Kedua mata Metha langsung melebar sempurna, menatap Rudi tidak percaya. Seketika badannya menjadi lemas tak tertentu. "Kenapa ayah berbicara seperti itu?" tanyanya terkesan lirih.
Rudi tersenyum miring, Menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sangat terkesan jumawa. Ia menatap Metha sisnis. "karena memang itu kenyataanya, anakku dalah Freya dan hanya dia!" jelasnya seraya menekan empat kata terakhir yang keluar dari mulutnya.
Rudi sangat tid apeduli dengan perasaan Metha. Yang terpenting dieinya sudah mengatakan apa yang ia katakan.
Metha tersenyum kecut. Cukup, dirinya tidak boleh lemah apalagi sampai menangis. Seharusnya ia sadar, dirinya bukanlah seorang anak yang diinginkan oleh ayahnya. Ia mengaku jika dirinya memanglah rendah.