Suara Mursyid begitu lantang dan tegas, membuat Glenca dan Bram mencari tahu siapa dan di mana keberadaan putrinya yang dia maksud.
Sedangkan bu Ida sendiri, perasaannya mulai tidak tenang. Timbul penyesalan pada dirinya kenapa dia tidak memberi tahu adiknya terlebih dahulu siapa Naura sebenarnya. Dan wanita itu tak pernah menyangka, kalau adiknya, lagi-lagi mencari gara-gara dengan para karyawan.
"Maaf, Tuan. Putri anda yang mana? Di sini hanya ada seorang karyawan rendahan seperti dua gadis ini."
Sambil tersenyum pada Mursyid, Bram mencoba mempertanyakan maksud dari ucapannya itu.
Kedua mata Mursyid terlihat ingin copot, urat leher yang terlihat secara sempurna, menandakan kalau dirinya sedang menahan amarah yang amat dalam.
"Jaga mulutmu itu. Naura, dia adalah putriku," ucap Mursyid pada Bram.
Seketika membuat pria itu tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.