Pagi belum meninggi, ketika Farel sudah terlihat menunggangi kuda besinya, memacunya dengan kecepatan sedang menuju kantor.
Jalanan sudah begitu ramai. Semua kendaraan melaju terburu, seolah di belakang sana waktu mengejar untuk memburu mereka. Farel hanya tersenyum sinis, melihat para pengebut - pengebut itu berlalu, meninggalkan kepulan asap pekat dan debu, dengan klakson yang seolah wajib mereka bunyikan.
'Jika tak ingin terlambat, harusnya berangkat dari kemaren!' umpatnya dalam hati, hatinya begitu kesal, karena laju motornya yang tak terlalu kencang seolah menjadi penghalang para pemburu waktu itu dengan sering membunyikan klakson kepadanya, padahal posisinya sudah dipinggir jalan.