Chereads / Mantan, Kok Nikah? / Chapter 7 - Skandal Antara Suamimu dan Istriku

Chapter 7 - Skandal Antara Suamimu dan Istriku

"Sayang, malam ini kayaknya aku bakal pulang telat, deh."

"Lembur apa gimana?"

"Iya, ada janji ketemu sama salah satu influencer yang bakal iklanin produk Danierev terbaru kita, Sayang." Daniel memeluk Revina dari belakang, sembari membubuhi pundak sang istri dengan satu kecupan lembut di sana. "Soalnya dia cuma bisa ketemunya malam ini, besok dia berangkat ke Korsel, katanya ada syuting juga di sana."

Tidak ingin mempersulit pekerjaan suaminya, Revina tentu saja dengan senang hati memberi izin pada Daniel. "Ya udah, kamu enggak usah kayak merasa bersalah sama aku dong. Kerja ya tetap harus diutamakan, Yank." Revina pun sebenarnya berusaha  menghalau rindu dan hasrat untuk berada di sisi suaminya malam ini. "Kalau gitu, aku pamit jalan-jalan sama Syavira ya. Boleh enggak?"

"Ke mana?" Daniel mengangkat satu alisnya ke atas. 'Biar aku juga bisa atur rencana mau ke mana, asalkan enggak papasan sama kamu.' Ia berbisik dalam hati, berharap kalau tempat tujuan mereka akan berbeda malam ini.

Revina hanya mengedikkan bahunya dengan santai. Karena dia sendiri pun belum mengatur janji dengan sahabat-sahabatnya tersebut. Kebetulan Daniel kerja, jadilah dia memilih inisiatif untuk temu kangen dengan dua sahabatnya itu.

"Oh ya udah, nanti kabari aku kalau kamu mau berangkat ya, Sayang." Tak ingin Revina curiga apa pun, Daniel pun berniat untuk tidak mendesak perihal tujuan istrinya nanti malam. "Asal pulangnya jangan kemalaman, jangan sampai aku pulang duluan, baru kamu sampai rumah. Aku enggak suka itu."

Perempuan berparas cantik dengan profesi pilot maskapai komersil tersebut langsung tersenyum dan membalikkan badan agar bisa memeluk tubuh kekar Daniel. Berusaha menenangkan perasaan serta membunuh kekhawatiran sang suami padanya dengan mengatakan, "Aku enggak akan pulang kemalamen kok, aku janji..."

Daniel pun setuju dan ia menggiring Revina untuk duduk bersama di meja makan. Menikmati menu sarapan yang telah disiapkan oleh sang istri. Sampai detik ini, tidak ada hal mencurigakan dari pernikahan mereka.

"Yank," panggil Revina disela-sela makannya. Membuat Daniel langsung mengangkat wajah untuk bertanya 'ada apa' tanpa bersuara ke arah sang istri yang tampak sedikit gelisah setelahnya. "Hhmm..." Ia jadi sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Revina tidak ingin membuat selera makan Daniel jadi rusak karena ulahnya.

Tetapi, Daniel tampaknya cukup peka akan kegugupan dan keraguan sang istri. Buru-buru lelaki itu merogoh dompetnya dari kantong celana. Mengeluarkan satu keping kartu ATM dari sana sambil berkata, "Kamu mau pakai kartu ATM ini pastinya."

Sedikit canggung, Revina pun mengangguk pelan sembari menjepit rambutnya ke belakang telinga. Khawatir kalau Daniel keberatan atau tersinggung akan hal ini.

"Ya udah, ini ATM-nya ya, Sayang." Lembut, Daniel menyerahkan kartu itu ke tangan Revina. "Tapi ingat, jangan boros dan jangan beli hal-hal enggak berguna. Kita harus hemat kan, kita masih punya banyak mimpi dan impian masa depan," katanya memperingatkan Revina dengan lembut.

Sangat lembut, tapi entah kenapa rasanya sedikit menusuk relung hati Revina, ya?

Seperti ada sesuatu yang kini mengikat hatinya, menghentikan debaran jantungnya. Kenapa setiap kali ingin menikmati hasil jerih payahnya sendiri—justru Revina merasa setakut ini?

"Ingat, setiap kali kamu transaksi bakal masuk notifikasinya ke ponselku." Daniel bangkit berdiri dan mengecup puncak kepala Revina dengan lembut. "Aku bukannya pelit atau gimana, aku tahu banget kamu dulu kalau udah bareng Syavira dan Hanim suka kebablasan belanjanya. Hanim beda, dia anak sultan dan juga istri dari sultan perhotelan. Beda sama kamu, beda sama kita."

Revina hanya mengangguk pasrah, rasanya ingin sekali mengembalikan kartu ATM yang tadi diserahkan oleh Daniel ke tangannya. Tapi bukankah itu ujungnya akan membuat Daniel marah? Dan Revina enggak mau itu terjadi. Revina terlalu takut kalau harus melukai hati suaminya ini. Revina harus selalu menjaga perasaan Daniel dan hal terpenting adalah... Daniel enggak boleh merasa direndahkan oleh orang lain, entah karena alasan apa pun itu, terutama direndahkan perihal uang.

"Aku berangkat ke kantor dulu ya, Sayang." Daniel kembali menarik dagu Revina agar bisa mencium kening istrinya. "Maaf ya kalau kata-kataku buat kamu tersinggung. Aku cuma memikirkan bagaimana caranya kita bisa hidup enak di usia tua nanti. Aku mau yang terbaik untuk rumah tangga kita."

Revina langsung menggeleng dan mengusap punggung tangan Daniel. "Aku enggak marah, aku paham kok tujuan kamu baik dan itu untuk aku. Aku tahu, kamu sayang sama aku."

"Sayang banget, Sayang." Daniel mengecup bibir Revina kali ini, menimbulkan bunyi yang membuat mereka berdua geli sendiri karenanya. "Kita kerja keras sekarang, biar besok, waktu udah berumur, kita bisa goyang-goyang kaki menikmati hasilnya. Kita tinggal main golf doang sama nonton televisi tanpa memikirkan besok makan cari uang dari mana."

"Iya, aku percaya."

Daniel pun segera pamit dan keluar dari ruang makan tersebut, diiringi oleh Revina yang ingin mengantar suaminya ke garasi.

"Nanti jangan lupa kabari aku, kamu mau pergi ke mana," katanya sebelum masuk ke dalam mobil. "love you, Sayang."

Revina mengangguk pelan dan melambaikan tangannya ke arah Daniel yang telah menyalakan mesin mobilnya. "Hati-hati ya, Yank."

"Love you," ulang Daniel lagi. Kepalanya mendongak dari kaca mobil, sambil memutar kedua bola matanya. "Love you, Sayaaaaang..."

"Iya, hati-hati ya, Yank."

Saat Revina ingin berbalik, kedua tangan Daniel kembali memeluknya dari belakang. Tentu saja hal tersebut membuatnya kaget bukan main. Sambil terkekeh pelan, Revina pun bertanya, "Apa? Kenapa? Kok turun lagi dari mobil?"

"Aku ngomong kamu enggak jawab," kata Daniel sambil merengut manja. Membalikkan tubuh sang istri agar kini menatap ke arahnya. "berulang kali aku ngomong, tapi kamu cuekin."

"Apa? Ngomong apa?" tanyanya sambil menahan tawa. Revina sebenarnya tahu apa yang dimaksud oleh Daniel, dia sengaja mengerjai lelakinya itu. "Ngomong apa? Apa sih, Yank?" tanyanya lagi.

Dengan suara manja dan sedikit merengut, Daniel pun menjawab, "Aku bilang 'love you' berkali-kali kamu enggak mau jawab. Kamu marah karena ATM tadi?"

"Hahaha, iya, iya, love you too." Revina akhirnya menjawab dan meraih punggung tangan Daniel untuk dicium. "Love you more, Yaaaank..."

"Nah gitu dong, baru tenang dan senang hati buat ke kantor. Karena restu dan doa istri adalah pintu rezeki suami."

Setelahnya, barulah Daniel benar-benar pergi dan begitu mobilnya sampai di jalan raya, dia segera menghubungi Aylana dan berjanji untuk menjemputnya ke apartemen pas jam makan siang.

***

"Aku malam ini mau keluar. Enggak tahu aku pulang ke sini atau enggak."

Jupiter mengangkat wajahnya ketika mendengar ucapan Aylana yang bernada ketus tersebut. Dia kemudian kembali mengalihkan pandangan ke pohon mangga di halaman belakang yang tengah berbuah lebat.

"Kamu dengar enggak sih, Piter?!" sentaknya dengan menarik lengan atas Jupiter dengan kuat. "Aku kok sebagai istri jadi serba salah, kalau enggak izin nanti dibilang istri durhaka. Udah ngomong, malah dikacangin. Kamu itu bener-bener yaaaa...."

"Terus aku mau bilang apa? Mau bilang—iya aku izinkan kamu untuk pulang ke apartemen bareng lelaki itu malam ini—kamu maunya aku bilang begitu, hah?" Gantian, kini Jupiter yang berkata dengan tegas seraya mencengkeram lengan atas Aylana, menatap mata istrinya lekat-lekat. "Wajar enggak kalau seorang istri bilang ke suaminya, dia enggak tau bakal pulang ke rumah apa enggak?"

Aylana berusaha untuk tetap tenang dan melenyapkan kegugupannya di hadapan Jupiter. Baginya, sangat gengsi sekali kalau Jupiter harus tahu kalau kini hatinya cukup khawatir ditatap dan dimarahi seperti ini.

"Coba seandainya aku yang sekarang pamit untuk enggak pulang ke kamu, sementara kamu tahu kalau aku sekarang punya selingkuhan. Kamu bakal jawab apa?"

"Ya aku jawab, silakan." Aylana tersenyum kecil seraya mengusap dagu Jupiter. "Gimana mungkin aku paksa seseorang untuk berada di sisiku, sementara orang itu enggak nyaman sama sekali bersamaku. Bukannya itu egois?" ledeknya.

Jupiter menggeleng samar, dia sendiri penasaran hati Aylana terbuat dari apa sampai tega mengatakan hal ini padanya.

"Aku cuma yakin sama Daniel, bukan sama Jupiter. Aku yakin, Daniel cinta dan sayang sama aku."

"Tapi Daniel-mu itu enggak bisa setia."

Aylana berdecap kesal seraya menanggapi, "Dia setianya sama aku. Bahkan malam ini, dia sudah cari alasan untuk meninggalkan istrinya demi bisa bareng aku. Kurang setia dan kurang cinta apalagi dia sama aku, Jupiter?" tantangnya dengan mata yang melebar.

"Dia menipu pasangannya agar bisa bertemu denganmu, apakah orang seperti itu yang kamu harapkan bisa setia?" Jupiter balik bertanya dengan tatapan sinis kepada Aylana. "Lelaki yang juga selalu membuai istrinya dengan kalimat cinta dan juga mungkin selalu mencium istrinya tanpa jeda, itu yang kamu katakan dia mencintai kamu, Ay?"

"Diam! Kamu enggak berhak menilai dan menuding Daniel!"

"Apa aku harus ikut memuja lelaki brengsek itu di depan istriku sendiri, Ay???"

"Harus!"

"Kamu sakit jiwa, Ay!"

Aylana mendorong kuat tubuh Jupiter hingga suaminya kehilangan kendali. "Makanya kamu ceraikan aku biar aku dan Daniel bisa bersatu!" pekiknya dengan histeris, seraya menendang paha Jupiter dengan heels-nya. "Daniel hidup mandiri, beda sama kamu yang hidup dari belas kasih keluargaku. Aku malu harus menerimamu dengan tulus. Batinku selalu menolak hal itu, Piter."

Jupiter berusaha untuk meredam amarahnya, jadilah dia hanya memilih untuk bangkit berdiri dan mengabaikan saja Aylana yang kini berlenggok meninggalkannya di sana.

'Revina, maafkan istriku yang telah jadi orang ketiga dalam kebahagiaan rumah tanggamu. Apakah kamu tahu itu?'

BERSAMBUNG....