Erlan menyeret tangan Clara masuk ke dalam kamar. Selepas ijab qabul, pria itu merasa bebas melakukan apapun kepadanya.
Kemudian menghempaskan tubuh gadis itu atas kasur.
"Apa yang ingin kamu lakukan, Tuan?" Clara menatap bola mata Erlan yang setengah mengatup dengan mengeratkan kedua genggamannya pada tempat tidur.
"Saya mau meminta hakku, apa salah?" tanya Erlan.
"Aku masih belum siap, Tuan. A-aku takut."
Clara semakin mengeratkan genggaman tangannya, ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan posisinya.
"Saya tidak butuh persetujuanmu, gadis malang," kata Erlan, lalu mendorong kencang tubuh Clara.
"Tidak, jangan lakukan ini," ucap Clara memohon kepada pria di hadapannya. Erlan terlihat sangat menyukai wajah Clara yang begitu ketakutan dan merasa tertekan.
"Kamu buka bajumu untukku, atau saya sendiri yang akan membukanya dengan paksa?"
Clara tidak menjawab, lidahnya sangat keluh untuk bersuara.
'Seharusnya tidak secepat ini, seharusnya dia bisa menungguku sampai aku sudah siap,' batin Clara dalam hati dengan ketakutan.
Wajah Clara tiba-tiba memucat, diikuti dengan rasa takut yang semakin hebat.
Erlan memegang kedua telapak tangan Clara, lalu memposisikannya di atas kepalanya. Menggenggam dengan erat, seolah berusaha mengunci seluruh badannya agar tidak memberontak.
"Menurutlah! Semakin kamu memberontak, saya akan melakukannya dengan brutal," ancam Erlan.
Sejujurnya ia tidak berniat untuk bercinta dengan gadis itu, jika tidak karena mamanya yang ingin segera memiliki cucu lagi, Erlan tidak akan pernah sudi menyentuh Clara.
"Tidak, jangan!"
"Aku malu, Tuan," ucap Clara dengan wajah memerah.
Mendengar perkataan istrinya, Erlan langsung menyergap dan menindihi tubuh Clara tanpa memberi jeda.
Erlan membungkam mulut Clara dengan hentak lembut bibirnya. Melumat pelan bibir seseorang yang saat ini berada dalam kendalinya.
Tidak terdengar lagi suara penolakan pada bibir Clara, yang ada hanya suara kecupan dari bibir mereka masing-masing.
Setelah merasa cukup bermain dengan daging merah muda milik gadis itu, Erlan segera meraba kedua benda berharga yang menjulang tinggi di dada Clara. Memijat dengan sentuhan panas, sembari menurunkan bibirnya untuk mengecup di bagian depan leher Clara.
Clara menggeliat dengan irama tubuh menggoda, meskipun nafsunya belum sepenuhnya membara. Melihat gelagat istrinya yang masih polos, adrenalin Erlan semakin memuncak. Dia merasa semakin tertantang untuk segera melihat semua barang berharga milik istrinya.
"Jangan memberontak! Saya tidak suka dengan penolakan," ucap Erlan sambil merobek baju Clara. Seakan tidak punya waktu untuk sekedar membuka kancing bajunya. Di sisi lain, pria itu tidak sabar ingin segera menunjukkan kejantanannya pada Clara.
Seketika ia dihadapkan dengan kedua benda berharga milik Clara, sangat indah, bahkan lebih padat daripada milik mantan istrinya. Kulit putih mulus tanpa noda sedikit pun, harus berbekas kecupan merah yang sudah Erlan gencarkan di permukaan kulitnya.
"Milikmu begitu menggoda, gadis kecil," Erlan segera mempermainkan benda berharga sisi kanan milik Clara, sedangkan tangan kiri meraba bagian bawah.
Awwh….
Clara mendesah hebat, ketika jari tangan Erlan berhasil menyeruak masuk ke dalam bagian bawah miliknya.
"Tu … tuan, hentikan …."
"Aku mohon … rasanya aku tidak kuat."
Erlan menghiraukan ucapan Clara. Justru dia semakin merasa tertantang untuk melemaskan gadis itu. Di tengah gairah yang semakin memuncak, justru tidak ada lagi ekspresi keterpaksaan di wajah Erlan. Pria itu begitu menikmati permainannya sendiri, namun ia masih tidak lupa dengan tujuan utamanya.
Laki-laki itu menggiring kecupannya ke arah bawah, hingga pada saat ia sampai di bagian perut Clara, kedua tangannya segera melepas pakaian bawah yang gadis itu kenakan.
Lengan kekar Erlan semakin leluasa untuk menjamah setiap inci bagian tubuh Clara.
Waw! Lagi-lagi Erlan dikejutkan dengan pemandangan yang sangat indah. Kedua mata Erlan terbelalak, ketika melihat gua kecil milik istrinya yang mungkin sama sekali belum pernah terjamah orang. Bahkan hanya ada beberapa bulu halus yang tumbuh di area itu.
Melihat sesuatu yang sangat berharga bagi gadis itu, Erlan masih terus memainkannya dengan tangan. Ia pikir jika gadis itu memang masih suci, dalam keadaan kering, senjata miliknya tidak akan mudah menerobos masuk ke dalam.
"Sudah, hentikan! Tuan...."
Ingin rasanya Clara memberontak, namun dia sendiri tidak kuasa dengan kenikmatan yang didapatkan dari suaminya. Sebagai seorang duda, tentu ia sangat ahli memainkan perannya.
Erlan tersenyum puas, gadis itu benar-benar sudah berada dalam kendalinya. Kalimat pemberontakan itu, kini berubah dengan ucapan liar.
"Tentu kamu akan menyesal jika menolakku hari ini," bisik Erlan pada telinga Clara.
"Humm, ahh …."
Desahan Clara semakin terdengar merdu di telinga Erlan, meskipun dia masih belum bisa memasukkan senjata miliknya, istrinya itu sudah banyak mengeluarkan keringat.
"Ah, sakit …."
Clara berteriak, ketika barang keras milik Erlan membobol masuk ke dalam gua kecil miliknya. Laki-laki itu berhasil merobek selaput darah yang sudah terjaga selama belasan tahun.
"Gadis ini, ternyata memang masih perawan?" tanya Erlan dalam hatinya ketika melihat darah yang menetes pelan menodai alas kasurnya. Sedangkan Clara, ia terus merintih karena merasa perih.
Erlan memaju mundurkan badannya, kemudian menghentakkan tubuhnya untuk beberapa kali. Hingga pada akhirnya rintihan yang keluar dari bibir gadis itu, berubah dengan kalimat merdu yang semakin menambah gairah sensual Erlan.
Lagi-lagi Erlan tersenyum puas, melihat ketidakberdayaan gadis itu. Bibir tipis merah merona milik istrinya, juga membuat Erlan tidak mungkin membiarkan lolos begitu saja.
Hum!
Sembari terus membiarkan permainannya terus berlanjut, di dalam gua milik istrinya, Erlan kembali melumat habis bibir tipis Clara. Ia melakukannya dengan beringas, bisa dibilang laki-laki itu sudah lama tidak merasakan surga di dalam dunia.
"Sayang …."
Clara tidak benar-benar sadar mengeluarkan kalimat itu. Aliran darah di dalam tubuhnya meningkat begitu pesat, seperti sedang dialiri listrik di dalamnya.
Erlan kembali memusatkan tenaganya untuk sesuatu di bawah sana, sebentar lagi dia akan mengalami pelepasan. Namun sebagai laki-laki sejati, ia tidak ingin hanya dirinya sendiri yang merasakan sensasi itu, bagaimanapun juga Clara juga harus merasakan kenikmatan itu. Jika perlu, sampai ia merasa ketagihan dan terus meminta haknya.
"Apa ada sesuatu yang akan keluar?" tanya Erlan kepada istrinya.
Clara menggeleng, tidak mengerti dengan maksud suaminya.
Gadis itu masih sangat polos, bahkan untuk hal yang sifatnya alami dari tubuhnya, ia masih tidak mengerti.
Erlan semakin mempercepat dorongannya, dengan napas yang terengah, pria itu mulai merasakan sesuatu akan tumpah di bawah sana.
Hingga pada saat dirinya merasa Clara sudah menumpahkan cairan yang begitu deras di bawah sana, Erlan menghentakkan dorongan terakhirnya dengan sangat keras hingga merasakan kelegaan yang luar biasa.
Sedangkan Clara, tubuhnya tergeletak tidak berdaya. Napasnya masih tersengal dengan keringat dingin yang terus membasahi badannya.