Seketika jantung Kiara menggedor-gedor dan terasa ingin keluar dari tempatnya. Kedua pupilnya melebar sempurna. Bulu kuduk pun seketika meremang. Dan, perasannya pun terasa goyah. Dirinya panas dingin mendengar penuturan itu.
Rasanya Kiara ingin kabur dari sini sekarang juga. "Eum, a-anu tuan …."
"Kenapa? Mau nolak?" kilah Steven cepat. Ia terus memandang tubuh Kiara seolah mulai menjadi candu bagi dirinya. Padahal ini baru menatap saja, bagaimana jika sudah menikmati? Steven tidak dapat membayangkan kenikmatan itu semua.
Apalagi setelah mengingat jika Kiara masih perawan.
Kiara menggelengkan kepalanya kecil. "Ti-tidak, eum aku …."
"Takut? Ingat saja bahwa kita sudah menikah dan terikat dengan kontrak. Seharusnya aku menanam benih di rahimmu dari kemarin. Namun, sayangnya kemarin aku masih belum bergairah melihat tubuhmu. Tetapi sekarang kau berhasil menariknya," jelas Steven secara gamblang.