Chereads / Terhalang Restu / Chapter 19 - Chapter19: Sebenarnya Aku ...

Chapter 19 - Chapter19: Sebenarnya Aku ...

''Zayn! Ini pernikahan, bukan untuk main-main, kenapa kamu tidak bisa mengambil keputusan tegas dengan apa yang telah mereka rencanakan. Lagi pula, apa kamu benar-benar ingin menikah denganku, hah?'' tanya Elea yang sedikit menyentak Zayn.

''Elea, maaf. Aku harus mengakui ini. Tapi, kamu benar, aku sangat ingin menikahimu. Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali kita bertemu beberapa waktu yang lalu. Dan sejak pertemuan pertama kita itu, aku pun baru tahu bahwa sebenarnya hubungan bisnis yang kita jalani saat ini bukan semata-mata hanya untuk menjalin sebuah relasi. Melainkan, akan ada hubungan yang lebih di antara keluarga kita. Elea, kamu mau kan menikah denganku?'' tanya Zayn.

''Apa? Kamu sudah gila? Apa kamu tidak mendengarkan ucapanku tadi? ZAYN, AKU SUDAH PUNYA PACAR!'' tegas Elea.

''Ya tapi, apa pacar ayah kamu itu menyetujui hubungan kamu dengan kekasih kamu itu?'' tanya Zayn.

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Zayn sontak membuat Elea pun terdiam sejenak. Ia pun dibuat berpikir oleh Zayn dengan pertanyaannya tersebut. ''Benar! Jika ayah merestui hubungan aku dengan Ansel, kenapa dia bersikeras menjodohkan aku dengan Zayn? Ada apa ini sebenarnya?'' batin Elea.

''Entahlah Zayn. Saat ini aku benar-benar bingung. Aku tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Aku pamit!'' ujar Elea seraya berdiri lalu beranjak cepat meninggalkan Zayn di Cafe tersebut.

Saat Elea pergi, tinggallah Zayn seorang diri. Ia masih asyik duduk di Cafe tersebut dengan minuman yang mulai dingin.

Semua terjadi sesuai ekspetasi Zayn. Elea akan marah dan tak menerima apa yang di katakan oleh Zayn tentang perjodohan tersebut.

Namun entah kenapa, Zayn yang memang telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Elea, membuat nya semakin semangat untuk mengejar cinta Elea.

Zayn pun memutuskan untuk sabar menunggu seperti apa kelanjutan hubungannya dengan Elea yang ia harap akan berhasil menikahi Elea.

Hingga sore hari pun tiba. Jam kantor telah berakhir. Elea yang ta sabar menantikan waktu untuk pulang, kini ia bergegas untuk pergi meninggalkan kantor dan segera pulang menemui sang ayah.

Tiga puluh menit kemudian ...

BRUG~~~

Elea turun dari mobil dengan membanting pintu mobilnya. Langkah kedua kakinya sangat cepat. Tak lupa Elea pun memancarkan wajah kesal saat akan masuk ke dalam rumah.

Elea masuk tanpa permisi dengan perasaan yang menggebu-gebu. Ia mencari keberadaan sang ayah.

Elea langsung saja masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya tersebut.

KREK~~~

Elea terkejut saat Ia masuk, pak Bakrie sedang terbaring lemas di atas ranjang dengan di temani oleh sang ibunda yang sedang duduk di atas bibir ranjang menatap pak Bakrie.

"Elea!" panggil ibu.

Sontak Elea pun terperanjat. "Kenapa Ayah, Bu?" tanya Elea seraya berjalan mendekat.

"Elea, Ayah tadi jatuh di kamar mandi. Tekanan darahnya tiba-tiba naik lagi. Ibu sangat khawatir dengan kondisi ayah kamu, Elea," jelas sang ibu.

Perasaan yang simulator menggebu-gebu ingin meluapkan kekesalannya terhadap pak Bakrie, seketika hilang begitu saja saat melihat wajah pak Bakrie yang lemas dan sedang memejamkan kedua matanya.

"T---Tapi Bu, kenapa Ayah tidak dibawa ke Rumah Sakit saja?"

"Ayah kamu tidak mau pergi ke Rumah Sakit. Ia hanya ingin beristirahat di rumah. Tadi Ibu sudah memanggil Dokter untuk datang kesini, Nak."

"Semoga ayah tidak kenapa-kenapa ya Bu. Aku sangat khawatir dengan kondisi ayah yang seperti ini," ungkap Elea seraya meneteskan air mata.

Sang ibu melihat raut wajah Elea yang lesu. Beliau pun menitah Elea untuk pergi bersih-bersih juga makan terlebih dahulu. Elea menuruti apa yang ibunya katakan. Setelah mencium kening pak Bakrie dengan lembut, Elea lalu pergi ke kamarnya.

Elea semakin bingung dibuatnya. Ia berjalan perlahan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Apa yang harus aku lakukan dengan kondisi ayah yang seperti itu? Apa aku harus tetap berpura-pura tidak tahu, atau aku melanjutkan aksiku untuk meluapkan emosi pada ayah?" gumam Elea seraya duduk di kursi meja rias miliknya.

"Ansel ... Kamu kemana sebenarnya? And si saja kamu tahu apa yang terjadi," gumam Elea yang tak henti meneteskan air mata.

Elea harus meredam emosinya terhadap sang ayah. Maka dari itu, Elea berniat untuk mencari udara segar setelah Ia membersihkan diri.

Semenit ...

Dua menit ...

Elea kini telah selesai membersihkan diri. Ia pun sudah siap untuk pergi dari rumah guna menjernihkan hati dan pikirannya. Elea mengambil tas kecil lalu pergi keluar kamar.

Elea pamit pada sang ibu yang kebetulan sedang berada di ruang tamu. Ibunya tidak melarang Elea pergi. Beliau mengerti dengan kepenatan Elea yang semakin hari semakin terlihat.

Elea pun pergi keluar setelah sang ibu memberikan izin padanya.

Elea pergi tanpa tujuan. Ia juga mengendarai mobil dengan perlahan sembari melihat-lihat sekitar jalanan yang tampak sepi ditambah suasana langit yang mulai gelap.

Rainbow Cafe. Elea memilih Rainbow Cafe sebagai tempatnya menjernihkan pikiran. Ia pun langsung memasuki area parkir.

Elea segera turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam Cafe tersebut. Suasana Cafe yang tidak terlalu ramai, membuat Elea merasa nyaman.

Ia memilih tempat duduk favoritnya jika datang ke Cafe, yaitu meja yang dekat dengan jendela.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayang wanita datang menghampiri Elea dan memberikan buku menu padanya.

Segelas kopi beraroma Latte pun telah dipesan oleh Elea. Elea menikmati suasana tenang di Cafe itu seraya menunggu pesanannya tiba.

Elea memutar kepala nya ke kiri dan kanan. Ia juga memerhatikan satu persatu wajah pelanggan yang datang ke Cafe tersebut.

DEG~~~

"Ansel!" ucap Elea.

Elea dibuat terkejut dengan sosok yang baru saja Ia lihat. Ansel Candra. Ya, Ansel Candra sang kekasih yang baru saja Elea lihat di ujung sana.

"Sedang apa Ansel disini? Siapa perempuan yang sedang duduk berhadapan dengan Ansel itu?" gumam Elea. Emosinya seketika meluap saat melihat Ansel sedang asyik mengobrol berdua dengan seorang perempuan.

"Ansel benar-benar tega. Kenapa dia melakukan ini padaku?"

Kekesalan di dalam hati Elea seakan tak bisa dibendung lagi. Namun, Elea tak mungkin meluapkan emosinya di Cafe tersebut. Biar bagaimana pun juga, bukan tipe Elea yang langsung melabrak begitu saja saat Ia dibuat emosi oleh suatu hal.

Elea yang sangat kecewa dengan Ansel, memilih pergi dari Cafe tersebut. Ia pun tak lupa meninggalkan sejumlah uang di atas meja untuk membayar minuman yang bahkan belum tiba di hadapannya itu.

***

Siapa sebenarnya sosok wanita yang sedang bersama Ansel itu? Apa benar Ansel tega menduakan cintanya wanita lain?