"Benar-benar Mirip dengan masakan Nona Sena," ucap Viola sambil membulatkan kedua matanya. Bahkan jika dirasakan kembali, masakan Clara jauh lebih lezat dari masakan mantan istri Erlan.
"Benarkah?"
"Iya, Nona. Bahkan ini lebih gurih dan selalu ingin nambah lagi."
Kata Viola sambil memasukkan lagi sesendok kuah ke dalam mulutnya. Ia begitu menikmati cita rasa gulai tersebut.
"Viola, lihatlah aku sekarang."
Dengan sendok yang masih di dalam mulut, Viola langsung melihat ke arah Clara.
"Bagaimana menurutmu?"
"Bagaimana maksudnya?"
"Setelah kamu melihat wajahku, apa yang bisa kamu nilai dari wajahku?"
Gadis itu tertegun, seolah tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Clara. Kemudian ia meletakkan sendok yang dipegang ke dalam mangkuk.
"Cantik! Tidak hanya itu, wajah Nona juga sangat manis."
Ucap Viola seraya memperhatikan wajah Clara tiap incinya.
Clara meletakkan kedua tangannya di atas pundak Viola, ditatapnya kedua mata di hadapannya itu dengan saksama.
"Katakan itu sekali lagi, kamu tidak berbohong kan?"
"Tentu saya tidak berbohong. Selain cantik, Nona Clara juga terlihat begitu manis."
Kemudian tersenyum, kedua mata Viola terlihat tidak sedang berbohong.
"Apa yang menarik dari wajahku? Jika kecantikan itu ada, pasti ada sesuatu yang bisa membuat orang lain tertarik denganku."
Viola semakin bingung dengan arah pembicaraan wanita di hadapannya. Bahkan terdengar sangat ngaco dan tidak masuk akal.
"Mata, bersinar seperti rembulan. Bibir, sangat seksi apalagi kalau Nona memakai lipstik warna merah, dan satu lagi, alis Nona begitu tebal tanpa pensil alis sekali pun."
Dengan menggunakan bahasa tubuh menyertai jawaban Viola. Kemudian mengambil segelas air untuk sekedar membasahi kerongkongannya.
Sedangkan Clara, setelah mendengar jawaban Viola yang memuaskan, ia langsung tersenyum tipis.
"Itu artinya aku masih memiliki peluang untuk bisa dicintai oleh Tuan Erlan bukan?"
Viola terkejut, kemudian menyemburkan air dari dalam mulutnya.
"Heh, kenapa sampai keselek air begitu? Pertanyaanku tidak masuk akal, ya?"
"Maaf, Nona. Saya tadi hanya tidak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulut Nona. Dicintai oleh Tuan Erlan memang menjadi impian banyak wanita, tapi berharap untuk dicintai seperti mantan istrinya, rasanya begitu mustahil. Lagipula apa Nona ingin berjuang untuk mendapatkan hatinya?"
"Tentu!" jawab Clara dengan percaya diri.
Sebenarnya ada hal lain yang mengganggu pikiran Viola saat ini. Ia tidak menyangka jika Clara mengharapkan perasaan lebih dari suaminya itu. Sangat mustahil rasanya jika Erlan bisa memberikan cinta kepada seseorang yang memiliki sangkut paut dengan kematian istrinya. Sedangkan Erlan sendiri menikahi Clara juga karena perasaan dendam. Permasalahan menjadi sangat rumit ketika Clara memutuskan untuk membuat suaminya jatuh cinta kepadanya.
Viola pikir, ini bukan soal drama korea yang mana benci bisa menjadi cinta.
"Jika masakanku sama dengan masakan mantan istrinya, wajahku juga cantik, pasti suatu saat nanti suamiku akan tergila-gila denganku. Dengan kata lain, aku harus menjadi sama seperti mantan istrinya."
Semakin tidak masuk akal! Clara kamu kenapa? Tidak, tentu ini bukan soal pentingnya Erlan mencintai Clara.
"Nona, apa kamu mulai menyukai Tuan Erlan?" tanya Viola dengan tanpa berpikir panjang.
"Tidak, bahkan tidak ada sedikit pun perasaan cinta dalam hatiku." Sambil menuangkan air ke dalam gelas. Terlalu banyak bicara dan menjawab pertanyaan Viola, membuat kerongkongan Clara menjadi kering.
"Ketika kita berada di kandang macan, hanya ada dua pilihan untuk bertahan hidup. Yang pertama, kita harus lebih kuat dari macan itu. Yang kedua, kita harus menjadi pawangnya."
"Maksud Nona?"
Gadis itu semakin tidak mengerti dengan perkataan Clara.
Clara menarik napas panjang, kali ini ia harus menjelaskan detail kepada gadis di hadapannya.
"Viola, untuk bisa bertahan di kandang itu, aku tidak mungkin menggunakan cara yang pertama. Karena sudah jelas laki-laki itu lebih kuat daripada aku. Jadi aku harus menggunakan cara yang kedua, menjadi seseorang yang ia cintai. Dengan begitu ia tidak akan tega untuk menyakitiku," ucap Clara dengan mantap. Seolah benar-benar yakin dengan pilihannya.
Tentu Viola pikir itu semua tidaklah mudah. Perasaan bimbang menyelimuti hatinya saat ini. Ingin rasanya ia memberitahu kebenaran yang terjadi saat ini, namun rasanya mustahil. Meskipun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia begitu yakin kalau Clara adalah orang baik.
Lagi pula, yang tidak bersalah, kenapa harus dihukum? Jawabannya karena, yang bersalah sudah tiada.
"Nona pikirkan baik-baik keputusanmu itu. Kedepannya, saya tidak bisa membantumu banyak," ucap Viola lirih. Dia tidak ingin berurusan terlalu banyak dengan Tuan Erlan. Saat ini ia tidak hanya mempertaruhkan dirinya sendiri, melainkan juga keselamatan kedua orang tuanya.
"Tentu aku sudah memikirkannya baik-baik, Vi. Jika tidak, aku akan menderita seumur hidup. Terlebih lagi jika nanti aku telah memiliki keturunan, kemudian aku dipisahkan dengan anakku, rasanya begitu berat."
"Kenapa harus dipisahkan?"
"Karena laki-laki itu hanya ingin keturunan dariku, setelah itu, dia akan mengambil anakku."
Viola mengerti dengan alur yang dibicarakan Clara, yang ia tahu hanya soal keinginan Erlan untuk mempunyai keturunan darinya. Jika hal itu sampai terjadi, Erlan tidak hanya mengambil bayinya, melainkan juga akan menghancurkan hidupnya.
"Apa pun yang ingin Nona lakukan, tetap berhati-hatilah. Karena yang Nona hadapi saat ini lebih dari seekor macan!"
"Tentu saja. Aku tidak akan gegabah. Tapi untuk rencana pertama, sepertinya aku akan membutuhkan bantuanmu," ucap Clara seraya memasang wajah memelas pada Viola. Sekaligus kode agar Viola peka dengan keadaannya saat ini.
"Nona, apa pun akan saya lakukan kecuali yang berhubungan dengan Tuan Erlan. Maaf, Nona!"
Dengan sedikit tidak enak hati, Viola mengucapkan itu semua.
"Aku mohon, bantulah aku. Lagipula kamu membantuku di belakang layar, kedepannya aku akan menjalankan misi ini sendirian biar kamu tidak kena imbasnya. Aku juga tidak mungkin membahayakan kamu."
Clara berusaha meyakinkan Viola. Ia juga tidak ingin menyeret terlalu dalam gadis itu ke dalam rencananya.
Viola menatap erat wajah Clara sambil menggigit bibir bawahnya.
"Baiklah, apa yang bisa saya bantu Nona?"
Wajah Clara langsung sumringah.
Clara mendekatkan mulutnya ke dalam daun telinga Viola.
"Hanya itu saja? Yakin hanya itu?" tanya Viola setelah mendengar ucapan Clara.
Clara mengangguk mengiyakan.
"Menurut saya yang harus dirubah adalah penampilan Nona. Nona sangat cantik, namun aura kecantikan Nona tidak sepenuhnya terpancar. Nona perlu sedikit sentuhan make up dan baju Nona juga harus sedikit fashionable."
Clara bertanya kepada Viola tentang kekurangannya saat ini. Tentang apa-apa yang harus diubah dan diperbaiki dalam dirinya.
"Hanya itu? Apa itu yang disukai Tuan Erlan?"
"Sepertinya iya. Tuan Erlan sangat menyukai orang yang rapi, wangi, bersih, dan beraura positif. Mulailah dengan melepas ikatan rambut Nona, beri sentuhan lips pada bibir Nona, kalau perlu baju yang Nona kenakan harus terlihat anggun."