Kiara nangis tersedu-sedu, meratapi nasibnya yang kembali menerima kekerasan dari Steven, bukan hanya oleh tangan tapi juga dengan cambukan.
Serta, Steven meneroboskan kejantanannya dengan miliknya secara kasar dan menghentikannya secara berkali-kali hingga membuat Kiara nyaris hilang kesadaran, tidak ada hasrat di sana yang ada hanyalah segunung emosi.
Banyak luka gores memanjang pada tubuhnya, yang paling menyakitkan adalah era kewanitaannya.
Steven bukan manusia! Pria itu benar-benar iblis yang tak memiliki hati nurani!
Kiara benci! Ia sudah tak sudi lagi mencintai pria itu. Tetapi ... kembali lagi pada awal ia tidak bisa terlepas dari ruang lingkup Steven.
Kiara menghapus air mata yang sedari tadi begitu betah turun merembes membasahi kedua pipinya. Menoleh, menatap jam dinding yang ternyata sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Kiara tidak lapar, pun tidak ngantuk. Jadi, biarkan saja wanita itu untuk terus mendekam di kamar sampai kondisinya sedikit membaik.