Chereads / Terhalang Restu / Chapter 2 - Chapter2 Kesucian

Chapter 2 - Chapter2 Kesucian

Ansel mendekap tubuh Elea yang terasa hangat. Elea melakukan hal yang sama dengan menjamah setiap sudut tubuh sensitif Ansel yang membuat keduanya berada di puncak kenikmatan.

Aksi panas itu pun terjadi. Cukup sulit, karena ini adalah hal yang pertama Ansel dan Elea lakukan dalam hidupnya.

Kesucian Elea yang kini telah di berikan pada Ansel, tak lantas membuat Elea senang. Justru membuat Elea merasa berpikir bahwa kini Elea tak lagi punya kebanggaannya sebagai wanita yang belum menikah.

Elea dan Ansel saling mendekap satu sama lain. Tubuh keduanya di biarkan tanpa busana dan sesekali Elea masih memainkan jari-jari manisnya yang meraba tubuh Ansel.

"Sayang ... Apa yang sudah kita lakukan ini?" tanya Elea yang membiarkan kepalanya bersandar di dada Ansel.

"Sayang ... Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Walaupun berbagai rintangan yang melintang di hubungan kita, aku akan memperjuangkannya sebagai bentuk tanggung jawabku atas apa yang telah kita lakukan malam ini," ujar Ansel.

Mendengar ucapan Ansel yang sangat meyakinkan, Elea pun merasa sedikit tenang meski hati dan perasaannya meraung-raung ketakutan.

Hingga esok hari pun tiba. Elea pulang dengan di antar Ansel. Meski Ansel belum mempunyai nyali mengantarkan Elea sampai ke depan rumah, hal itu bukan masalah besar bagi Elea. Elea sangat mengerti dengan sikap sang ayah yang keras.

Dengan perasaan yang sedikit takut, Elea memasuki rumah di pagi hari. Sontak kepulangan Elea membuat ayah dan ibunya terkejut.

Kedua orang tuanya sedang menyantap hidangan sarapan pagi di ruang makan. Melihat Elea yang masuk tanpa memberi salam pada kedua orang tuanya, membuat Sang ayah pun sedikit kesal.

"Elea!" panggil ayah.

Elea pun menoleh. Dia tahu bahwa sang ayah pasti memarahinya. Namun entah kenapa, pagi itu sang ayah bersikap dengan sangat baik pada Elea.

"Elea ... Ayo sarapan dulu!" Sang ayah berjalan mendekati Elea yang hendak pergi ke dalam kamarnya. Di rangkulnya tubuh Elea oleh sang ayah, membuat Elea sesekali melihat wajah ayahnya tersebut.

Saat Elea duduk di samping ibunya, barulah Elea meminta maaf pada kedua orang tuanya itu karena menginap di rumah Tiara tanpa bilang pada mereka.

Elea tidak melihat ada kemarahan di raut wajah ayah dan ibunya. Maka dari itu, Olivia dengan sempurna merangkai kalimat kebohongannya pada sang ibu dan ayah.

Entah apa yang akan dilakukan oleh ayah dan ibunya sehingga sikap baik mereka tunjukkan pada Elea.

"Nak ... Ada yang ingin Ayah dan ibu dan ibu sampaikan pada kamu," ucap ayah Bakrie.

"Nak ... Ada yang ingin Ayah dan ibu sampaikan pada kamu," ucap ayah Bakrie.

DEG~~~

Kedua mata Elea menyoroti sang ayah yang juga tengah membidik wajah cantiknya.

"Ada apa, Yah?" tanya Elea.

"Elea, kamu sebentar lagi akan lulus kuliah. Kamu masih ingat bukan dulu kita pernah membahas soal ini. Tentang kamu yang akan meneruskan Ayah menjadi CEO di Perusahaan Ayah? Apa kamu sudah siap?" tanya ayah Bakrie.

"Apa, Yah? CEO? Apa secepat ini Ayah berhenti?"

"Kenapa kamu terdengar sangat terkejut seperti itu, Elea? Lagi pula, seharusnya ini tidak menjadi suatu masalah besar dengan keadaan kamu yang belum menikah. Kamu bisa meniti karir kamu sampai sukses."

Elea terdiam. Ia tak bisa langsung mengiyakan apa yang di katakan oleh sang ayah. Namun Elea juga tidak bisa tiba-tiba menceritakan bahwa dirinya sudah memiliki seorang pacar yang telah memacarinya selama satu tahun ke belakang ini.

Tatapan kosong dan lutut yang bergetar turut membuat suasana semakin panas kala Elea duduk di tengah-tengah ibu dan ayahnya.

"Elea, kamu kenapa? Bukankah ini adalah kabar baik untuk masa depan kamu?" ujar sang ibu seraya mengelus pundak Elea.

"A---Aku, aku butuh waktu Yah."

"Apa maksud kamu butuh waktu? Tidak ada kalimat itu di dalam hidup Ayah, Elea! Satu bulan lagi mau tidak mau kamu harus menggantikan Ayah di posisi tersebut. Ini demi kelangsungan hidup kita sama-sama, Elea!" tegas sang ayah.

Tanpa sepatah kata pun, saat ayah Bakrie menyelesaikan kalimat demi kalimat yang ditujukan pada Elea, Elea pun pergi meninggalkan ruang makan dengan wajah yang memerah.

BRUG!

Elea membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang. Ia berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan menegang pinggang.

"Tidak! Ini tidak bisa terjadi begitu saja. Aku tidak mungkin mengulur waktuku untuk menikah dengan Ansel. Karena aku tidak bisa lagi pergi dari kehidupan Ansel. Jika aku menjadi CEO di Perusahaan milik ayah, itu artinya aku tidak bisa menikah dalam waktu dekat dengan Ansel," gumam Elea.

Elea langsung mengabari Ansel tentang keputusan sang ayah. Ia bergegas menelepon Ansel yang mungkin masih berada di dalam perjalanan pulang.

Karena teleponnya tak kunjung di angkat oleh Ansel, Elea pun mengirimi pesan teks pada nomor Ansel yang mengatakan bahwa Elea ingin bertemu dengan Ansel esok hari di Rinjani Cafe.

Suasana ruang makan yang berbeda dengan suasana di kamar Elea perlahan mereda. Ayah Bakrie sudah bisa sedikit meredam emosinya ketika sang istri mencoba membuat tenang suaminya.

"Mas ... Kamu sabar. Ini memang tidak mudah bagi Elea anak gadis kita satu-satunya untuk memikul beban tanggung jawab pekerjaan yang mungkin bagi kamu ini adalah hal yang mudah," ujar sang istri.

"Iya, Bu. Ayah mengerti. Tapi seharusnya Elea tidak memberi tatapan seperti tadi. Seolah ini semua adalah sebuah paksaan untuk dia dimasukkan ke dalam sangkar. Padahal, ini adalah posisi yang sangat bagus bagi karirnya. Tidak semua orang bisa mempunyai tiket emas seperti ini, Bu."

Sang ayah yang sudah renta usia, membuatnya ingin cepat Elea mengikuti apa maunya. Entah apa yang membuat sang ayah begitu ingin cepat-cepat Elea menggantikan dirinya.

Esok hari pun tiba. Pagi-pagi Elea pergi dari rumah tanpa sepengetahuan ayah dan juga ibunya. Elea yang berniat akan menemui Ansel, hendak pergi ke sebuah toko kue terlebih dahulu karena hari ini adalah ulang tahun adik dari Ansel.

Sesampainya Elea di rumah Ansel, Ia pun sukses memberi kejutan Cindy yaitu adik perempuan Ansel yang baru menginjak bangku sekolah SMP.

Elea disambut hangat oleh keluarga Ansel. Segala kemewahan yang Elea berikan pada keluarga Ansel, membuat kedua orang tua Ansel sangat menyayangi Elea.

Ucapan terima kasih dari seluruh anggota keluarga Ansel pun telah Elea terima. Dan kini giliran Elea mengajak Ansel membicarakan hal yang tak bisa lagi di bendung oleh Elea.

Ansel dan Elea pun pergi ke Cafe Rinjani.

To be Continue ...