Alex. Ya, Alex lah sosok laki-laki yang datang menghampiri Elea.
"Hai, Elea. Lama kita tidak bertemu, sedang apa kamu di sini?" tanya Alex yang kini berada tepat di hadapan Elea sang sahabat lama.
"A---Aku ..., aku hanya mencari udara segar di taman ini. Kamu sendiri sedang apa di sini?" Elea pun dengan sangat gugup kembali bertanya pada Alex.
"Ah ... Kebetulan aku akan pergi mengunjungi rumah salah satu karyawanku yang rumahnya tak jauh dari taman ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa akan bertemu kamu di sini, Elea."
Mendengar jawaban dari Alex, Elea pun hanya bisa mengangguk. Rasa canggung yang terjadi di dalam diri Elea, mengharuskannya untuk langsung pamit pada Alex.
Namun, saat Elea hendak pergi meninggalkan Alex, seketika Alex menahan Elea pergi dengan menarik lengan Elea.
"Elea, tunggu!" ucap Alex.
Elea terperanjat dengan sikap Alex yang menahan dirinya untuk pergi. Hal itu membuat Elea semakin canggung dan terpaksa menoleh kembali pada Alex.
"Ada apa, Lex? Aku harus pergi bekerja!" ujar Elea.
Kemudian Alex menikah Elea untuk duduk sejenak bersama dirinya di taman tersebut. Mau tidak mau, Elea pun menuruti apa kata Alex guna membuat Alex percaya bahwa dirinya tidak sedang berada di ambang masalah.
"Kenapa, Lex? Sepertinya kamu mau menyampaikan sesuatu padaku?" tanya Elea yang kini sedikit berani untuk menatap kedua mata Alex.
"Elea, apa yang sedang kamu sembunyikan dariku?" tanya Alex. Meski pertanyaannya sudah pasti membuat Elea terkejut, namun Alex terpaksa menanyakannya karena ia pun sangat penasaran dengan alasan Elea menggunakan identitas Alex untuk masalah kepentingan pribadinya.
"Apa maksud kamu, Lex? Katakan padaku, apa kamu tahu sesuatu tentangku sejak pertama kamu meminta kita bertemu kembali?" tanya Elea yang mulai curiga dengan sikap Alex.
"Sepertinya kita memang harus bicarakan tentang hal ini, Elea!"
"Bicarakan soal apa? Ayo jelaskan semua padaku, Lex!"
Alex tertegun saat menatap kedua mata Elea yang sudah mulai membendung air mata. Sesungguhnya ia tak tega. Namun, Alex pun butuh kejelasan karena ini menyangkut namanya.
"Apa benar ..., kamu memakai identitasku untuk keperluan pribadimu?" tanya Alex perlahan.
DEG~~~
Elea terkejut. Kedua sorot matanya menegang saat menatap wajah Alex yang tak berpaling darinya.
"Jawab, Elea! Kenapa kamu hanya diam saja?" tanya Alex sembari menggerakkan kedua pundak Elea.
"K---Kamu, tahu dari mana tentang hal ini?" tanya Elea seraya menjatuhkan air matanya sedikit demi sedikit.
"Lex ..., aku ..., aku bisa jelaskan semua ini!" Elea terdengar terbata-bata saat akan menjelaskan pada Alex tentang cerita yang sebenarnya telah terjadi.
"Baiklah, Elea. Aku akan mencoba mendengarkan penjelasan kamu yang mungkin akan sulit untuk aku pahami," ujar Alex.
"Lex, aku mohon agar kamu mengerti apa yang akan aku jelaskan pada kamu karena ini semua pun bukan mauku." Elea tampak mengulur waktu.
Alex mengedipkan mata seraya menghela napas panjang. Ia tampak tak sabar mendengar apa yang akan dikatakan oleh sahabat perempuannya tersebut.
"Lex, sebenarnya aku sangat minta maaf padamu. Aku tahu aku salah, tapi aku tak punya alasan lain untuk membuat ayahku bisa menerima laki-laki yang ku cintai agar bisa diterima oleh beliau. Terpaksa aku mengatakan bahwa Ansel, kekasihku adalah seorang Alex yang tak lain adalah pengusaha sukses," ungkap Elea.
"Jadi ..., semua itu benar Elea?" tanya Alex.
Elea pun mengangguk dan menangis tersedu saat mengakui sesuatu yang membuat Alex sangat terkejut walaupun memang sebenarnya Alex sudah tahu terlebih dulu dari ayah kandung Elea, pak Bakrie.
"Elea, apapun alasan kamu, tetap cara kamu ini salah," ujar Alex.
"Ya, aku tahu Lex. Tapi aku tidak ada cara lain agar ayahku tidak mengulangi peristiwa kala itu yang berani menjodohkan aku dengan anak rekan bisnisnya."
"Elea, apa yang akan kamu lakukan jika kamu sadar bahwa ayahmu pak Bakrie sudah tahu apa yang sebenarnya," batin Alex seraya menatap dalam kedua netra sang sahabat.
Semenit ...
Dua menit ...
Elea menyeka air matanya perlahan. Ia pun menunggu Alex untuk melanjutkan pembicaraan terlebih dahulu.
"Siapa laki-laki itu, Elea?" tanya Alex serius.
"Dia ... Dia adalah Ansel Candra," jawab Alex.
"Bisakah kamu pertemukan aku dengan dia?" tanya Alex.
Sudah pasti Elea pun kembali bertanya pada Alex tentang apa maksud Alex yang ingin bertemu dengan Ansel. Alex bungkam dengan pertanyaan Elea. Ia hanya perlu bertemu dengan Ansel, kekasih hati pujaan sang kekasih.
Sedangkan Elea tak tahu apa ia harus menuruti apa mau Alex atau akan menolak keras apa yang menjadi keinginan Alex.
"Baiklah, Lex. Aku akan mencoba menuruti apa mau kamu. Nanti aku akan kabari waktu dan tempatnya," ujar Elea.
Perbincangan antara Elea dan Alex berakhir setelah kesepakatan dari mereka terbentuk. Elea pergi meninggalkan Alex yang masih merasa ingin duduk di bangku taman itu.
Selang beberapa waktu, Alex pun pergi dari taman tersebut. Fakta baru mengenai Alex yang mengatakan bahwa ia akan pergi ke mengunjungi rumah karyawannya itu adalah ia pak Anton yang tak lain adalah ayah kandung dari Ansel Candra.
Pak Anton adalah salah satu karyawan Alex yang sangat berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Saat ini, pak Anton tengah sakit. Maka dari itu, Alex berniat untuk menjenguk pak Anton.
Namun tanpa di sengaja, saat Anton berada di rumah pak Anton tersebut, ia mendengar pak Anton memanggil nama Ansel Candra untuk pak Anton kenalkan dengan dirinya.
Bibir bergetar, lidah terasa kaku dan sorot kedua mata Alex pun tak bisa berpaling dari sosok Ansel saat Ansel berjalan mendekati dirinya setelah pak Anton berkali-kali berteriak memanggil namanya.
Langkah demi langkah kaki Ansel berjalan mendekati Alex juga pak Anton yang sedang duduk di atas kasur tepatnya di dalam kamar pak Anton.
"Ansel ... Kenalkan, ini pak Alex. Beliau adalah bos Ayah di kantor," ujar pak Anton.
Tidak ada rasa curiga sama sekali yang terukir di dalam hati Ansel ketika mendengar nama Alex. Karena ia pun mengira bahwa tidak mungkin Alex yang ada di hadapannya itu adalah Alex yang sama dengan sahabat Elea.
"Halo ... Selamat pagi. Saya Ansel anak pertama dari Ayah saya pak Anton," ucap Ansel seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alex.
"Halo, saya Alex." Alex pun menjabat tangan Ansel dengan sedikit memancarkan senyuman pada Ansel.
Rambut kusut, wajah pun terlihat lesu. Itulah pemandangan dari Ansel ketika Alex melihat diri Ansel.
Raut wajah Ansel tampak sedang menanggung beban yang sangat berat. Hal itu membuat Alex merasa ingin bertanya-tanya pada Ansel yang ia yakini adalah Ansel kekasih Elea.
***
Apa yang akan dikatakan oleh Ansel ketika tahu bahwa Alex, bos sang ayahnya itu adalah Alex yang ia pakai identitasnya demi kelancaran hubungan asmara antara dirinya dengan Elea?