"Ayo, silahkan duduk!" titah pak Bakrie setelah berjabat tangan dengan tamunya tersebut.
Sorot kedua mata Elea masih mengandung banyak pertanyaan. Aksi saling menyapa sang ayah dengan dua orang tamunya tersebut berlangsung sedikit alot. Membuat Elea pun merasa canggung ketika ditatapnya inci demi inci wajah cantik Elea oleh pria muda di samping pak tua yang sedang berbincang dengan ayahnya tersebut.
Bulir-bulir keringat dingin yang seketika muncul begitu saja di telapak tangan Elea, membuat dirinya tak bisa berhenti memainkan jari-jari tangannya yang juga sedang diperhatikan oleh laki-laki muda tersebut.
Semenit ...
Dua menit ...
Hingga akhirnya sang ayah Bakrie pun menoleh pada Elea dengan menepuk lembut pundaknya. Pandangan Elea pun seketika menegak dan terpaksa melihat pada kedua laki-laki asing yang ada di depannya itu.
''Nah ... Ini Elea Jovanka, anak tunggal saya yang akan menggantikan saya nanti dan akan bekerja sama dengan Perusahaan Bapak yang juga akan di kelola oleh anak Bapak ini,'' ujar pak Bakrie yang tak henti menyunggingkan bibirnya pada kedua tamunya tersebut.
''Halo, saya Jhon Mahendra ayah dari anak saya ini yang bernama Zayn Mahendra,'' pak tua itu mengulurkan tangan untuk bisa berjabat tangan dengan Elea yang sebentar lagi akan menjadi partner kerjanya. Elea pun membalas jabatan tangan tersebut dengan menyebutkan namanya. Aksi saling sapa itu pun juga dilakukan Elea dan laki-laki yang diketahui bernama Zayn tersebut tanpa meninggalkan etika yang baik ketika berkenalan dengan orang baru.
Bergetar hati keduanya saat berjabat tangan dan saling menyentuh tersebut tak menampik bahwa ada rasa penasaran yang sangat besar di dalam hati Elea yang seakan tahu akan rencana sang ayah.
Beberapa saat kemudian, kedua tamu penting pak Bakrie tersebut pun berpamitan untuk pulang dan saling berkata akan kembali bertemu di acara malam peresmian Elea sebagai CEO baru di Perusahaan sang ayah yang akan di laksanakan pada bulan depan.
Selepas pak Jhon dan Zayn pulang, Elea pun langsung mengambil kesempatan untuk bisa bertanya pada pak Bakrie tentang siapa mereka sebenarnya.
"Ayah," panggil Elea yang duduk di kursi depan meja kerja pak Bakrie. Pak Bakrie pun langsung menoleh pada Elea lalu duduk di kursi kerja nya yang menghadap langsung pada Elea.
"Apa perkenalan tadi kurang jelas, Elea? Mereka adalah partner kerja kamu nanti. Sudah ya, jangan banyak bertanya lagi. Perlahan kamu akan tahu siapa mereka," jawab pak Bakrie.
Tentu saja jawaban pak Bakrie tidak membuat perasaan Elea tenang. Meski tidak ada gelagat aneh dari tamunya tersebut, tetap saja Elea merasa takut jika ada rencana lain yang sedang di susun oleh pak Bakrie sang ayah.
Elea hanya terdiam ketika mendengar jawaban dari sang ayah yang sangat rancu. Suasana hati yang sedang bahagia itu seketika jatuh karena rasa takut yang menggema di dalam hati Elea saat ini.
Elea pun tak bisa membatalkan perjanjiannya dengan sang ayah bahwa ia akan menerima posisi CEO menggantikan pak Bakrie. Kini, Elea harus mengikuti alur dari bagian skenario yang baru saja akan di mulai oleh sang ayah.
Elea dan pak Bakrie melanjutkan aktivitas mereka untuk berkeliling kantor melihat suasana kantor yang nanti akan di lihat setiap hari oleh Elea.
Tiga puluh menit kemudian ...
Elea dan pak Bakrie pun telah selesai mengitari seluruh kantor dan kembali ke ruang kerja pak Bakrie.
Selang beberapa menit, Elea langsung pamit pulang pada pak Bakrie tanpa bertanya tentang hal apa pun lagi pada pak Bakrie yang membolehkan Elea pulang.
Tentu sikap dingin Elea disadari oleh pak Bakrie. Meski begitu, pak Bakrie tidak membesar-besarkannya dengan tetap berharap bahwa rencananya akan berjalan dengan lancar.
Elea pun pulang. Kini hanya ada pak Bakrie yang berada di dalam ruangan kerjanya.
Pak Bakrie duduk, sedikit melamun sembari menyesap kopi hangat yang baru saja di antar oleh seorang office boy ke dalam ruang kerjanya.
Beliau mengambil ponsel dari dalam saku lalu melakukan panggilan dengan si ajudan andalannya yang tak lain adalah Anton.
Tanpa basa-basi, pak Bakrie langsung menanyakan tentang kabar tugas yang baru saja pak Bakrie berikan pada Anton. Karena memang Anton sangat cekatan dan cepat dalam mencari informasi, maka ia pun telah mendapatkan alamat asli dari Alex.
Sementara itu, hanya informasi tentang alamat yang dapat di berikan oleh Anton pada pak Bakrie selebihnya, Anton masih akan mencari tahu siapa Alex sebenarnya.
Pak Bakrie menghela napas panjang saat Anton mengatakan bahwa ia sudah tahu di mana alamat Alex. Dengan begitu, cepat atau lambat, rasa penasaran pak Bakrie akan segera terjawab.
Anton dan pak Bakrie mengakhiri perbincangan tersebut dan melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.
Rumah, pukul 14.00 WIB ...
Setelah pulang dari kantor sang ayah, Elea pun tak menemukan jawaban bahwa perjanjiannya dengan pak Bakrie akan baik-baik saja dan berjalan dengan lancar.
Justru Elea sangat takut dan cemas ketika pak Bakrie mulai menunjukkan gelagat aneh di depannya. Apa lagi, Elea baru saja berkenalan dengan pria asing yang selalu menjadi hal yang membuatnya trauma setelah berkali-kali sang ayah mencoba menjodohkannya dengan anak dari rekan bisnisnya.
Saat Elea berada di dalam kamar, seketika sang ibu pun datang menghampiri Elea.
Tok ... Tok ... Tok
Suara ketukkan pintu itu terdengar lembut di telinga Elea. Elea pun menoleh ke arah pintu yang sengaja tidak ia tutup rapat.
Terlihat sang ibu pun sedang berdiri memerhatikan Elea yang tengah duduk melamunkan sesuatu.
"Ibu ...," sapa Elea yang langsung berdiri lalu menghampiri ibunya.
"Elea ..." Sang ibu pun mengulurkan kedua tangan menyanggah Elea yang berjalan mendekati beliau.
BRUG~~~
Elea menutup pintu dan mengajak ibunya untuk duduk di kursi dekat jendela di kamar Elea.
"Nak ... Apa ada yang kamu pikirkan sehingga terlihat gelisah seperti itu?" tanya ibu yang sedang mencurigai sikap Elea yang sudah pasti terjadi sesuatu saat ia dan ayahnya berada di kantor.
"Bu, apa ..., menurut Ibu ayah serius dengan janjinya? Apa ... Ayah sungguh-sungguh menyetujui hubunganku dengan Alex?" Berbagai pertanyaan yang terlontar dari mulut Elea seakan memberi jawaban pada sang ibu yang kini sangat yakin bahwa memang terjadi sesuatu antara Elea dan pak Bakrie.
"Memangnya ada apa Elea? Apa terjadi sesuatu saat kamu dan ayah di kantor?" tanya ibu yang ingin mendengar sesuatu dari Elea.
"Entahlah, Bu. Aku merasa jika ayah sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Karena tadi saat di kantor, ayah mengenalkan aku dengan seseorang sama persis saat dulu ayah pernah mengenalkan aku pada anak kerabat kerja nya yang berujung perjodohan. Ya ... Meski kali ini ayah mengenalkan laki-laki itu sebagai calon partner kerjaku nantinya," ujar Elea.