Chereads / Cahaya Terakhir Bulan / Chapter 24 - Saling Menatap, Memeriksa, Memastikan

Chapter 24 - Saling Menatap, Memeriksa, Memastikan

Fajar melihat ke arah Bulan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia melihat betul secara tetap segala sesuatu yang terdapat pada diri Bulan. Baru pertama kalinya ya lihat wanita seperti itu berada di sini. Wajahnya sangat anggun cantik dan manis. Sementara kulitnya begitu putih berbanding terbalik dengan kebanyakan orang yang berada di sini yang memiliki warna kulit yang sawo matang dan cenderung agak gelap. Dikarenakan terik matahari yang begitu menyengat dikala siang. Disebabkan karena letak geografis penduduk pesisir pantai yang memang rata-rata memiliki warna kulit yang agak gelap.

"Siapa wanita ini rupanya? Aku tidak pernah melihat wanita ini sebelumnya berada di sini. Sepertinya dia orang baru di sini atau orang kota yang hendak berlibur di tempat ini. Wajar saja bilamana Ia memiliki kulit yang putih dan perawakan wajah yang begitu cantik. Rambut panjangnya sebahu membuat kesan wajahnya begitu sempurna," gue mau apa aja sembari terus memperhatikan Bulan secara seksama.

Hal senada dilakukan oleh Bulan yang merasa heran dengan penampilan Fajar. Ketika dalam perjalanan menuju ke tempat ini sesekali ia berpapasan dengan anak muda atau orang-orang yang berada di sini. Fajar memiliki penampilan yang berbeda meski memiliki warna kulit yang sama. Ia memiliki wajah yang terkesan lebih menyenangkan dan manis rupawan. Sehingga membuat Bulan merasa heran bagaimana bisa ada pria seperti ini di antara orang-orang yang tinggal di sini.

"Aku kira rata-rata anak pantai memiliki kulit yang sangat gelap dan terkesan kusam. Tapi kenapa pria ini berbeda dari yang lain? Apa jangan-jangan dia termasuk perantauan dan juga berpindah di sini. Dia seolah-olah berbeda dari yang lain," gumam bulat yang juga memperhatikan ke arah Fajar dengan tatapan memeriksa.

Alhasil keduanya terus menatap satu sama lain. Sampai akhirnya Bulan merasa kalau tatapan Fajar sudah terlewat batas. Ia lantas kemudian menegur Fajar agar berhenti untuk melihat ke arahnya. Selain risih, Bulan juga tidak bisa terus-menerus ditatap oleh Fajar dengan tatapan seperti itu. Ia lama kelamaan bisa salah tingkah dan menjadi grogi karena melihat tatapannya.

"Heh! Ngapain kamu melihat ke arahku terus-terusan seperti itu?! Awas kamu kalau macam-macam pikirannya. Aku beri pelajaran kamu!" tegur Bulan kan baring memberikan tekstur dengan tangan mengepal. Seolah-olah ia akan memberikan pelajaran kepada Fajar yang terus-menerus memperhatikannya.

Mendapat teguran tersebut lantas saja langsung mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin membuat masalah dengan orang baru yang berada di situ. Terlebih juga dia sedang bertamu ke rumah orang tidak mungkin Ia membuat keributan hanya karena terus-menerus memperhatikan orang baru yang berada di sana. Sampai ketika ibunya Bulan keluar dari dapur dan membawakan sebuah kantong plastik yang akan diberikan kepada Fajar untuk dibawa pulang olehnya.

"Nah, ini ada sedikit oleh-oleh juga dari kota untuk ibumu dan bapakmu. Kebetulan tadi anaknya ibu membawakan ini. Tolong nanti kasihkan kepada bapakmu dan ibumu ya sampaikan juga ucapan terima kasih kepadanya dari ibu. Ibu benar-benar merasa sangat senang dan bahagia mendapatkan hadiah dari kedua orang tuamu," kata ibunya Bulan sembari menyerahkan sesuatu dalam kantong plastik kepada Fajar.

"Iya, Bu. Aku juga mengucapkan terima kasih karena sudah repot-repot diberikan seperti ini. Nanti akan aku sampaikan ucapan terima kasih dari ibu kepada ibuku dan bapakku. Kalau begitu aku pamit dulu, ya. Aku harus segera kembali," ujar Fajar meminta izin untuk pergi dari tempat tersebut.

"Kamu buru-buru sekali. Kamu sudah kenalan belum sama anak Ibu? Bulan ini adalah Fajar. Dia salah satu tokoh pemuda yang berada di sini. Kalau kamu mau tahu apa-apa tentang pantai atau tempat-tempat indah yang berada di sini yang tersembunyi kamu bisa nanya sama dia. Dia orang asli sini. Sudah sejak kecil bahkan dilahirkan di sini sebagai anak pantai. Makanya nggak heran kalau dia sangat dekat dengan Ibu. Fajar ini salah satu anak yang sering menemani Ibu," kata sang Ibu memperkenalkan Fajar kepada Bulan.

Bulan hanya tersenyum ke arah Fajar ketika diperkenalkan oleh ibunya. Ia merasa canggung dan bingung bagaimana caranya untuk menanggapi perkenalan yang terjadi secara tiba-tiba. Satu-satunya pilihan adalah melempar senyuman seolah-olah menyambut hangat perkenalan dengan seorang Fajar.

"Nah, ini juga anak ibu namanya Bulan. Dia anak satu-satunya ibu yang baru bersempat berkunjung ke sini. Bulan ini tinggal di kota, sehingga baru sempat untuk mengunjungi ibu saat ini. Kebetulan sekali kamu datang makanya Ibu kenalkan sama anak ibu. Wajahnya ayu rupawan nggak beda jauhnya sama ibu ketika masih muda. Kira-kira beginilah penampilan Ibu kalau masih muda," kata sang ibu dengan nada agak bergurau.

"Oh ini anaknya, Ibu. Saya pikir tadi siapa yang sedang duduk. Saya kira kamunya Ibu dari luar kota. Yang kebetulan sedang mampir dan hendak pergi ke pantai. Saya Fajar, salam kenal ya. Saya anak pantai di sini kalau kamu perlu apa-apa dan mungkin butuh penunjuk jalan ketika ingin pergi ke pantai, saya mungkin bisa membantu," kata Fajar memperkenalkan dirinya juga sembari mengulurkan tangan.

"Saya Bulan, salam kenal juga, ya." Bulan menerima jabat tangan dari Fajar.

"Syukurlah kalau kalian sudah saling berkenalan satu sama lain. Kamu setelah ini mau kemana, Fajar?"

"Aku rencananya mau ke pantai, Bu. Kebetulan disuruh keliling pantai sama bapak. Disuruh memantau para pengunjung. Agar semuanya dalam keadaan aman terkendali," kata Fajar.

"Wah, kebetulan sekali. Bulan, kamu lebih baik ikut sama Fajar ke pantai. Nanti biar dia ajak kamu berkeliling. Nanti supaya sore hari kamu bisa pulang. Kalau sama Ibu, takutnya kamu pulang dari sini kemaleman. Soalnya yang tahu lebih detail seluk beluk pantai ini, ya, Fajar. Kamu akan memiliki penunjuk jalan yang hebat. Bagiamana? Hitung-hitung kamu jalan-jalan menghilangkan penatmu," ujar sang ibu memerintahkan agar Bulan ikut bersama Fajar.

"Ta-tapi, Bu?"

"Tidak apa-apa, Nak. Ibu percayakan kamu sama dia. Dia akan menjaga kamu dengan baik. Kamu nggak perlu khawatir. Nggak akan ada yang terjadi selain kamu mendapatkan kebahagiaan ketika melihat pantai dan ombak di lautan. Ibu jamin kamu akan merasakan ketenangan ketika berjalan di pinggir pantai."

"Iya sudah, Bu. Aku ikut sama Fajar kalau begitu. Nanti sore aku kembali ke sini. Ibu hati-hati di rumah, ya."

"Iya, kamu juga hati-hati di sana. Jangan jauh-jauh dari Fajar supaya kamu bisa kembali segera."

"Iya, Bu."

"Fajar, Ibu titipkan anak Ibu, ya. Tolong diajak jalan-jalan keliling pantai. Jangan sampai ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya. Jaga baik-baik dia. Ibu percayakan sama kamu."

"Iya, Bu."