"Kau akan kunikahkan dengan dia. Kau juga sudah tahu bukan, bagaimana sejahteranya kerajaan itu?"
Charlotte berakting seolah dirinya belum mengetahui apa-apa tentang perjodohan ini. Dengan wajah datarnya ia melihat ayahnya yang duduk tepat di depannya.
Ibu Charlotte menambahkan cerita tentang Axel yang membuat putrinya mengingat bagaimana kedekatan mereka dulu ketika masih kecil. Mereka selalu main bersama ketika ada pertemuan atarkerajaan. Namun, Charlotte berusaha untuk tidak merasa senang di hadapan kedua orang tuanya itu.
Ayah-ibu Charlotte menegaskan jika pernikahan ini akan bagus untuk kehidupan putri mereka. Juga, ini adalah cara Charlotte berbakti kepada orang tuanya sebagai anak perempuan. "Cinta akan datang seiring berjalannya waktu." Begitulah yang dikatakan oleh raja Kerajaan Florin itu kepada putrinya.
'Saat ini pun aku sudah mencintainya, Ayah. Tidak, sejak kami masih kecil dulu, perasaanku sudah tumbuh untuknya,' gumam Charlotte dalam hatinya.
"Ayah tahu jika kau bisa mengambil hati raja dan ratu Nirwana. Dengan begitu, kau akan menjadi menantu kesayangan dan bisa mendapatkan apa saja dari mereka," ujar ayah Charlotte.
Charlotte terus terdiam ketika ayahnya berbicara. Diamnya bukan karena ketidaksetujuan atas perjodohan ini, tapi ia sedang merayakan kebahagiaannya di dalam hati.
*
Hari pernikahan tiba, Charlotte yang cantik dan anggun mengenakan baju yang sudah dikirimkan Kerajaan Nirwana kepadanya. Baju yang akan dikenakan senada dengan pengantin pria itu dihiasi benang emas dan juga bunga yang timbul. Charlotte benar-benar tidak sabar untuk sampai ke altar pernikahan.
Di dalam kereta kudanya, sambil memegangi bunga, Charlotte terus saja membayangkan kehidupan mewah di Istana Nirwana. Ia akan memiliki banyak pelayan dan kamar yang lebih besar dari kamarnya saat ini. Ia juga akan menjadi sangat dihormati karena dia adalah calon ratu di kerajaan itu.
Kereta kuda pun berhenti, tanda mereka sudah sampai di tujuan. Charlotte merekahkan senyuman bahagiannya. Dengan anggun dia turun dari kereta kuda itu dibantu oleh beberapa orang yang membetulkan gaunnya selepas turun dari kereta kuda.
Orang tua Charlotte pun menyusul turun dari kereta yang berbeda, mereka segera berdiri di samping kiri dan kanan putri mereka, dan mengiringi jalan Charlotte untuk menuju Axel. Sepanjang perjalanan di karpet mereka itu, raja dan ratu Florin pun menekan putri mereka untuk bersikap sangat manis dan mengambil hati rakyat Nirwana.
"Bersikap baiklah kepada semua orang, jika perlu sapa rakyat-rakyat itu agar kau tetap dipandang," ujar ibu Charlotte.
"Ingat ambillah hati mertuamu, agar kau mendapatkan tempat khusus di istana itu," lanjut sang ayah.
"Aku tahu semua itu, fokuslah pada acara," jawab Charlotte.
Sayangnya, saat Charlotte bisa melihat wajah Axel yang datar tanpa senyuman sama sekali. Seharusnya di acara seperti ini dia bisa menunjukan citra yang baik kepada tamu undangan dan juga rakyatnya. Charlotte pun menurunkan senyumannya sedikit ketika ia melihat Axel dan bertatapan dengan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
Charlotte tidak yakin jika kehidupannya akan berjalan dengan mulus di dalam istana. Namun, ia kembali mengalihkan pikiran negatifnya, akan lebih baik jika dia berpikiran Axel hanya tegang menghadapi pernikahan ini.
*
Axel melangkahkan kakinya untuk berbalik badan dan pergi dari altar. Namun, kedua orang tuanya menahan tangannya untuk tetap di sana. Terutama ayahnya yang memiliki kekuatan yang lebih dari putranya itu.
"Apakah kau ingin membunuhku saat ini juga?" bisik ayah Axel.
Mendengar perkataan ayahnya itu, Axel langsung menatap dalam ayahnya. Jika sudah menyangkut dengan kematian, Axel sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia pun akhirnya menghentikan niatnya itu.
"Tersenyumlah," ujar ayah Axel.
Ibu Axel hanya bisa menatap kedua lelaki dalam hidupnya itu bersitegang. Ia bahkan tidak memiliki kekuatan apa pun untuk membela salah satu di antara mereka. Axel memanglah anaknya, namun wibawa suaminya juga dipertaruhkan.
"Aku akan tetap di sini. Tapi, jangan menyuruhku melakukan hal lainnya, termasuk tersenyum," ujar Axel.
"Sudah, aku mohon, ini bukan waktunya untuk berdebat," ujar sang ratu.
Axel kembali menatap ke depan, ke arah Charlotte yang berjalan didampingi oleh ibu dan ayahnya. Ia sudah mengenal wanita itu sejak lama, namun baginya sama sekali tidak ada yang spesial dari Charlotte, Axel hanya melihat seorang putri yang bergantung pada pelayan istana, dna tidak bisa melakukan apa-apa.
Axel dan Charlotte saling bertatapan, putri Kerajaan Florin itu harus merendahkan harga dirinya untuk terus tersenyum ketika melihat Axel, walaupun calon suaminya itu tidak membalasnya sama sekali. Hal itu sudah menjadi pertanda sebuah penolakan bagi Charlotte.
'Bagaimanapun sikapmu, kau tetap akan menjadi suamiku, Axel,' gumam Charlotte dalam hatinya.
Charlotte semakin dekat dengan Axel, ia memperhatikan baju lelaki itu tidak semewah baju pengantinnya, dan terlihat baju mereka tidak senada. 'Apakah dia merusk baju pengantinnya?' pikir Charlotte.
Ketika kedua kerajaan saling berhadapan, Raja Florin pun berjalan bersama putrinya untuk diserahkan kepada putra Kerajaan Nirwana itu. Dengan memegang tangan putrinya, dan senyuman bahagia, Raja Florin meminta Axel menjaga putri yang sudah dibesarkannya dengan susah payah.
Axel yang masih belum bisa tersenyum bingung harus menjawab apa dari perkataan Raja Florin. Ia sama sekali tidak ingin menjaga putrinya karena pernikahan ini adalah sebuah paksaan. Bahkan hatinya tidak terbuka untuk wanita mana pun saat ini, hanya saja ada kesedihan yang mendalam, yang membuatnya tak bisa merasa.
Raja Nirwana pun memberikan sedikit senggolan kepada putranya untuk menjawab apa yang dikatakan oleh Raja Florin. Akhirnya, Axel pun membuka suaranya, walaupun tanpa senyuman yang menghiasi.
"Aku akan menjaganya," ujar Axel singkat.
Raja Florin mengambil tangan Axel dan meletakan tangan putrinya di telapak tangan putra Kerajaan Nirwana itu. Setelah menyerahkan anaknya, Raja Florin kembali berdiri di samping istrinya dan menuju tempat yang telah disediakan.
Begitu juga dengan raja dan ratu Nirwana, setelah Axel dan Charlotte sudah bersama, mereka beranjak ke tempat mereka. Lalu, kedua mempelai itu pun berjalan ke tempat pemberkatan pernikahan, yang sudah ada seorang petinggi kerajaan yang akan menikahkan mereka.
*
Axel dan Charlotte mengucapkan janji suci mereka berdua. Petinggi kerajaan pun akhirnya meresmikan mereka sebagai pasangan suami-istri.
"Di hadapan kedua orang tua, rakyat, dan semesta, aku sahkan kalian sebagai sepasang suami-istri. Silahkan cium mempelaimu," ujar petinggi kerajaan dengan sukacita.
Axel yang tidak ada hati sama sekali kepada Charlotte, tidak bisa melakukan ciuman itu. Hatinya benar-benar menolak, dan dia pun mengingat seseorang yang tidak bisa bersamanya saat ini. Axel sangat bimbang, ia bahkan memakan waktu cukup lama untuk memutuskan, apakah harus melakukannya atau tidak.
Ayah dan ibu Axel begitu khawatir melihat tingkah putra mereka. Mereka sangat khawatir jika pernikahan ini benar-benar akan menjadi pergunjingan di kerajaan lain. Raja dan ratu Nirwana itu pun tidak enak hati kepada raja dan ratu Florin.
Ibu Axel pun berbisik kepada suaminya tentang tingkah Axel di atas altar. "Apa yang dilakukannya, kenapa dia tidak mencium Charlotte?"
"Diamlah, aku sama paniknya denganmu. Kita lihat apa yang akan dilakukan olehnya, aku sudah memperingatkannya dengan keras," jawab ayah Axel.
Axel hanya terus menatap Charlotte sambil membayangkan seseorang yang ada di pikirannya berdiri dan menjadi pasangannya saat ini.
*