Chereads / Terhalang Restu / Chapter 8 - Chapter8: Keraguan Elea

Chapter 8 - Chapter8: Keraguan Elea

"Entahlah, Bu. Aku merasa jika ayah sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Karena tadi saat di kantor, ayah mengenalkan aku dengan seseorang sama persis saat dulu ayah pernah mengenalkan aku pada anak kerabat kerja nya yang berujung perjodohan. Ya ... Meski kali ini ayah mengenalkan laki-laki itu sebagai calon partner kerjaku nantinya," ujar Elea.

Ibu pun terdiam sejenak. Beliau tahu bahwa akan seperti ini ujungnya disaat Elea menentang suaminya yang sangat ingin menikahkan Elea pada anak dari salah satu rekan kerjanya.

"Elea ... Sudahlah jangan berpikiran macam-macam. Mungkin kali ini ayah tidak akan mengulangi hal yang kamu tidak suka. Yang harus kamu lakukan saat ini hanyalah bersabar dan fokus pada pekerjaan yang akan kamu mulai bulan depan, ya?!"

Sang ibu mengusap pundak Elea dan dipeluknya tubuh Elea dalam dekapannya. Elea pun melakukan hal yang sama dan berharap perkataan ibunya tersebut akan menjadi kenyataan.

Setelah berbincang dengan Elea, tak lama pun sang ibu langsung pergi ke luar kamar dan membiarkan Elea berada di dalam kamar seorang diri.

Ibu satu anak itu sangatlah khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh suaminya tersebut akan berujung pilu bagian Elea, anak semata wayang mereka.

Sore hari pun tiba. Seperti biasa, tepat di jam lima sore, seorang istri yang hanya diam di rumah menunggu suami pulang, kini sedang melakukan aktivitas untuk menyambut kepulangan suaminya dari kantor.

Ibu Liliana sang istri menoleh ke arah jendela luar saat ia sedang berada di ruang makan menyiapkan makanan untuk pak Bakrie, suami tercintanya.

Saat mobil yang hendak dikendarai pak Bakrie telah parkir di depan rumah, ibu Liliana pun langsung pergi ke luar untuk menghampiri pak Bakrie.

KREK~~~

Ibu Liliana membukakan pintu. Sebuah senyuman manis pun tetap ia pancarkan pada pak Bakrie yang baru saja turun dari mobil, meski banyak sekali pertanyaan yang tersirat di dalam benaknya.

"Hai, sayang ...," sapa pak Bakrie yang mengecup kening ibu Liliana dengan lembut.

Ibu Liliana merangkul tubuh pak Bakrie dan mengajak sang suami untuk segera masuk ke dalam rumah.

Tak mau memulai keributan yang akan membuat mood suami hancur, bu Liliana pun tak langsung menanyakan beberapa pertanyaan yang ingin Ia katakan pada pak Bakrie.

Barulah saat malam menjelang tidur, di dalam kamar dan sedang bersiap untuk tidur, bu Liliana menghampiri suaminya tersebut yang sedang duduk di atas kasur sembari memainkan ponselnya.

"Yah ..., bisa kita bicara sebentar?" tanya ibu Liliana.

"Mau bicarakan soal apa, Bu?" tanya pak Bakrie yang kini menyimpan ponselnya di atas meja yang berada di sampingnya.

"Yah ..., aku hanya ingin tanya, rencana apa yang sedang kamu susun untuk Elea ke depannya?" tanya ibu Liliana.

"Kenapa kamu selalu mempertanyakan hal yang sama? Sudah jelas bukan, bahwa aku akan menyetujui apa pun keputusan Elea," jawab pak Bakrie.

"Aku tidak boleh mengatakan seluruh rencanaku pada Liliana. Karena aku tidak mau dia sampai menggagalkan lagi rencana yang pernah ku buat untuk Elea," batin pak Bakrie.

Dengan gelagat pak Bakrie yang seperti itu, tentu saja tidak membuat ibu Liliana pun percaya begitu saja pada suaminya tersebut.

Namun meski begitu, ibu Liliana tak perlihatkan bahwa Ia tak percaya dengan sang suami.

"Baiklah, aku hanya tidak ingin fokus Elea yang sudah tertuju pada jabatan CEO-nya itu akan buyar seketika saat kamu merencanakan hal yang tidak Ia inginkan dalam hidupnya," ujar bu Liliana.

"Kamu tenang saja, Bu. Aku tahu apa yang di inginkan oleh Elea, anak semata wayang kita."

Perbincangan antara suami dan istri itu seketika berlangsung cepat. Ibu Liliana dan pak Bakrie pun memilih untuk beristirahat.

~~~

Awan yang cerah dengan suara merdu kicauan burung menyambut pagi Elea. Hangatnya mentari menyongsongkan sinarnya lewat celah jendela kamar yang langsung masuk tanpa permisi ke dalam pori-pori tubuh Elea.

Elea pun terbangun. Meski hari begitu cerah membangkitkan semangat, ternyata tak mampu membuat Elea merasakannya.

Bagi Elea, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan dan membuat nya enggan beranjak dari kasur yang selalu berhasil membuatnya nyaman dalam keadaan apapun.

Akan tetapi, tampaknya rencana Elea yang hanya akan bermalas-malasan di dalam kamar, harus Ia urungkan saat bu Liliana mengetuk pintu kamar Elea lalu masuk.

"Ibu ..." Elea terperanjat saat sang ibu masuk ke dalam kamarnya saat Elea pun masih terbaring di atas kasur sembari memainkan ponsel miliknya.

Ibu Liliana berjalan menghampiri Elea, Elea pun duduk dan menunggu bu Liliana datang mendekati dirinya.

"Bu ..., ada apa?" tanya Elea.

"Kenapa kamu tanya kenapa, Elea? Kamu lupa, bahwa hari ini kamu masih harus menemani ayahmu pergi ke kantor?" tanya bu Liliana yang kini sudah duduk di bibir ranjang menghadap pada Elea.

Elea pun menghela napas panjang seraya memejamkan sejenak kedua matanya. Ia pun menghempaskan tubuhnya menyandar di kepala ranjang.

"Bu ... Bisakah Ibu katakan pada ayah bahwa hari ini aku sedang tidak enak badan? Entah kenapa hari ini, aku sedang tidak bersemangat untuk pergi ke mana-mana," ujar Elea memelas.

"Tapi, Elea ... Kamu tahu kan sifat ayah? Ibu rasa, dia tidak akan percaya dengan ucapan ibu."

"Bu! Bu! Bu!" teriak pak Bakrie.

Teriakan pak Bakrie pun seketika membuat bu Liliana dan Elea pun menoleh ke arah pintu.

"Elea, apa harus Ibu panggil Ayah kesini agar ia tahu kondisi kamu?"

Sudah jelas Elea pun akan menolak saran dari bu Liliana. Kini, Elea pun bergegas untuk mandi dan bersiap pergi ke kantor bersama pak Bakrie sesuai rencana yang ada.

Sementara bu Liliana pergi menghampiri pak Bakrie yang sedari tadi memanggil-manggil nama bu Liliana.

Selang beberapa waktu, Elea pun telah bersiap untuk pergi ke kantor dengan raut wajah yang sangat murung dan tidak bersemangat.

Ia turun ke bawah dan menghampiri ayah juga ibu Liliana yang masih setia menunggu Elea turun ke bawah untuk menyantap sarapan pagi terlebih dahulu.

Namun saat Elea pun sampai di ruang makan lalu melihat ibu juga sang ayah memerhatikan setiap langkah demi langkah Elea, membuat Elea semakin merasakan perasaan yang tak karuan.

"Bu ..., aku tidak makan ya pagi ini," ucap Elea seraya mengambil gelas yang hanya berisi air putih hangat. Elea meneguknya dan menaruhnya kembali di atas meja makan.

"Kenapa Elea? Ibu dan Ayah akan menunggu kamu sampai selesai makan," ujar ibu Liliana.

"Tidak, Bu. Nanti aku makan di luar saja. Ayah, ayo berangkat!" ajak Elea yang bahkan tidak duduk sama sekali.

Pak Bakrie pun menuruti apa mau Elea dan mereka pun langsung berangkat ke kantor.