Chereads / Cahaya Terakhir Bulan / Chapter 22 - Mengungkap Tabir Kebenaran

Chapter 22 - Mengungkap Tabir Kebenaran

"Alhamdulillah kalau kamu sekarang sudah berhasil, Nak. Ibu sangat bangga denganmu walau Ibu tidak terlalu dekat denganmu Tapi kamu masih bisa untuk meraih cita-citamu dan mendapatkan pekerjaan dan posisi yang kamu inginkan. Ibu jadi merasa bersalah karena dulu meninggalkan kamu dengan ayahmu. Ibu benar-benar menyesali hal yang sudah terjadi tapi mau bagaimana lagi jika kamu ikut dengan ibu bunga tidak mungkin kamu tidak akan sampai di posisi seperti sekarang ini. Karena kamu pun tahu bagaimana latar belakang dari keluarga ibu dan bagaimana hidup ibu sekarang jauh dari kata mewah dan bisa memenuhi kebutuhan hidupmu seperti ayahmu."

"Ibu tidak perlu merasa sedih seperti itu atau merasa kecewa. Segala sesuatu yang sudah terjadi tidak perlu disesali sama sekali. Aku sama sekali tidak menyalahkan Ibu atas kejadian di masa lalu. Meskipun kadang aku berpikir Kenapa aku tidak dibesarkan saja oleh seorang ibu ketimbang dibesarkan oleh seorang ayah yang memiliki kesibukan sangat amat sibuk di luar sana dengan pekerjaannya. Tapi aku bersyukur memiliki kedua orang tua seperti kalian yang selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik kepadaku sampai aku berada di titik seperti ini. Aku berterima kasih kepada ayah juga berterima kasih kepada Ibu yang ternyata selama ini tidak pernah melupakanku bahkan cenderung lebih sering mendoakanku di setiap malam tanpa aku ketahui," kata Bulan sembari merubah posisi duduknya sehingga lebih dekat dengan sang ibu.

Suasana pada saat itu berubah menjadi agak haru. Pertemuan seorang ibu dan anak yang telah lama berpisah selama beberapa tahun akibat jarak dan kesibukan masing-masing. Bulan yang tadinya setengah hati untuk mengunjungi sang Ibu tiba-tiba perasaannya berubah ketika sudah bertemu dengan sang Ibu dan berada di rumahnya. Sang ibu yang merangkul Bulan memberikan kenyamanan tersendiri yang sudah sangat lama tidak ia rasakan. Sang ayah yang memiliki kesibukan dengan pekerjaannya membuat Bulan lupa akan hangatnya pelukan dari orang tua.

Sang ayah juga Ketika saat itu cenderung melarang Bulan untuk bertemu dengan sang ibu. Karena khawatir kalau Bulan akan dididik oleh sang ibu dan menjadi orang yang gagal seperti dengan sang ibu yang menurut kacamata dari ayahnya hanyalah orang yang biasa-biasa saja dan tidak akan pernah berhasil dalam hidupnya. Sehingga membuat jarak dan hubungan emosional diantara Bulan dengan sang Ibu menjadi renggang. Barulah ketika saat ini momen yang tepat ketika Bulan sudah bekerja dan terlepas dari sang ayah sehingga ia bisa leluasa untuk mengunjungi ibunya.

Bulan benar-benar merasakan sosok yang telah lama hilang dalam hidupnya. Pelukan hangat dari seorang ibu benar-benar menyadarkan dirinya kalau masih ada orang yang benar-benar peduli dan sayang padanya bukan hanya sekedar sayang pada pekerjaannya atau sayang pada masa depannya yang cenderung tidak terlalu dibutuhkan dan diperlukan oleh Bulan. Karena menurutnya yang ia butuhkan saat ini adalah pelukan hangat dan dorongan motivasi yang benar-benar terjadi untuknya. Hal itulah yang ia rasakan dari sang Ibu pada saat ini membuat mereka saling berpelukan hangat untuk melepas satu sama lain kerinduan yang sudah lama terpendam.

"Sekarang Putri Ibu sudah tampak sangat cantik dan bertumbuh dewasa. Ibu tidak menyangka padahal baru kemarin kamu masih dalam gendongannya ibu tapi sekarang kamu sudah begitu tumbuh dewasa. Parasmu cantik matamu bersinar kamu tumbuh begitu cepat, Nak. Seandainya waktu bisa diulang mungkin Ibu tidak akan pernah melepaskanmu jatuh kepada pengasuhan dari ayahmu. Tapi Ibu tidak bisa berbuat apapun selain menyesali kepergianmu terakhir kali ketika dibawa oleh ayahmu pergi. Kondisi ekonomi benar-benar menyiksa ibu dan memaksa ibu untuk melepaskan satu-satunya buah hati yang Ibu miliki. Ibu setiap malam menyesali tentang apa yang terjadi di masa lalu. Seandainya saja waktu bisa diulang Ibu tidak akan pernah melepaskanmu untuk pergi dan membiarkanmu tumbuh dewasa seorang diri," kata sang ibu dengan nada lirih sembari menatap wajah anaknya yang kini sudah bertumbuh jadi wanita dewasa dan kuat.

"Ibu tidak perlu menyesali segala sesuatu yang sudah terjadi. Aku sama sekali tidak memiliki dendam pada ibu atas apa yang terjadi di masa lalu. Mungkin pada saat itu Ketika aku kecil aku sangat membenci ibu. Karena perkataan dari ayah yang membuat aku terpengaruh kalau sebenarnya ibu sama sekali tidak menyayangiku sehingga merelakan aku pergi bersama ayah. Tapi seiring berjalannya waktu aku menyadari Kenapa hal itu ibu lakukan. Kalaupun aku di posisi ibu mungkin saja itu yang aku akan lakukan. Ibu sudah melakukan hal yang benar dengan merelakan buah hati ibu demi masa depannya. Itulah cinta sejati dari seorang ibu. Ibu tidak perlu menyesali apa yang sudah terjadi," ujar Bulan sembari menyeka air mata yang perlahan menetes dari mata sang ibu.

"Aku ke sini bukan untuk bersedih hati. Justru sebaliknya aku ke sini ingin menjenguk Ibu sekaligus untuk menghibur Ibu dan menemani Ibu. Aku juga minta maaf karena baru sekarang-sekarang ini aku menyempatkan diri untuk datang ke sini. Kalau saja aku tidak terlalu ambisius dengan pekerjaanku mungkin saja hidupku lebih tenang dan aku bisa lebih sering berkunjung ke sini dan menemani ibu. Keadaannya di sini sangat berbeda dengan ketika berada di tempat ayah. Aku benar-benar merasakan sosok orang tua dan kenyamanan sebagai seorang anak ada di sini. Sementara Ayah di sana hanya sibuk dengan pekerjaannya dan menelantarkan aku di rumah seorang diri."

"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu kepada ayahmu, Bulan. Biar bagaimanapun juga apa yang dilakukan oleh seorang ayah untuk putrinya itu sudah yang terbaik. Meski memang dia terlihat kejam dan tega menelantarkan mudah meninggalkanmu seorang diri di rumah. Tanpa pengawasan dan perhatian dari orang tua. Tapi ada hal lain yang sedang ia lakukan sehingga ia mengorbankan waktu bersama dengan putrinya. Hal yang tidak pernah kamu lihat dari sisi ayahmu. Ia ingin kamu merasakan kelayakan hidup seperti anak-anak lain pada umumnya. Jika ia memiliki pilihan, tentu saja ia tidak mau menelantarkanmu dan berangkat pergi untuk mencari nafkah. Tentu ia akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk merawatmu dan mendidikmu sedari kecil," ujar sang Ibu menasehati Bulan agar berprasangka baik pada sang ayah.

Bulan benar-benar tersadarkan. Selama ini ia mengira kalau yang jahat adalah sang ibu. Atau juga sempat menduga kalau ayahnya adalah sosok yang paling jahat di dalam hidupnya karena memisahkan mereka berdua. Tapi ternyata hari ini Bulan menyadari banyak hal kalau mereka berdua adalah orang tua yang hebat. Keduanya melakukan porsinya masing-masing semata-mata untuk masa depan dan kebaikan Bulan.