Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tulang Emas Tuan CEO : Ceraikan Dia dan Pilih Aku!

Peilia_Astharea
--
chs / week
--
NOT RATINGS
23.2k
Views
Synopsis
Karin, seorang gadis yang malang telah dihamili oleh seseorang yang tak dikenalnya. Keadaan itu membuatnya tak lagi bisa tinggal di rumah. Orang tuanya telah mengusirnya dan enggan mendengar penjelasannya sedikit pun. Apapun akan dia lakukan untuk bisa bertahan hidup, hingga akhirnya dia bertemu seseorang yang begitu baik dan rela merawatnya sekaligus kedua anaknya. Orang itu telah rela memberikannya status dan identitas yang layak. Hingga tiba saatnya, orang itu mengalami sakit yang cukup serius dan membutuhkan pendonor sumsum tulang belakang. Karin rela melakukan apapun demi menyelamatkannya. Disaat itulah, Karin mengenal sosok Axelle. Bahkan Axelle, Tuan CEO yang begitu sombong dan dingin itu pun akan dia kejar. “Axelle, tolong sumbangkan sumsum tulang belakangmu untuknya. Aku akan memberikan apapun yang kau minta.” “Baiklah, kalau begitu ceraikan dia dan jadilah istriku! Berikan hatimu itu padaku!”
VIEW MORE

Chapter 1 - Kelamnya Malam

Bunga lavender mulai bermekaran, harumnya yang semerbak melambangkan kebahagiaan dan kesejukan hati. Begitupun angin malam yang ikut bertiup bagaikan lautan ombak yang bergelombang.

Karin bergegas menyalakan lampu sorot pada ponselnya dan mulai berjalan melewati lorong menuju rumah putih mungil yang berada di tengah kebun bunga itu. Saat itu, angin malam pun terasa begitu dingin, namun dia hanya mengenakan baju tidur berwarna putih dengan bahan katun tanpa lengan, lengkap dengan sepasang sandal karet yang berbentuk kartun kelinci di kakinya.

Sembari memegang dadanya dan menggosok tangannya yang terasa dingin, dia tampak begitu bahagia saat melihat rumah mungil yang ada di depannya. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba bunga yang ada di samping Karin mengeluarkan kekuatan yang begitu kuat. Sepasang telapak tangan yang besar didapatnya sedang mencengkram kedua bahunya dengan erat.

"Ah!" Karin sontak kaget, dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya kedalam pekarangan bunga yang ada disampingnya. Tidak lama kemudian cahaya itu mulai redup dan menghilang.

Beberapa saat kemudian, Karin di tarik dan terhempas ke dada yang terasa amat begitu keras dan kaku bagaikan gemuruh detak jantung yang menandakan bahwa ada hawa nafsu yang berapi-api didalamnya.

"Layani aku! Aku akan memberimu satu juta dalam satu malam!" Suara pria itu terdengar dari belakang dengan nafsu yang kuat bagaikan suara bass yang tegas, lembut, dan pelan.

Detak jantung Karin pun ikut terpacu sangat cepat seperti drum, namun dia terlambat bereaksi, dia sudah mulai kewalahan dengan tingkah laku seorang pria di kebun bunga itu.

"Tidak! Kamu salah orang!" Mata Karin pum melebar sembari berjuang mati-matian untuk bisa lepas dari pria itu.

"Um.., jangan disentuh. Apa kamu tidak bisa menunggu gadis yang baik?" Suaranya berubah menjadi kaku dan tidak dapat dikenali lagi karena jarak yang sangat begitu dekat. Dan kini, telapak tangan jahat itu sudah mulai menembus baju tidur berwarna putih yang ia kenakan.

"Lepaskan! Bajingan!" Karin terus meronta.

Sayangnya pria berpostur tinggi dan kurus itu sedang menekan tubuh Karin tanpa ampun meskipun berat badan Karin seberat gunung.

Dia sangat ketakutan, matanya membelalak begitu besar, namun yang bisa dia lakukan hanyalah melihat punggung pria itu dengan menghadap langit berbintang, garis luar wajahnya setajam pisau, dan sepasang nyala api yang keluar dari matanya menandakan harapannya untuk segera melompat keluar, meskipun gairah itu tetap terasa dingin.

Nasibnya sekarang pun seperti kelinci putih yang berjuang mati-matian ingin keluar dari bawah cengkraman cakar elang yang tidak bisa melarikan diri.

Rasa sakit akibat robekan itu datang, lalu disusul oleh ciuman yang amat begitu luar biasa sehingga menutup seluruh mulut Karin untuk berteriak. Rasa bibir bagaikan anggur merah itu bagaikan manisnya buah yang tidak pernah tersentuh oleh bumi, terasa begitu lembut. Ditambah dengan deru nafas yang khas akibat amukannya membuat pria itu semakin bergairah.

Setelah sekian lama beradu emosi dengan pria itu, suara menyihir yang keluar dari pria itu terdengar lagi, terdengar parau, namun seperti mengeluarkan jenis suara yang berbeda.

"sungguh manis, aku tambah satu juta lagi ya?"

"Sial! Akan ku bunuh kau!" suara Karin lirih dengan penuh amarah.

"Bagaimana bisa orang yang penuh dengan kebencian ini melakukan hal-hal yang penuh noda sama seperti iblis di tempat yang suci?"

Ketika angin mulai bertiup, gaun putih gadis itu tampak seperti bunga ungu yang segar, aromanya pun tercium seperti campuran harumnya bunga mawar dan bunga lainnya, dia pun bagaikan bidadari yang akan tenggelam

Ini adalah kota Prevence, Italia. Kota ini terkenal dengan ribuan hektar tumbuhan lavender. Bunga ini pun sudah menarik banyak perusahaan film dan televisi untuk fotografi dan menjadikannya sebagai objek film.

Seperti yang diketahui khalayak umum lainnya, baru-baru ini sutradara ternama dunia yang bernama Raynold Bara telah membawa sejumlah aktor dan aktris untuk syuting film dengan produksi yang besar.

Karin tidak menyangka bahwa adiknya, Bella, akan mengelabuinya saat dia keluar rumah pada tengah malam. Ketika dia mendengar kabar itu, dan bergegas mengunci pintu agar tidak bisa dibuka olehnya. Bahkan orang tuanya pun menolak untuk menghentikan perlakuan adiknya, meskipun dengan sangat jelas mereka juga mendengarkan suara itu.

Nafas pria itu kembali bergemuruh dan terdengar penuh di telinganya. Ditambah, kata-kata Bella yang belum lama itu juga selalu terngiang di telinga.

"Pandai! Kamu berhasil membuat sutradara itu menamparku. Sudah puas? Untuk apa kamu kembali? Bukannya enak tidur di hotel berbintang? Aku tidak akan mengizinkan kamu masuk. Keluar!"

"Tunawisma!"

Karin hanya bisa memilih kembali ke rumah kecil yang penuh dengan hiasan bunga itu untuk sementara berlindung dari dinginnya angin malam, dia tidak menyangka hal buruk seperti itu akan terjadi kepadanya.

Membayangkan penghianatan kasih sayang keluarga dan kekejaman pria itu membuat air mata Karin tak terbendung lagi, sehingga dengan tidak sadar air matanya telah membasahi bunga ungu yang tepat berada di bawah tubuhnya.

***

Karin tidak tahu berapa kali lelaki obsesif dengan tenaga begitu kuat itu mengalami mimpi buruk ini.

Saat langit mulai bersinar, pria yang tak kenal lelah pada tubuhnya itu akhirnya benar-benar puas.

Dia melepaskan tangan yang semalaman digenggamnya itu dengan bebas. Tangan Karin mulai dapat meraih ladang bunga di kebun, dan ketika dia menemukan benda yang cukup keras untuk dia raih, secara spontan Karin mengarahkannya untuk memukul kepala pria itu.

"Gadis manis, beri tahu siapa namamu ... um!"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, kepala pria itu sudah cukup keras terhantam oleh sebuah batu yang dilemparkan oleh Karin, yang kemudian badan pria itu lemas sebelum tergeletak jatuh ke tanah.

Dengan badan bergetar, Karin pun mencoba mendorong badan pria itu. Meskipun pria itu menatap Karin dengan mata yang tajam karena serangan pada otaknya.

Lalu, Karin mengangkat batu itu kembali di tangannya dan mencoba untuk memukulkan ke kepalanya!

"Pertahananku sudah hancur!"

"Tidak, Kamu tidak dapat menghancurkan hidup kamu sendiri hanya karena seekor binatang menjadi pembunuh!"

Akhirnya, dia membuang batu yang berlumuran darah itu. Tubuhnya pun terlihat sangat terguncang, namun dia tetap mengambil langkah ke depan sembari menendang ponselnya yang tepat berada di bawah kakinya itu.

Karin mengambil ponselnya dan mengeluarkan selembar lima puluh ribu yang telah dimasukkannya ke dalam pelindung bergambar kartun transparan. Dia memasukkannya lagi setelah mendapatkan uang kembalian dari membeli sayuran.

Melemparkan uang lima puluh ribu kepada pria itu, Karin berkata dengan getir,"Kamu bisa membeli lima puluh ribu untuk satu malam, tidak perlu mencarinya! Jangan terlalu murah, kamu sepadan dengan harganya!"

Dia berkata, dengan badan berbalik dan terhuyung ke arah pria itu.

"Habiskan di luar negeri!"

Mata laki-laki itu sudah kabur, darah di atas kepalanya mengalir di sepanjang tulang alisnya, dan menembus bulu mata hitam tebal dengan badan yang gemetar. Sosok gadis itu langsing dipandangnya. Corak merah yang menempel di rok putih itu mengingatkannya kepada kesedihan satu malam

"Jangan pergi ..." Dia bergumam sambil mengulurkan tangannya. Tetapi, kepalanya sudah tak bisa lagi menahan rasa pusingnya, akhirnya dia pun terjatuh kedalam kebun bunga dengan badan yang tak berdaya. Kilauan cahaya pagi hari yang terpancar dari gelangnya itupun, akhir pertanda matanya akan terpejam.

***

Dua bulan kemudian,

Keluarga Rosa.

"Kamu hamil diluar nikah! Keluarga ini tidak akan bisa menerima orang sepertimu. Pergilah!" Rosa mendorong Karin dengan penuh amarah.

"Ini hanyalah kota kecil, dengan gaya hidup rakyat yang sederhana. Jika kamu tidak belajar dengan baik, bagaimana kamu bisa bisa hidup seperti para selebriti yang hidupnya mewah?"

"Pergilah! Ayo pergi! Aku akan berpura-pura tidak pernah melahirkan putri sepertimu."

Rosa tampak begitu kesal dan jijik.

"Kakak, kamu harus cepat pergi, jangan sampai ada tetangga yang mendengarnya, bagaimana kamu bisa membiarkan orang tua berwajah sederhana untuk tinggal di kota? Aku belum menikah, jangan mempengaruhi reputasiku."

Bella menusuk sepotong buah apel dengan tusuk gigi, sembari duduk di sofa dengan menatap Karin dengan tatapan penuh ejekan.

Karin yang tak tahan atas perlakuan itu, mengarahkan tangannya ke arah Bella dan berkata, "Bu, adikku yang mengurungku sendiri saat tengah malam di ruangan itu. Lalu aku diperkosa. Kenapa tidak ada yang percaya padaku!"

Rosa bergegas berdiri tepat dua langkah di depan Karin, dia menampar wajah Karin dengan tamparan yang sangat keras.

"Diam kamu! Kamu memang seorang pelacur dan pelakor. Jangan menjebak adikmu dengan hadirmu! Pergi! Jangan kembali!

"Akulah yang melahirkan adikmu. Membesarkan adalah hal yang paling indah untukku, betapa indahnya jika kamu pergi demi kebaikan saudara perempuanmu. Aku melihatnya dengan jelas! Kenapa kamu menuduhnya seperti itu?" Rosa memeluk Bella yang sedih yang berusaha memukuli ibunya dalam peluknya.

Karin sontak terjatuh ke tanah saat mendengar itu.

"Bu, apakah yang dikatakan nenek Jasmin itu benar? Bukankah kamu yang melahirkanku? Tapi kenapa kamu tidak percaya padaku?" Air matanya bagaikan hujan deras yang mengalir, meskipun dia tidak menginginkan itu terjadi.

"Kamu... kamu secara alami memang lahir dan dibesarkan olehku, itu sebabnya aku tahu bagaimana karaktermu! Sekarang kamu hamil di luar nikah, lalu mengapa kamu masih menganggapku sebagai seorang ibu? Pergi! Pergi!"

"Oke! Aku akan pergi!" Karin seolah menyetujui permintaan itu. Dia bergegas berdiri dan berbalik berjalan menuju pintu langkah demi langkah dengan rasa yang penuh kecewa.