"Kenapa kamu semalam enggak pulang? Bukannya kamu udah tahu, kalau kemarin jadwal aku balik ke Jakarta?"
Aylana terkejut ketika membuka pintu rumahnya malam ini, langsung diteror pertanyaan menohok dari lelaki yang ada di sana. Membuat perempuan itu ikut memutar kedua bola matanya dengan keki, lantas melotot ke arah Jupiter yang tengah duduk di sofa ruang tengah rumah mewah tersebut.
Karena tidak mendengar tanggapan dari Aylana, akhirnya Jupiter berinisiatif untuk bangkit berdiri. Ia menaruh remote televisi yang tadi tengah ia gunakan untuk memilih siaran menarik untuk ia tonton. Suara helaan napas panjangnya pun menjadi sesuatu yang membuat Aylana kesal dibuatnya.
Aylana paling benci ketika hidupnya harus dimonitor oleh Jupiter, meski pun dia bersedia menikah dengan lelaki itu dengan kesadaran penuh. Tetap saja, baginya Jupiter hanyalah suami bayaran yang bisa ia kendalikan, serta tidak memiliki hak apa pun untuk mengatur hidupnya. Contohnya seperti hari ini, ketika Jupiter mempertanyakan alasan Aylana tidak pulang ke rumah ini tadi malam. Dia sangat tidak suka akan hal semacam ini.
"Seberapa pentingnya kamu untuk aku sambut di rumah ini? Kamu mau pulang kek, mau tetap di Kalimantan itu kek, urusannya sama aku apa? Enggak ada!" Aylana langsung meninggikan suaranya, menatap Jupiter dengan benci. "Kamu jangan berlagak jadi suamiku deh, kecuali di depan keluarga besarku."
Perkataan ini bahkan telah sering kali ia dengar dari mulut Aylana, bahkan kosa katanya telah ia hafal dengan jelas sebelum perempuan itu kembali mengucapkannya.
"Di sini majikannya ya aku, bukan kamu." Aylana kembali menegaskan status Jupiter di matanya, pun di hidupnya. "Sekali suami bayaran, kamu akan selamanya menjadi budakku. Bukan lelaki yang berhak atas diriku, apalagi mengatur hidupku. Imajinasi dan harapanmu terlalu tinggi, Jupiter."
Jupiter menahan napasnya beberapa detik sebelum menanggapi dengan nada dingin disertai ekspresi tak terbaca. "Tadi pagi papa dan mama ke sini, makanya aku tanya kenapa kamu enggak pulang sementara orang tuamu aja datang karena tahu aku balik ke Jakarta hari ini."
Sedikit khawatir, Aylana mengangkat wajahnya untuk bertanya, "Kamu jawab apa ke mama dan papa?"
Lelaki itu hanya mengedikkan bahu dan melangkah ke arah lemari kaca, tempat di mana koleksi barang antik miliknya tersusun rapi di sana. Jupiter sedikit mendongak untuk bisa melihat bingkai dengan ukuran cukup besar, ada fotonya dan Aylana di sana. Lebih tepatnya, foto pernikahan mereka.
Jupiter tahu, keputusannya untuk menerima permintaan ayah kandung Aylana saat itu mungkin sebuah kesalahan. Tapi apakah Jupiter punya jalan lain? Satu sisi, dia butuh bantuan Pak Arkana untuk menjamin biaya pengobatan sang Ibu. Sisi lain, melihat Pak Arkana memohon agar Jupiter bersedia menjadi ayah dari anak yang tengah dikandung Aylana saat itu, Jupiter tak tega menolaknya.
Bagaimana pun, Pak Arkana telah banyak berjasa untuk keluarganya. Sangat amat memberi kontribusi untuk keluarganya sejak dulu, sejak sepuluh tahun terakhir.
"Kamu jawab apa?" desaknya lagi sambil terus meremas ujung blus yang ia kenakan.
"Aku jawab kamu lagi bareng selingkuhanmu, kenapa? Apakah aku salah?" Gantian, kini Jupiter yang bertanya dengan sedikit tersenyum, bermaksud untuk meledek Aylana yang langsung menggeram kesal. "Aneh enggak sih, kamu itu istriku tapi malah sibuk melayani nafsu lelaki lain?"
Tersinggung dengan pertanyaan Jupiter, perempuan itu mendorong dada lelaki itu dengan sangat kuat sambil melotot marah. "Kamu menikah sama aku, bukan berarti kamu memiliki hatiku dan tubuhku, Piter!"
Pernyataan Aylana kembali menarik Jupiter dari lamunannya. Ia menoleh ke belakang, mendapati Aylana yang masih saja menatapnya dengan penuh jijik.
"Dulu, kamu bersedia menikahiku yang sedang hamil hanya untuk menutup aibku dan juga kamu butuh uang untuk pengobatan Ibumu yang sampai detik ini masih terbaring koma, kan?!"
"Tapi pernikahan kita bukan pernikahan palsu, aku benar-benar menikahimu dengan cara yang baik dan layak. Bukan pernikahan pura-pura dengan penghulu gadungan atau surat nikah editan," sahut Jupiter dengan tenang dan tanpa ekspresi apa pun. "Pernikahan kita nyata, pernikahan kita terdaftar, dan enggak ada yang harus disalahkan dari pernikahan ini."
"Yang salahnya adalah kamu! Kenapa kamu mau tanggung jawab atas anak itu? Bahkan, waktu dia mati karena lahir prematur pun kamu sampai menangis dan bersedih sepanjang hari. Dia bukan anakmu, Piter! Bukan!" teriak Aylana lagi di depan wajah Jupiter. "kamu terikat perjanjian kontrak berapa tahun sama orang tuaku?"
"Karena anak itu enggak salah, dia enggak ada dosa. Tapi kamu dan laki-laki itu yang salah, kalian yang berdosa tapi malah mengorbankan anak itu," kata Jupiter yang kini balik menatap Aylana dengan marah. Selagi Aylana tidak menggubris ucapannya, Jupiter pun segera menambahkan. "Kupikir, setelah menikah, kamu akan berubah dan memperbaiki dirimu. Kupikir, kita bisa menjalani rumah tangga selayaknya rumah tangga orang lain."
Bukannya sadar akan kesalahannya, Aylana justru makin kesal dan menampar wajah Jupiter dengan cukup kuat. Tatapannya kembali menajam ke arah manik Jupiter saat mengatakan, "Kamu itu hanya suami bayaran yang seharusnya tahu posisimu di mana! Bukan untuk mengatur aku pulang ke mana, aku tidur sama siapa, dan aku mau apa."
Jupiter menghela napas panjang, menatap Aylana dengan sorot mata yang tajam.
"Dan jangan harap kita bisa seperti rumah tangga orang lain—karena kamu dan aku—kita jauh berbeda!" Aylana menarik lengan kemeja Jupiter sambil tersengih angkuh. "Meskipun tubuhmu ini dibalut pakaian mahal, tetap aja enggak akan mengubah apa pun."
"Oke, kalau di matamu aku masih saja sebagai suami bayaran, enggak masalah." Jupiter menggeleng sebelum membalikkan badan untuk kembali menatap foto pernikahan mereka. "Tapi ingat, aku di sini juga kerja, aku teruskan bisnis papamu. Bukan semata-mata aku diam di rumah menerima gaji sebagai suami seorang Aylana yang hebat sepertimu ini."
"Penjilat!" maki Aylana sekeras mungkin di telinga Jupiter. "Berapa kali aku katakan, sampai-sampai aku udah bosan untuk minta kamu segera ceraikan aku! Aku mencintai laki-laki lain, aku sudah bahagia dengan hatiku bersamanya. Bukan laki-laki miskin dan penjilat kayak kamu!"
Mata Jupiter langsung terpejam kuat, mencoba untuk tetap tenang dengan semua hinaan yang Aylana ucapkan.
"Kenapa sih, kamu kok jadi laki-laki bisa setolol ini? Aku itu enggak cinta dan enggak akan pernah bisa cinta sama kamu! Paham enggak, sih?!" Giginya bergemeretak kuat, menatap Jupiter penuh benci. "Kriteria lelaki idamanku sedikit pun enggak ada di kamu," katanya sambil terus menunjuk-nunjuk lengan Jupiter.
"Siapa dia? Masih laki-laki yang sama dengan lelaki tiga bulan yang lalu? Yang pernah kepergok di apartemen kamu?" Kali ini, Jupiter tetap berusaha untuk tenang dan tidak terpancing emosi. "Kalau iya, kamu tahu enggak kalau dia udah punya istri?"
"Tahu." Aylana menjawab dengan tatapan menantang. "Oh, jadi kamu udah selidiki pacarku sampai tahu identitas dan juga statusnya sebagai suami orang?"
Saat ini, Jupiter cukup terkejut mendengar jawaban singkat istrinya. Jadi, selama ini Aylana tahu kalau lelaki yang tidur bersamanya, lelaki yang dipuja-puja dan dicintainya adalah suami orang, tapi Aylana tetap melanjutkan hubungan terlarang itu?
Aylana memilih untuk duduk di sofa yang tadi ditempati oleh Jupiter pun langsung mendengus kesal. Menekan remote televisi, memilih siaran di sana secara acak.
"Kamu pernah enggak membayangkan bagaimana perasaan istri dari lelaki itu, kalau tahu suaminya selingkuh... Bahkan sering tidur seranjang dengan wanita lain?"
"Buat apa aku harus membayangkan itu? Apa itu bisa memberi kontribusi lebih untuk hidupku?" ejeknya lagi.
Jupiter beranjak ke arah Aylana, berdiri di samping perempuan itu. "Karena posisinya kamu juga istri orang. Bagaimana kalau posisinya kita balik, suamimu yang tidur sama wanita lain. Bayangkan aku yang selingkuh dan aku yang memuaskan wanita lain, bagaimana?"
Reaksi Aylana justru di luar dugaan Jupiter. Perempuan yang masih sah jadi istrinya itu justru tertawa keras sembari menepuk pelan jidatnya sendiri. Mendongak ke atas dengan tatapan prihatin pada Jupiter yang masih berdiri di sampingnya.
"Enggak perlu aku bayangkan hal konyol kayak gitu, kamu enggak akan berani selingkuh. Hahaha...."
"Enggak berani selingkuh?" Jupiter bersedekap dada, memicingkan matanya ke arah Aylana. "Kenapa kamu bisa berpikir, itu hal konyol yang enggak mungkin aku lakukan?"
"Udah dua tahun pernikahan kita, sedikit pun aku enggak pernah rela untuk kamu sentuh. Terus, apa kamu berani selingkuh? Kamu malah sering memohon agar kamu melayani nafsumu itu. Iya kan?"
"Karena aku hargai pernikahan kita, aku juga belajar menerima takdir kalau kamu adalah jodohku." Jupiter menjawab dengan tenang. "Kamu enggak rela? Tapi kamu juga beberapa kali mendesah di telingaku, itu yang namanya enggak rela?"
Aylana kembali mendengus. "Itu namanya terbawa suasana, bukan benar-benar rela kamu tiduri kok!"
Jupiter menyunggingkan senyumnya. "Dan menikmatinya, sampai beberapa kali juga ketagihan." Jupiter mengejek Aylana. "Jawab jujur, hebat mana, aku atau lelaki itu?"
"Sial!" umpat Aylana lagi. "Kamu enggak tahu aja seberapa jijiknya aku lihat kamu, bahkan itu terlalu menyiksa setiap kali aku bangun tidur."
Dengan kuat, Jupiter kali ini terkekeh seraya menggeleng prihatin. "Oh, seberapa jijiknya kamu sama suamimu ini? Jadi penasaran." Ia mengedikkan bahunya dengan enteng sambil terus tersenyum pada Aylana.
"Jijik banget, tahu enggak?!"
Jupiter sedikit membungkuk agar bisa berbisik di telinga sang istri. "Sekarang bilang jijik, dulu juga ketagihan sama air liurku. Enggak kissing dulu, kamu bilang enggak asyik 'mainnya', apa kamu lupa? Oh, sekarang mungkin lupa karena keseringan 'main' kilat dan cepat sama suami orang itu. Takut ketahuan istrinya kan?"
"Brengsek!" Aylana balas mendongak agar bisa menatap mata Jupiter.
"Brengsek mana aku sama selingkuhanmu? Setidaknya, aku enggak pernah khianati pernikahan kita, sekali pun aku enggak pernah tidur sama wanita lain setelah kita menikah." Untuk hal ini, Jupiter berkata jujur. 'Kecuali sebelum menikahi kamu, aku pernah tidur dengan Revina, istri sah dari pacarmu itu, Ay.' Jupiter melanjutkan kalimatnya dalam hati.
Aylana pun tak akan bisa memungkiri hal itu, Jupiter tidak pernah merahasiakan apa pun darinya. Bahkan, selama dua tahun pernikahan mereka, Jupiter tidak pernah mengunci ponselnya saat bersama Aylana.
Sejujurnya, Aylana pernah hampir jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Jupiter. Yah, karena dia tahu Jupiter juga belajar untuk mencintainya di awal pernikahan mereka. Tapi bibit cinta itu tidak jadi bersemi ketika dia dan Daniel tak sengaja bertemu di sebuah pertemuan para influencer beberapa bulan yang lalu.
Pesona Daniel membuat benih cinta di hati Aylana jadi gugur.
"Ay, aku mau kamu pisah dari lelaki bersuami itu. Untuk pertama kali, aku akan menentang keputusan kamu ini. Tinggalkan dia dan ikut bersamaku ke Kalimantan, kita jalani pernikahan yang normal selayaknya pasangan suami istri di sana."
"Oh, enggak bisa!"
"Aku enggak harus lapor ke papa dan mama tentang perselingkuhan kamu ini, kan?" ancam Jupiter dengan serius. "aku tahu, kamu enggak akan mau papa dan mama tahu kebusukan kamu itu. Kamu takut kan kalau namamu dicoret dari daftar penerima warisan?"
Aylana terdiam sejenak, memang benar, Aylana lebih takut kehilangan harta kedua orang tuanya ketimbang harus kehilangan Jupiter atau mungkin juga Daniel. "Alasannya apa?" tanya Aylana menantang. "Lagian, mama dan papa enggak akan percaya ucapanmu dengan mudah."
"Alasannya karena kamu istriku dan dia juga suami orang. Biarkan dia jalani pernikahannya dan kita juga jalani pernikahan kita." Jupiter menggelengkan kepalanya, tak percaya kalau pada akhirnya dia terjebak pernikahan serumit ini. "Ayolah, kalian berdua bisa kembali pada realitas yang ada. Kalian sama-sama punya pasangan yang seharusnya kalian jaga hatinya."
"Kalau dia udah bukan suami orang lagi, kamu izinkan aku selingkuh sama dia?"
Jupiter yang kali ini terdiam. Kalau Daniel bukan suami Revina lagi, artinya lelaki itu telah mencampakkan Revina. Haruskah Revina merasa dicampakkan untuk kedua kalinya?
"Kalau kamu diam, artinya kamu izinkan aku bareng Daniel. Oke, aku akan minta dia ceraikan Revina secepatnya."
'Bahkan Aylana tahu nama istri lelaki itu? Tapi kenapa tetap mau memacari suami orang?' bisik Jupiter dalam hati sebelum bertanya pada Aylana. "Kamu enggak kasihan sama istrinya? Kamu enggak merasa bersalah karena telah menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain? Aku bisa kok berubah seperti apa yang kamu mau, barang kali kamu mau aku terlihat seperti lelaki itu, aku bersedia asal kamu lepaskan dia."
"Enggak, sama sekali enggak merasa bersalah."
Jupiter berdecap pelan. "Astaga..."
"Daniel yang kejar-kejar aku kok, bukan aku yang kejar-kejar suaminya. Lagian, suaminya kejar aku, artinya Revina enggak layak dan enggak pintar jaga suami. Itu buktinya, Daniel semalam memilih tidur bareng aku ketimbang jemput istrinya di bandara tengah malam."
Jupiter kembali mengepalkan tangannya, kesal kalau ingat kejadian semalam. Ketika dia menemani Revina dari jauh saat menunggu suaminya datang untuk menjemput. Ternyata, pada jam yang sama Daniel justru tengah 'bercocok tanam' di atas ranjang bersama Aylana, istrinya sendiri.
"Aku mau kamu dan Daniel segera putus!" tegas Jupiter sekali lagi. "Atau aku yang akan lepaskan kamu?"
"Enggak, aku lebih memilih untuk diceraikan sama kamu ketimbang putus dari Daniel?" bantah Aylana.
Sia-sia saja pengorbanan dan kesetiaan Jupiter selama ini pada istrinya. Malam ini, Jupiter pasrah dan berpikir untuk menuruti kemauan Aylana. 'Tapi kalau aku ceraikan dia, artinya dia makin leluasa untuk merusak pernikahan Revina, kan?'
"Ayo, ceraikan aku!" tantang Aylana dengan sorot mata yang tajam ke arah Jupiter.
"Yakin?"
"Yakinlah!"
"Oke, aku hubungi papa dan mamamu untuk bahas perceraian ini." Dalam hati, Jupiter yakin kalau Aylana akan menciut jika dia melibatkan kedua mertuanya tersebut.
"Oh, kamu mau playing victim?" Benar saja, Aylana bergumam kesal. "Jangan libatkan papaku, dasar pengecut!"
"Putuskan lelaki itu."
Aylana menggemeretakkan giginya dengan kesal. "Oke, tapi biar dia yang memutuskan hubungan kami. Dengan begitu, aku akan fokus ke pernikahan kita."
"Maksudnya?"
"Kamu usaha dong... Bagaimana caranya agar Daniel yang mengakhiri hubungan kami, baru aku mau pisah sama dia. Bagaimana?"
BERSAMBUNG...