Chereads / FLORIST'S DAUGHTER / Chapter 15 - METHA YANG DIBAWA PERGI

Chapter 15 - METHA YANG DIBAWA PERGI

Metha terbelalak kaget. "Tidak!" tolaknya mentah-mentah nan penuh penekanan.

Robert melepaskan tawanya. "Metha kenapa kau sangat lucu?" tanya Robert di sela-sela tawanya. Ia memegang perutnya yang terasa keram akibat terlalu nikmat tertawa.

"Tidak ada yang lucu," sarkas Metha lagi-lagi mendelik sinis.

Robert menghentikan tawanya namun tidak sepenuhnya dirinya masih menyisakan tawa garing.

"Haha, sebenarnya memang itu niat utamaku. Tapi saat melihatmu yang enggan terpaksa membuatku mengurungkan niat itu," jelas Robert dibumbui dengan ekspresi sendu di akhir katanya.

Mendengar itu Metha terdiam. Ia mengatupkan kedua bibirnya, pikirannya pun seolah tengah melalangbuana ke sembarang arah.

Perasaannya kian tak karuan.

Akan tetapi hanya beberapa detik saja. Selanjutnya ia menggelengkan kepalanya kecil guna menghalui perasaan tak karuan tersebut. Ia kembali pada pendirian awalnya.

"Aku sudah mengatakan sedari dulu jika aku tidak mau menerimamu. Oh, lebih tepatnya tidak akan pernah!" tekan Metha dengan lugas nan tegas.

"Ya, kau tak perlu mengatakannya lagi karena saya sudah tahu dengan semua itu," balas Roebrt benar-benar sudah menghentikan tawanya dan merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Lalu, kenapa tuan masih terus mengejarku?" tanya Metha lebih lanjut.

Cukup terkesan aneh, sudah mengetahui dengan jawaban Metha yang akan terus menolak tapi kenapa Robert malah terus menghampiri seakan tidak tahu!?

"Karena saya menginginkanmu. Apa pun yang saya inginkan pasti akan saya kejar sampai dapat! Meskipun apa yang saya kejar selalu saja menghindar. Apa pun caranya dan apa pun resikonya saya akan tetap mengejar!" jelas Robert.

Metha dibuat tertegun dengan pernyataan itu. Sudah tua tapi masih mempunyai prinsip layaknya anak remaja. Aneh!

"Jadi, bagaimana?" lanjut Robert bertanya, mengambil kesimpulan dari apa yang ia jelaskan tadi.

Metha masih saja terdiam.

Namun, hanya sejenak. Pada detik berikutnya ia kembali menatap wajah tua milik Robert seraya berkata, "Terserah tuan saja, intinya aku tidak mau dan tidak akan pernah mau! Aku akan terus menghindar sampai tuan lelah," ungkap Metha menjelaskan. Masih saja mengkilah dengan penuturan Robert tadi.

"Hah, lelah?" Seketika Robert kembali tertawa. "Apakah kau lupa jika saya mempunyai banyak pengawal?" tanyanya menyirat untuk mengingatkan.

Metha dibuat mendesis. "Ahk, terserah tuan saja," pasarhnya benar-benar sudah lelah menghadapi pria tua semacam Robert, sangat menjengkelkan dan harus bisa menahan emosi yang menggebu.

"Jika tidak ada keperluan penting. Lebih baik tuan menyingkir, aku sudah mengatakan tadi jika aku sedang sibuk!" titah sekaligus alibi Metha.

Akan tetapi, memang itu kenyataannya, bukan? Jika dirinya sibuk akan berbelanja lalu setelah itu membuat kue sebelum ibunya pulang kerja.

"Sibuk apa? Bukankah kau sudah tidak bekerja lagi selama satu Minggu?" ungkap Robert secara gamblang yang berhasil membuat Metha kembali melotot kaget.

"Dari mana Tian mengetahui itu?" tanya Metha penasaran. Menatap Robert dengan pandangan intimidasi, ia menaruh curiga pada pria yang ada di hadapannya ini.

"Kau lupa jika saya merupakan pria yang berkuasa atas Luxe," balas Robert santai.

Metha mendengus. Sungguh jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. "Ya, tapi aku memang sibuk," tekan Metha lagi, benar-benar mengkode agar Robert segera pergi dari sini.

"Ok ok baiklah, sepertinya kau sedang sensitif sore ini. Bagaimana jikalau saya mengajakmu jalan-jalan?"

"Tidak!" tolak Metha cepat. "Kenapa sore ini tuan banyak berbicara yang sungguh terdengar tak bermutu?" lanjutnya bertanya seolah membalikan dari perkataan Robet tadi.

"Saya tidak akan banyak berbicara jika kau mau patuh, anak manis," balas Robert lagi-lagi dengan santai.

Metha mengembuskan napasnya kasar. "Aku harus berkata berapa kali lagi, jika aku tidak mau! Tidak mau! Dan, tidak mau! Jangan paksa aku!" tutur Metha dengan menekan setiap kata agar Robert paham.

"Hahaha, saya juga harus berkata berapa kali lagi, jika saya tidak akan memaksa jika kau menurut," ujar Robert meniru penuturan Metha barusan.

Lagi-lagi Metha mengembuskan napasnya kasar, entah ke berapa kalinya. Dirinya tidak lagi membalas perkataan Robert, benar-benar sangat memuakan.

Ia memutuskan pandangannya dan beralih menatap ke depan. Dengan wajah yang ditekuk ia melangkah dan tak lagi menghiraukan keberadaan Robert.

Robert yang melihat kenakalan Metha, menyunggingkan senyuman miringnya.

Tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung memangku Metha layaknya sekarung beras.

"Aaaa, turunkan aku!" jerit Metha memberontak. Sungguh, dirinya benar-benar kaget saat tubuhnya tiba-tiba melayang begitu saja. Dan ternyata kedua tangan si pria tua lah yang menjadi penyebabnya.

Robert sama sekali tidak mempedulikan dengan jeritan yang memekakan telinga itu. Ia kian mengeratkan cekalannya pada tubuh Metha. Lalu, ia melangkah santai menuju mobilnya berada.

"Dasar pria tua! Lepaskan aku! Tolong ... tolong!" Rupanya Metha masih saja belum menyerah, ia terus memberontak dan menjerit sekeras-kerasnya sampai Robert melepaskan dirinya.

"Ya, anak manis. Teriak lah dengan sekencang-kencangnya sampai mengingat bahwa rumahmu ada di daerah terpencil."

Kedua bibir Metha langsung terkatup rapat kala mendengar penuturan itu.

Sial, kenapa Metha malah bersikap seperti orang bodoh? Hingga melupakan dengan kenyataan tersebut.

Argh, benar-benar hari yang penuh dengan kesialan.

Berawal dari perampok, terus kap mobil milik Peter yang lecet akibat ulah sepatu dirinya, lalu tentang pekerjaan dan sekarang ... Robert!

Metha sudah tidak lagi memberontak, dirinya sudah menyerah. Cukup malu saat tadi dirinya berteriak menggema bak petir, namun kenyataannya itu sama sekali tidak akan membuahkan hasil.

Menyadari dengan keterdiaman Metha, Robert tersenyum merekah. Ia membuka pintu mobil mewah berwarna merahnya dengan menggunakan sebelah tangan yang nganggur. Lalu, ia memasukan Metha dan mendudukan di jok kursi depan sebelah dirinya.

Tak lupa, Robert memasangkan sabuk pengaman agar Metha tidak kabur.

Metha mengerucutkan bibirnya kesal. Menatap ke depan dengan pandangan yang campur aduk. Antara kesal dan takut.

Ia merasa kesal pada tingkah Robert yang semena-mena. Lalu, ia merasa takut entah akan dibawa ke mana dirinya pergi.

Robert mendaratkan bokongnya.

Menatap Metha sekilas dengan senyuman lebarnya. "Bagus, duduk dan diam dengan manis," tuturnya lalu membalikan badannya ke arah depan. Mulai menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar.

"Eits, tunggu! Kau akan membawaku ke mana?" tanya Metha menyudahi acara kesalnya. Ia menoleh, menatap Robert dengan kedua mata yang melebar sempurana.

"Coba kau tebak, kita akan pergi ke mana?" Bukannya menjawab Robert malah mengajak Metha untuk main tebak-tebakan. Ia membalas tatapan Metha sekilas kemudian kembali melihat depan, berfokus dengan mobilnya yang tengah melaju membelah jalanan kota.

"Cepat katakan, kau akan membawaku ke mana?" tampaknya Metha kalang kabut. Pun jantungnya berdetak dengan cepat sampai ingin ke luar dari tempatnya.

Robert menarik sebelah sudut bibirnya. "Kita akan pergi ke hotel."