Di sebuah ruangan angan yang bernuansa hitam abu terdapat seorang pria berbadan besar, kulitnya yang penuh dengan tato seta Ra yang acak-acakan, siapa lagi kalau bukan Moriz. Ia tengah melamun di tengah-tengah kegelapan, tidak ada sedikitpun cahaya dari rembulan yang masuk ke celah jendela kamar Moriz. Semuanya sangat tertutup. Ya, Moriz menutupinya dengan sengaja, ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun, bahkan oleh angin saja ia tidak ingin. Dirinya hanya ingin sendiri, cukup! Kegelapan yang menemani.
Ponsel milik Moriz telah tergeletak naas di atas lantai, hanya tinggal cercak-cercik kaca yang dihasilkan dari layar ponsel itu sendiri. Tanya kasar Morizlah yang menjadi pelaku atas kehancuran ponsel itu.