Saat pintu lift terbuka, irama degupan jantung yang memompa keras pun mulai dirasakan oleh Ansel yang kini berada di lorong lantai ruangan Alex. Hanya tinggal beberapa langkah saja Ansel akan tiba di depan ruangan Alex.
Semenit ...
Dua menit ...
Kini Ansel pun berhasil melangkahkan kedua kakinya dengan mulus di depan pintu ruangan Alex.
Tok ... Tok ...Tok
Ansel mengetuk pintu. ''Masuk!'' ucap Alex dari dalam yang berteriak menitah Ansel untuk masuk.
KREK~~~
Saat Ansel membuka pintu, Alex pun langsung menoleh ke arahnya. Alex menitah Ansel untuk duduk di kursi yang berada di ruang kerja Alex tersebut.
''Hai! Apa kabar?'' Alex menjabat tangan Ansel. Lalu Ansel pun membalas jabatan tangan Alex seraya menjawab pertanyaan Alex.
Mereka duduk berhadapan. Bukan hanya orang-orang di rumah Ansel yang merasa pangling melihat penampilan Ansel yang terlihat sangat berbeda, akan tetapi Alex juga merasakan hal yang sama. Mengingat, di hari kemarin penampilan Ansel sangat terlihat kusut.
Alex pun melanjutkan pertanyaannya pada Ansel. "Bagaimana, apa keputusan kamu Sel?"
Ansel terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Alex. Ia tampak gugup walaupun sedari rumah, ia sangat mantap ingin menerima tawaran Alex tentang pekerjaan yang hendak ditawarkan padanya.
"Sel?!" panggil Alex.
Alex melamun. Saat mendengar suara Alex memanggil namanya, barulah ia mulai berbicara dengan terbata-bata.
"M---Maaf! Baiklah, aku akan mencoba menerima tawaran ini. Tapi aku mohon, jangan beri tahu Elea. Aku tidak ingin jika ia tahu kebenaran bahwa ayahnya sudah tahu siapa aku, dia pasti akan sangat marah pada dan mungkin jabatan yang sedang ia jalani akan kacau," ujar Ansel.
Lalu Alex mengangguk seraya menyunggingkan sedikit bibirnya pada Ansel.
Saat ini, Ansel resmi menerima tawaran pekerjaan dari Alex. Ia pun sudah bisa memulai kerja di esok harinya.
Setelah berbincang-bincang mengenai pekerjaan, Alex pun membolehkan Ansel untuk pulang dan kembali bekerja pada esok hari.
~~~
Siang, di ruang kerja Elea ...
Setelah dihari kemarin Elea bolos kerja, akhirnya pada hari ini ia kembali menapakkan kedua kakinya di dalam ruang kerjanya. Elea masih belum bisa berfokus pada pekerjaannya karena memang urusan dirinya dengan Ansel belum menemukan titik terang.
*Ponsel berdering*
Elea yang sedang berdiri menatap jendela berukuran besar di dalam ruang kerjanya itu seketika menoleh pada sumber bunyi nada dering ponsel miliknya yang ia simpan di atas meja. Elea dengan segera melihat siapa yang menelepon.
Tangannya pun meraih ponsel itu dan dilihatnya langsung siapa yang menelepon. Perasaan yang penuh harap bahwa yang menelepon itu adalah Ansel, harus ia pupuk dalam-dalam karena kenyataannya bukan Ansel yang menelepon, melainkan Zayn si partner kerjanya saat ini.
Karena urusan pekerjaan, Elea mau tidak mau mengangkat telepon dari Zayn tersebut.
''Halo!'' sapa Elea.
''Hai, Elea. Apa kamu ada di kantor saat ini?'' tanya Zayn.
Elea pun menjawab pertanyaan Zayn dan mengatakan bahwa ia ada di kantor saat ini. Elea tidak melarang Zayn yang ingin menemuinya di kantor. Setelah itu, Elea kembali melanjutkan pekerjaannya seraya menunggu kedatangan Zayn.
Lima belas menit pun berlalu, Elea yang kini masih disibukkan dengan berbagai pekerjaannya yang menumpuk di atas meja, seketika terhenti saat ketukkan pintu nyaring terdengar dan sedikit membuatnya terkejut.
KREK~~~
Elea yakin bahwa itu adalah Zayn. Ia pun memerhatikan pintu hingga akhirnya ia melihat sosok Zayn masuk ke dalam ruangan Elea.
Satu senyuman terpancar di raut wajah Zayn yang di tujukan untuk Elea. Elea juga terpaksa membalas senyuman itu demi kelancaran bisnisnya bersama Zayn.
''Silahkan duduk, Zayn!'' Elea menunjuk ke arah kursi untuk menitah Zayn duduk disusul dengan dirinya yang juga duduk menghadap Zayn.
Elea memerhatikan raut wajah Zayn yang terlihat kebingungan. ''Zayn ..., ada apa? Apa yang mau kita bahas hari ini?'' tanya Elea yang membuka percakapan dengan Zayn.
Bibir bergetar, tangan kanan Zayn memegang dagu seraya menatap wajah Elea, saat ini Zayn terlihat sangat gugup. Sontak hal itu membuat Elea merasa aneh dan melontarkan pertanyaan yang sama untuk ke-dua kalinya.
''Elea ..., apa kita bisa bicara di Cafe saja?'' tanya Zayn.
Elea mengerutkan kedua alisnya. Ia heran dengan sikap Zayn yang seperti ingin menyampaikan sesuatu namun tak bisa. ''Apa yang ingin kamu bahas sebenarnya, Zayn? Apa ini menyangkut dengan bisnis kita?'' tanya Elea.
''Bukan. Bukan masalah bisnis kita Elea. Ini diluar pekerjaan. Maka dari itu, aku ingin kita bicara di luar, bisa kan?'' tanya Zayn.
Zayn terlihat serius. Ia pun terpaksa mengiyakan ajakan Zayn yang ingin pergi ke Cafe yang berada tidak jauh dari kantornya. Zayn dan Elea pergi ke Cafe bersamaan dengan menggunakan mobil milik Zayn.
Sesampainya Elea dan Zayn di Cafe, mereka pun duduk di meja yang berdekatan dengan kaca yang memperlihatkan keindahan kota Jakarta di siang hari.
Di awali dengan memesan minuman, tanpa basa-basi Elea langsung menanyakan hal apa yang ingin di bicarakan Zayn pada Elea.
"Sekarang kita sudah ada disini. Apa kamu siap membahas hal yang ingin kamu ceritakan padaku?" tanya Elea.
"Elea, aku bingung harus memulai dari mana. Tapi yang jelas, ini sungguh diluar dugaanku," ujar Zayn.
Perkataan Zayn yang terkesan berkelit, membuat Elea pun sedikit kesal.
"Zayn, aku mau kamu cerita sekarang. Jangan menunda-nunda waktu. Aku masih banyak kerjaan," ucap Elea dengan nada yang sedikit tinggi.
"Ayah kita ...,"
"Ayah kita kenapa, Zayn?" tanya Elea penasaran.
"Ayah kita berdua ..., mereka berniat untuk menjodohkan kita, Elea!" ungkap Zayn.
DEG~~~
"Apa? Menjodohkan? Apa maksud kamu menjodohkan, Zayn?" Elea terkejut dengan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Zayn.
"Iya, mereka akan menikahkan kita dalam waktu dekat. Apa kamu sungguh tidak tahu mengenai hal ini Elea?"
"Kamu jangan bercanda Zayn. Ayahku tidak pernah mengatakan hal itu padaku. Bahkan ayahku tahu bahwa Aku sudah memiliki kekasih."
Mendengar Elea yang sudah memiliki kekasih, membuat Zayn merasa sedikit kesal. Bagaimana pun juga, Elea cantik, menarik, dan baik. Tidak mungkin Zayn tak tertarik pada Elea.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" geram Elea.
Melihat Zayn yang hanya terdiam tanpa merespon perkataannya, Elea pun kembali bertanya pada Zayn.
"Zayn, apa kamu tidak masalah dengan perjodohan ini? Kenapa kamu diam saja?"
"Maaf, Elea. Aku tidak tahu kalau kamu sudah memiliki seorang kekasih. Tapi yang jelas, Aku tidak bisa menolak apa yang di titah oleh ayahku," ujar Zayn.
"Apa maksud kamu tidak bisa menolak, Zayn? Apa kamu akan menikahiku?" tanya Elea.
"A---Aku ... Aku hanya,"
Tentu saja Elea sangat kesal dengan jawaban Zayn yang mengatakan bahwa ia tidak bisa menolak perjodohan yang telah direncanakan oleh kedua orang mereka tersebut. Elea memancarkan wajah yang sangat geram ketika Zayn dengan mudahnya mengatakan bahwa ia akan menuruti semua perkataan ayahnya.