"Aku tidak mau tahu, ganti piring yang sudah pecah itu!" murka Jenie menatap suaminya tajam.
Ternyata Bram tidak semudah itu untuk bersembunyi dari sang istri bagaikan macan itu. Ia telah tertangkap dan dimarahi di sini, di ruang tengah yang ditontonkan oleh kedua anak yang hanya bisa diam tanpa membantu. Sepertinya mereka sangat senang melihat dirinya yang dimarahi layaknya seorang anak kecil nakal.
"Kau pikir membeli piring itu dengan daun, hah? Piring itu mahal dan juga masih baru. Aku tunggu sampai malam, jika kau belum mengganti piring itu maka kau ...," Jenie sengaja menggantung ucapannya. Ia ingin melihat reaksi yang ditunjukan sumainya itu sekarang. Ternyata, dia sedang harap-harap cemas. Namun, ia benar-benar tidak mempedulikan itu.