untuk membantahnya. Yang Daniel lakukan adalah segera menikmati hidangan yang ada di hadapannya.
Tidak ingin berdebat untuk perkara yang sudah lumayan sering mereka bahas ini pun, akhirnya Revina ikut diam dan menikmati kembali makanannya.
***
Kebahagiaan Revina kini tengah ditonton oleh seseorang dari meja yang tak jauh darinya. Begitu Revina pamit ke toilet pada Daniel, saat itulah lelaki itu pun menghampirinya dan menahan tangan pilot wanita tersebut.
"Hei, Jupiter!" sentak Revina yang sejujurnya telah menyadari kehadiran Jupiter sejak tadi tengah makan bersama suaminya. "kamu maunya apa sih? Kamu udah ngikutin aku sampai ke sini? Maksudnya apa, aku risih, aku merasa terganggu!" tegasnya lagi dengan mata yang sedikit melotot kesal.
Jupiter masih belum berniat melepas pegangan tangannya di pergelangan Revina. Dia menahan napas sejenak seraya menatap perempuan itu dengan teduh. "Rev, ini tempat umum dan aku kebetulan lihat kamu sama lelaki brengsek itu."
PLAK!
Satu tamparan mendarat di pipi Jupiter menggunakan satu tangan Revina yang bebas dari genggaman lelaki itu.
Tatapan mata Revina menajam dan menusuk ke arah Jupiter. Yah, ada kilatan amarah, kebencian, kekesalan, dan rasa tak nyaman dari sorot matanya itu.
"Aku kaget lihat kamu jalan sama si brengsek itu. Dia teman kamu?" Tak peduli dengan tamparan tadi, Jupiter kembali melanjutkan pertanyaannya. "Kamu udah lama temenan sama si brengsek itu?"
Dengan gigi yang bergemeretak kuat, Revina menjawab, "Si brengsek yang kamu maksud itu adalah lelaki yang telah mencintaiku sepenuh hatinya. Dia adalah lelaki yang mau menerima segala kekuranganku, termasuk lelaki yang mau menerima kenyataan bahwa dia bukanlah laki-laki pertama yang meniduriku."
"Dia..." Jupiter memicingkan mata ke arah Daniel, seiring dengan tangannya yang bergerak melepaskan pergelangan Revina.
"Dia lelaki terhebat yang memegang komitmen dan janji-janjinya. Bukan lelaki pengecut kayak kamu, Ju!" Revina menegaskan kalimatnya dengan nada lantang. "Brengsek mana, kamu atau suamiku? Haaaah??!!"
Jupiter menatap punggung Revina yang membalikkan badan dan membatalkan niatnya ke toilet. Dia memilih kembali ke sisi Daniel dan memeluk suaminya tersebut dengan erat, Jupiter merasa sakit hati melihatnya.
Jupiter benar-benar tak percaya kalau lelaki itu adalah suami Revina, mantan kekasih yang masih dicintainya hingga detik ini.
Revina pun tampaknya ingin memamerkan kemesraannya dengan Daniel selagi dia tahu, kalau Jupiter masih mengamatinya dari tempat yang sama.
Kedua tangan Jupiter mengepal kuat sambil bergumam pelan. "Jadi Daniel adalah suamimu? Lelaki yang kamu anggap sempurna dan hebat itu telah mengambil alih tugasku, bahkan ketika di atas ranjang. Lelaki yang sama juga telah mengambil hatimu? Dua wanita yang singgah di hidupku, direbut oleh lelaki yang sama?"
Tatapan Jupiter menajam dan penuh kebencian ke arah Daniel yang kini tengah mengarahkan satu sendok makanan yang ke arah Revina. Kemudian, terlihat jelas ia pun mengecup kening Revina dengan lembut.
"Lelaki brengsek!" umpat Jupiter dengan penuh amarah dan kekesalan.
BERSAMBUNG...