Di sebuah kerajaan yang terlihat sangat ramai, karena banyak sekali para perempuan yang sedang berada di ruang yang terlihat seperti ruangan pertemuan.
Namun semua mata yang berada di ruangan tersebut tertuju kepada seorang gadis yang sedang tertidur dengan kepala yang ia letakan di meja.
Semua para gadis itu saling berbisik-bisik membicarakan gadis yang sedang tertidur itu dan membuat suasana di ruangan ini menjadi sangat ramai.
"Lihat perempuan itu, dia tidur di saat acara makan siang bersama dengan keluarga raja dan ratu," ucap salah satu perempuan yang mengenakan gaun kerajaan bewarna biru tua.
Gadis yang tertidur itu sepertinya ia mulai merasa terganggu, jadi ia bangun dari tidurnya dan merenggangkan tubuhnya.
Semua mata langsung kembali fokus kepada gadis itu dan sedangkan saat gadis itu sudah membuka matanya, ia menatap ke mereka semua dan kedua alis gadi itu menungkik tajam, seperti bingung dengan apa yang ia lihat.
Gadis itu mengedarkan pandangan nya, ia melihat bangunan ini seperti bukan bangunan yang sebelumnya ia lihat. Bangunan ini lebih mirip seperti bangunan jaman dahulu dan ini seperti bangunan sebuah kerajaan, hal itu dilihat dari semua orang disini yang mengenakan pakaian kerajaan jaman dahulu.
Bahkan gadis itu tidak tau dirinya berada di sebuah kerajaan mana, ia tidak mengenali tempat ini. Di dunia lain tidak ada di dunia nya ataupun di sejarah dalam dunia nya.
"Ada yang tau ini dimana?" tanya gadis itu dengan takut-takut.
Namun semua yang ada disini kembali berbisik-bisik saat gadis itu bertanya seperti itu. Tetapi ada salah satu seorang perempuan yang menjawab pertanyaan dari gadis tersebut.
"Kamu sekarang berada di kerajaan Almortaza," jawab salah satu perempuan dari sekian banyak perempuan yang berada di ruangan ini.
"Al-al-almart... apa nama nya?" gadis itu sedikit kesulitan untuk menyebutkan nama kerajaan yang sungguh berbelit itu.
"Almortaza," kata perempuan itu lagi.
"Almortaza??" akhirnya gadis itu bisa mengucapkan nama kerajaan ini dan gadis di sebrang nya mengangguk kan kepalanya.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya karena takut dan itu terpampang jelas dari wajahnya. Bagaimana ia tidak takut, sekarang saja ia tidak tau dirinya sendiri ini berada dimana dan gadis itu juga melihat para prajurit yang tangan nya sudah siap ingin mengeluarkan pedang nya.
Gadis itu berjalan mundur dengan perlahan, berniat hati ingin kabur dari tempat ini, tetapi ia justru malah lehernya di todong dengan pedang.
Seketika tubuh gadis itu berhenti dan menjadi kaku. Gadis itu dapat melihat bahwa pedang yang berada beberapa inci dari kulit lehernya ini terlihat sangat asli.
"Bisa tolong jauhin pedang nya gak?" antara meminta dan bertanya, gadis itu benar-benar ketakutan. Ia merasa umurnya tidak akan panjang lagi.
Tetapi prajurit itu menggerakkan pedang nya hanya untuk menggertak gadis tersebut. Hal itu tentu saja membuat gadis itu berteriak dan pada akhirnya menangis.
"Huuueee gue pengen pulang!" rengek gadis itu entah kepada siapa tapi ia hanya ingin pulang. Semua orang yang ada di ruangan ini hanya menatap bingung gadis tersebut, mereka semua tidak begitu mengerti dengan apa yang gadis itu bicarakan.
Raja dan ratu pun hanya terdiam, mereka berdua belum ingin bertindak untuk menyakiti gadis itu. Karena gadis tersebut terdaftar sebagai calon ratu.
"Gue gak mau ada disini, gue gak kenal sama tempat ini!" gadis itu terus saja merengek dan tak lupa ia mengeluarkan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya itu.
Saat gadis itu ingin kembali merengek, tiba-tiba saja ada suara seseorang. Suara itu terdengar dingin dan tegas, namun hal itu tetap saja tidak menjadi penghalang bagi gadis itu untuk merengek.
"Letakkan pedang kalian semua!" perintah seseorang itu yang langsung dituruti oleh para prajurit yang mengarahkan pandang nya ke arah gadis yang sedang merengek itu.
"Berhenti menangis seperti itu, kau ini peserta calon ratu, tidak pantas kau menangis seperti itu," kata laki-laki itu yang membuat gadis tersebut berhenti menangis dan gadis itu memikirkan apa yang baru saja di ucapkan oleh laki-laki itu.
"Calon ratu?!" gadis itu sekarang bukan lagi menangis, tetapi ia pingsan. Namun laki-laki itu langsung menahan tubuh gadis itu dengan lengan kelarnya, itu ia lakukan agar gadis tersebut tidak jatuh ke bawah.
Laki-laki tersebut membawa gadis itu ke kamar nya dan hal itu membuat para peserta lain yang mencalonkan dirinya sebagai seorang ratu jadi cemburu dan merasa iri dengan sikap dan perhatian yang pangeran itu tunjukkan.
* * * *
Gadis tersebut mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya saat ia sudah mulai terbangun dari pingsan nya.
Ia menatap ke atas langit-langit kamarnya, gadis itu mencoba untuk duduk tetapi kepalanya yang masih sedikit pusing.
"Nona Humeera, lebih baik anda jangan memaksakan diri untuk duduk jika kondisi anda belum stabil," kata seseorang yang mengenakan pakaian pelayan seperti pelayan kerajaan.
Humeera gadis yang pingsan itu kembali memejamkan matanya ketia ia teringat bahwa dirinya ini berada di dunia yang tidak ia kenali.
Humeera menatap pelayan yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya itu. Ia lebih baik memutuskan untuk bertanya saja, bertanya mengapa ia berada disini dan kenapa namanya menjadi berubah Humeera, padahal namanya ini adalah Mina bukan Humeera.
"Tidak nona, nama nona adalah Humeera bukan Mina," kata pelayan tersebut dan itu membuat Mina jadi bingung.
"Gimana bisa nama gue jadi berubah gitu??" gumam Mina pada dirinya sendiri.
"Nona sebaiknya istirahat saja dulu di kamar, nanti kalau nona sudah merasa lebih baik, nanti malam nona bisa ke ruang makan kerajaan untuk makan bersama," kata pelayan itu dan Mina hanya mengangguk-angguk kan kepalanya saja. Setelah itu pelayan nya pergi keluar dari kamar Mina.
"Tunggu! gue baru inget kalo Humeera itu nama belakang gue, nama gue kan Mina Graziella Humeera. Berati di sini nama gue itu diambil dari nama belakang gue??" pikir Mina saat ia baru saja menyadari jika Humeera adalah nama belakang nya.
"Tapi masalahnya, gue kenapa bisa disini??" Mina masih tidak mengerti kenapa dirinya bisa berada di dunia yang tidak jelas ini.
"Udah mana diri gue di sini daftar audisi jadi pemilihan calon ratu lagi." Mina yang tampaknya sudah sangat frustasi.
Mina berusaha mengingat mengapa dirinya bisa berada di sini dan terlintas sebuah ingatan tentang dirinya yang mengalami kecelakaan saat keluar dari kampus.
Mina terus berusaha mengingat apa kelanjutan dari kejadian saat ia mengalami kecelakaan dan Mina teringat bahwa ada sebuah cahaya yang keluar dari dalam kalungnya ini.
Mina melepaskan kalung yang berada di lehernya lalu ia memandang batu bewarna biru safir itu. Ia memandang batu tersebut, namun tidak ada cahaya yang keluar dari dalam kalungnya ini.
Padahal Mina sangat yakin bahwa cahaya kalung inilah yang membawanya terlempar ke zaman dahulu yang entah ini Zaman apa.