Chapter 27 - Serigala Lapar

"Aku sudah kenyang."

Karin meletakkan mangkuk sup yang sudah kosong di atas meja dan itu berarti kamu tidak perlu menyuapiku makan lagi.

Axelle melirik mangkuk sup itu dan memandang Karin sambil berpikir, "Sepertinya kamu juga merasa bahwa dirimu sendiri juga terlalu lemah untuk bisa memuaskanku. Aku perlu memberimu makan dan mengisi kembali energi di tubuhmu itu. Dan baguslah jika kamu sudah menyadarinya."

Karin , "..."

Apa yang dia maksud?

Setelah selesai makan, Dion masuk ke kamar.

"Pak, ada tiga kontrak mendesak dan dua dokumen alokasi yang melibatkan miliaran juta yang perlu anda tanda tangani dan setujui sekarang. Galuh telah datang kemari dengan membawa kontrak dan dokumen itu kesini."

"Baiklah, biarkan dia pergi ke ruang kerjaku, dan menunggu."

Axelle mengisyaratkan Dion untuk keluar sembari lalu dia berjalan ke arah lemari.

Karin melihat bahwa dia telah mengambil sepotong celana hitam dari lemari dan kemudian dia menyadari bahwa Axelle saat ini sedang tidak mengenakan apa pun di balik baju mandinya itu. Wajah Karin berubah menjadi memerah saat dia membayangkan bahwa mereka berdua menggunakan baju mandiyang didalamnya sedang telanjnag. Lalu mereka duduk dan makan bersama untuk waktu yang cukup lama.

Dia berbalik dengan tergesa-gesa, berbaring di tempat tidur, dan berpura-pura beristirahat karena tidak berani melihat Axelle yang akan berganti baju.

Tempat tidur itu pun bersuara dan diikuti oleh suara baju ganti. Tapi ketika langkah kaki Axelle terdengar, Karin buru-buru duduk dan berteriak, "Tunggu!"

Axelle berdiri terdiam dengan satu tangan di saku celananya, lalu menoleh ke belakang dan bertanya-tanya pada Karin.

Dia ganti baju dengan menggunakan kemeja kasual abu-abu muda dengan garis leher sweetheart yang sedikit terbuka. Itu memperlihatkan sedikit otot dada yang kencang lengkao dengan sepasang celana kasual putih dan rambut hitam agak berantakan di atasnya.

Dia hanya berdiri di sana, dia sungguh terlihat luar biasa. Ketampanannya itu seperti monster yang mengambil hati dan jiwa setiap orang.

Ini adalah pertama kalinya Karin melihatnya dengan pakaian kasual. Dia merasa malas dan ingin menggunakan jas, tapi dia masih terlihat sangat seksi.

"Bisakah kamu meminjamkan pakaian?

Pakaiannya yang tadi telah di robek oleh Axelle telah diambil oleh pelayan yang membersihkan rumahnya saat itu.

Axelle melirik Karin yang masih menggunakan baju mandi yang besar itu, dan tiba-tiba dia memanyunkan bibirnya dan berkata, "Tidak, aku hanya sebentar. Aku akan kembali. Bagus bagimu untuk tidak memakai pakaian seperti ini." Dia selesai berbicara dan langsung berbalik untuk keluar.

Karin tercengang setelah mengingat kata-kata Axelle. Dia menatap dirinya lagi dan wajahnya menjadi pucat lagi.

Apakah maksud Axelle yang mengatakan dia akan segera kembali? Jadi dia tidak boleh memakai pakaian karena Axelle masih akan melakukan hal itu lagi padanya?

Ya Tuhan, kenapa dia sangat lapar dan haus seperti serigala yang sudah puluhan tahun tidak makan daging!

Wajah Karin sangat pucat, dia melompat dari tempat tidur, dan keluar diam-diam mencari pelayan, "Halo, bisakah kamu membantuku untuk menemukan pakaian wanita untuk dipinjam?"

Margaret telah bekerja di villa kelas atas ini selama dua tahun, dan dia adalah orang nomor satu yang terkejut ketika melihat Axelle bisa tidur bersama seorang wanita. Dia memandang Karin dengan polos dan buru-buru menjawabnya, "Iya bu, Saya akan tanya kepada paman Zeze terlebih dahulu dan akan segera kembali."

Karin mengucapkan terima kasih berulang kali, lalu berbalik. Tapi saat dia masih berjalan dua langkah, dia kembali berbalik dan berkata, "Ya, ambilkan lah. Pakaian biasa juga boleh, tidak perlu bermerk."

Karin belum melunasi hutang gaun hitam limited edition yang terakhir kali.

Setelah dia selesai berbicara, dia bergegas kembali ke kamar karena takut Axelle akan terganggu karena suaranya.

Margaret melihat ke belakang ke arah Karin dengan tidak mengerti. Wanita ini sepertinya tidak suka sekali memakai pakaian bermerk yang terkenal yang limited edition. Kenapa Karin begitu aneh. Selain itu, padahal merk terkenal yang limited edition adalah gaya pakaian di keluarga pak Axelle,

Segera Paman Zeze mengirim satu set pakaian itu sendiri, mulai dari bra hingga celana dalam yang berenda.

Karin berterima kasih padanya tapi dia tidak tahu merek pakaian wanita apa ini. Dia bergegas berganti dan duduk di sofa dengan tangan yang disilangkan di pahanya untuk menunggu Axelle.

"Nah, jika orang-orang datang dan pergi ke sini, ini lebih aman daripada ada di tempat tidurnya tadi."

Dalam ruangannya, setelah membaca kontrak, Axelle menandatangani kontrak yang atas nama Lorenz dengan raut wajah yang dingin. Dia melepaskan pennya dan bersandar malas di kursi kulit, lalu memerintahkan Dion yang sedang berdiri di sampingnya.

"Resort yang digunakan untuk pertemuan kerja sama dengan Konsorsium Paiton nanti, saya ingin ruangan yang paling nyaman, ramah lingkungan, pemandangan indah, fasilitas terlengkap, dan termewah nomor satu. Lokasi seperti ini sangat penting untuk saya dan biarkan Karin ikut dengan saya."

"Ya, Pak" Dion menerima kontrak itu.

Axelle mengangkat tangannya dan membelai dagunya sebelum dia menginstruksikan lagi, "Panggilkan Kasandra untuk datang ke sini."

Dion tertegun, "Ibu Kasandra?"

Wanita itu sepertinya psikiater yang disewa oleh pak Axelle lima tahun lalu, tapi pengobatannya telah gagal setelah selama satu setengah tahun, jadi dia tidak pernah diizinkan untuk datang lagi. Bagaimana bias dia disuruh datang lagi secara tiba-tiba sekarang?

"Baik pak, saya akan memberitahu Ibu Kasandra setelah ini."

Axelle berdiri dan akan keluar dari ruangan tapi seketika telepon di atas meja itu berdering. Axelle mengambilnya dan terdengar suara Edzard Devano dari telepon itu.

"Axelle, teman-teman akan berkumpul dan akan memainkan permainan dadu di restoran Angkara malam ini. Datanglah untuk berkumpul bersama."

Axelle sedikit mengerutkan bibirnya, "Tidak!"

Axelle pun berkata dia akan menutup teleponnya tapi Devano buru-buru berkata, "Hei jangan tutup teleponnya! Sudah kubilang, kamu harus datang nanti malam, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Kamu kan tidak ada kerjaan hari ini dan sedang baik-baik saja, tidak ada salahnya kan berkumpul dan minum dengan teman-temanmu ini?"

Axelle mengangkat alisnya, "Siapa bilang aku baik-baik saja?"

Devano langsung cemberut tapi sebuah suara yang lebih banyak kembali terdengar, "Malam yang begitu panjang, kamu memang seperti dewa yang tidak bisa dekat dengan wanita ataupun pria. Apalagi yang bisa kamu lakukan selain tidur dengan selimut jika kamu tidak punya seorang wanita di hidupmu?"

Axelle tidak mendengarkan omong kosong Devano lagi dan langsung menutup telepon.

Saat ini, dia sedang memiliki seorang wanita di sampingnya dan ada sesuatu yang lebih menarik hari ini daripada sekedar minum dengan seorang teman.

Saat menutup teleponnya, dia tiba-tiba memikirkan Karin yang masih ada di kamar. Pikiran Axelle mulai muncul seolah-olah dia sedang berbaring di bawahnya dengan suara lembut yang mematikan. Darahnya kembali mendidih lagi, dia pun langsung berdiri dan berjalan cepat kembali ke kamar, tetapi sayangnya dia melihat bahwa ruangan itu kosong sekarang.

Axelle mengangkat alisnya dan berjalan keluar untuk menanyakan ini kepada pelayan yang baru saja datang, "Dimana gadis itu?"

"Ibu Karin sedang menonton TV di ruang tamu lantai bawah."

Seketika Axelle turun dan melihat Karin yang sedang duduk di sofa dan menonton TV dengan serius.

Beberapa drama yang menjadi idola di TV, dimana seseorang telah berperan sombong yang diperankan oleh wajah putih kecil yang sedang memegang seikat bunga dengan wajah yang dingin.

Axelle melihat dan menyadari bahwa kemampuan aktingnya tidak dibuat-buat. Melvino memang aktor masa kini yang pertama kali bisa sepopuler ini. Ketika dia berperan sebagai direktur utama, dia tidak terlalu jual mahal, dia hanya terlihat sedikit berlebihan. Aku benar-benar tidak tahu mana yang bagus dan cocok.

Axelle tahu bahwa gadis-gadis saat ini memang idiot semuanya. Dia melihat aktornya satu persatu dengan detail tanpa berkedip sedikitpun.

Axelle menggelapkan wajahnya. Dia bahkan tidak melihatku saat aku di tempat tidur barusan, matanya tertutup rapat. Tap sekarang dia menonton pria lain dengan serius dan sangat fokus!

Karin yang sedang menonton TV tiba-tiba melihat layarnya menjadi hitam. Karin mengangkat matanya dengan heran dan melihat Axelle berdiri di tepi sofa dengan wajah yang dingin dan masih memegang remote control TV di tangannya.

"Kenapa dimatikan sih? Pemeran utamanya akan merangkul pemeran wanitanya! Ish, dasar!"

Serial TV ini diadaptasi dari novel online. Ketika dia masih duduk di sekolah menengah, Karin sangat terobsesi dengan novel ini. Tapi saat melihat tv itu dimatikan oleh Axelle. Dia bahkan lupa untuk menyenangkan Axelle sementara waktu. Karin langsung berdiri untuk mengambil remote control di tangan Axelle dan dengan tangan pedang di kanan Axelle yang terangkat lebih tinggi, remote control itupun seperti terbang ketika dia mengangkatnya.

Di bawah tatapan Karin, remote control itu seperti tidak memihak siapapun dan jatuh ke dalam akuarium yang besar. Bahkan ikan-ikan yang ada didalamnya langsung berfokus pada remote itu.

Karin, "..."