Satu hari berlalu dari semenjak acara ta'aruf di malam purnama, kini merupakan hari kedua Ziya berpikir, besok malam sosok Erlangga itu akan kembali.
Ziya sudah melakukan berbagai cara entah itu berupa salat atau do'a. Ziya belum tahu apa isi hatinya, akan tetapi pikirannya makin hari makin berkecamuk tak pasti.
Ziya terus melangkah tak tahu arah, mencari rahmat atas jawaban yang harus Ziya utarakan. Ziya tak tahu rahmat itu Allah kirimkan lewat siapa, bisa jadi lewat orang tak dikenalnya.
Ziya menghela napas, gadis berhijab putih itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis. Mengingat akan sebuah pepatah 'Apa pun masalahnya, tetaplah tersenyum. Karena bagaimanapun juga setiap ada masalah, pasti akan ada jalan keluarnya. Di mana di sana derajat kita akan diangkat jika kita ikhlas dan sabar dalam menghadapinya.'
"Permisi, Kakak." Ziya menunduk saat suara gadis kecil menyapa dan menghentikan langkahnya.