Yoonmin baru saja sampai di ruangan miliknya, Yoonmin menjatuhkan dirinya di atas kursi lalu Dia mengeluarkan ponselnya. Hal yang sangat langka terjadi pada hari-hari Yoonmin, mengeluarkan ponsel dari saku itu hanya karena panggilan darurat untuk operasi dan menangani pasien saja. Tapi kali ini sesampainya di ruang kerja, Yoonmin justru sibuk dengan ponselnya lebih dulu.
Yoonmin membuka aplikasi pesan dan kemudian mengirimkan pesan singkat pada Sera. Entah kenapa baginya penolakan Sera, seperti tantangan baginya. Penolakan Sera padanya yang akan bertanggung jawab justru membuat Yoonmin semakin ingin memiliki dan berdampingan dengan Sera.
"Jangan lupa vitamin dan obat mualnya di minum, atau kalau tidak Kau akan mual seharian besok."
Sera mengerutkan keningnya membaca pesan singkat dari Yoonmin.
"Dari mana Dia mendapatkan nomorku," gumam Sera yang kemudian mengabaikan pesan itu dan kembali sibuk membersihkan meja makan.
Teman-teman sekantornya baru saja datang berkunjung, sekaligus merayakan kepindahan Sera di rumah baru. Kalau sisa-sisa makanan ini tidak di bersihkan malam ini juga, maka besok Sera akan kelimpungan sendiri.
Yoonmin sendiri sedang memandangi ponselnya menunggu Sera membalas pesannya. Layar ponsel yang sudah mati kembali Yoonmin hidupkan. Dia lalu menggerutu kesal, Yoonmin meletakkan ponselnya asal di atas meja. Yoonmin lalu baru akan berdiri mengambil jas dokter miliknya. Dia harus pergi visit malam ini, karena Dia sedang dapat jadwal piket malam. Ponselnya lalu berdering dengan keras, dengan gerakan cepat Yoonmin lalu mengambil ponselnya kembali. Namun wajah sumringahnya berubah menjadi kecewa karena ternyata bukan orang yang Dia harapkan yang menghubunginya.
"Iya, Suster ada apa?" ucap Yoonmin saat sudah mengangkat panggilan itu.
"Baiklah, Aku akan segera ke IGD," tutur Yoonmin lagi lalu memutus sambungan teleponnya.
Yoonmin lalu bergegas mengenakan jas Dokternya. Dia memasukkan ponsel ke dalam saku, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangannya. Dia juga tidak lupa membawa stetoskop yang begitu berarti baginya itu.
***
Wooni menekan bel one room yang Kakaknya sewa untuk tinggal sendiri. Ukuran one roomnya cukup besar, walaupun tidak semewah apartemen yang ada. Tidak lama pintu rumah Sera terbuka, Sera tersenyum melihat Wooni yang masih mengenakan seragam datang ke rumahnya selarut ini.
"Masuklah! Ada apa Kau datang malam-malam begini?" tanya Sera yang masuk lebih dulu lalu di ikuti oleh Wooni di belakangnya.
"Aku hanya mengantarkan dakbal ini untukmu, Kau bilang ingin makan dakbal kan?" ucap Wooni menyodorkan kantong plastik putih yang Dia pegang sedari tadi.
Sera menoleh ke arah Wooni lalu tertawa kegirangan, Dia mengambil alih kantong itu dan langsung berjalan menuju meja kecil di ruang tamu. Dia duduk bersila lalu membuka kantong plastik itu dengan antusias, Wooni menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat tingkah laku Sera. Hanya dakbal saja bisa membuatnya sebahagia ini, Wooni memilih pergi ke dapur terlebih dulu. Dia mencuci tangan lalu membuka kulkas dan mengambil dua kaleng minuman soda. Wooni lalu kembali ke ruang tamu dan duduk di samping Sera yang baru saja membuka kotak makanan itu.
"Makanlah dengan nasi! Supaya..."
"Hueeekkkkk..."
Belum juga Wooni selesai berbicara, Sera sudah mual-mual dan berlari ke kamar mandi sekarang. Wooni melihat ke arah kamar mandi dan mengerutkan keningnya heran. Wooni lalu mengambil kotak makanan berisi dakbal itu dan menciumnya.
"Baunya jelas bau dakbal, tapi kenapa Dia bisa mual begitu?" gumam Wooni bertanya-tanya sendiri tidak memahami Kakaknya.
Setelah memuntahkan semua isi di dalam perutnya lagi, Sera lalu mencuci mulutnya. Dia menghela napas dalam dan menatap kaca di kamar mandinya itu.
"Mau sampai kapan seperti ini terus? Perutku juga sudah pasti akan semakin membesar," ucap Sera bermonolog.
Tok,,,tok,,,tok,,,
"Eonni, are you ok?" tanya Wooni dari luar.
Sera tersentak, lamunannya buyar Dia lalu reflek menoleh ke arah pintu kamar mandi.
"Eo, Aku baik-baik saja," sahut Sera yang kemudian menarik beberapa lembar tisu dan mengelap bibirnya.
Dia lalu keluar dari kamar mandi dan kemudian tersenyum pada Wooni. Sera lalu menggandeng tangan Wooni.
"Sudah malam, sebaiknya Kau pulang sebelum di omeli, Ibu," ucap Sera setengah mengusir Wooni.
"Kau mengusirku, Eonni?" tanya Wooni kesal.
"Bukan begitu, dari pada Aku nanti tertuduh lebih baik Aku menyuruhmu pulang," sahut Sera memberikan alasan.
"Allaseo,,,allaseo,,,Aku pulang sekarang. Jangan lupa itu dakbalnya di makan," -baiklah- ujar Wooni yang melepas pegangan tangan sang Kakak lalu mengambil tas miliknya.
"Aku pulang, Eonni," ucapnya lagi sembari melambaikan tangannya.
"Em,,,hati-hati," singkat Sera mengingatkan sang Adik dan juga melambaikan tangannya.
Sepeninggal Wooni, Sera menghela napas berat. Dia melihat sekotak dakbal yang tadi begitu Dia inginkan. Sekarang melihatnya saja sudah membuatnya mual.
***
Sera menjatuhkan dirinya di kursi kerja miliknya. Dia yang sudah seperti orang sakit-sakitan sering sekali pergi ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan isi di dalam perutnya. Sera menghela napas lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan malas. Lalu sebuah tangan meletakkan minuman penghilang mabuk secara tiba-tiba di hadapannya.
Sera mendongak dan melihat orang itu. Keningnya mengkerut bingung, apa Dia berpikir kalau Sera sedang mabuk?
"Untuk apa?" tanya Sera tidak paham.
"Menghilangkan mabukmu! Kau terlalu banyak minum, makannya sedari tadi Kau hanya muntah-muntah saja. Minum itu dan pulanglah lebih cepat!" ucap laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan Sera.
Sera melihat pria itu dengan wajah tidak percaya. Pria yang biasanya sangat dingin dan seperti tidak melihat keberadaan Sera. Kali ini justru seperhatian ini padanya.
"Dia kesurupan atau apa?" gumam Sera bermonolog lalu memegang sebotol minuman penghilang mabuk itu.
"Padahal Aku tidak mabuk," ucap Sera lagi.
***
Di Rumah sakit, Yoonmin sedang menscroll ponselnya dan sedang menghitung berapa banyak pesan yang di abaikan oleh Sera hari ini. Yoonmin lalu berdecak sebal dan melempar ponselnya asal di atas meja.
"Kenapa Dia jual mahal sekali," tutur Yoonmin merasa heran pada Sera.
Yoonmin lalu menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Dia memejamkan matanya sebentar, sampai lagi-lagi dering ponselnya membuat Yoonmin membuka mata kembali.
"Haish,,,Aku baru mau terlelap," tukas Yoonmin yang lalu mengambil ponselnya lagi.
"Dok, maaf mengganggu jam istirahatnya. Ada pasien kritis baru masuk IGD, Dokter jaga sedang menangani ibu hamil yang mengalami kram hebat. Dokter bisa ke IGD lagi?"
Terdengar suara Suster Choi di seberang sana, Yoonmin melirik jam dinding. Ini sudah pagi, dan jam kerjanya sudah habis. Tapi mau bagaimana lagi, ini memang sudah tugasnya. Yoonmin lalu menghela napas dalam.
"Baiklah, Aku kesana sekarang," sahutnya kemudian.
Setelah memutus sambungan telepon dengan Suster Choi, Yoonmin kembali beranjak dari duduknya lalu kembali mengenakan jas Dokter miliknya. Yoonmin lalu bergegas menuju IGD lagi.
Tidak lama Yoonmin sudah sampai di IGD, pintu IGD terbuka secara otomatis. Yoonmin lalu mengedarkan pandangannya mencari pasien yang Suster Choi maksud tadi. Setelah menemukan punggung Suster Choi yang sedang memasang kabel mesin EKG pada tubuh pasien itu. Yoonmin lalu bergegas menuju pasien itu, namun ekor matanya melihat sosok yang begitu Yoonmin kenali. Seperti memiliki rem pada kakinya, Yoonmin menghentikan langkah kakinya dan langsung menoleh ke arah ranjang dimana seorang perempuan sedang terbaring tidak sadarkan diri. Mata Yoonmin membulat lebar, dan tanpa pikir panjang Dia langsung berjalan ke arah perempuan itu.
"Sera_ssi, ada apa denganmu?" tanya Yoonmin yang bertanya pada orang yang tidak sadarkan diri.
"Oh,,,Dokter Yoon, Anda mengenalnya?" ucap Dokter Go, Dokter piket yang menangani Sera.
Yoonmin menganggukkan kepalanya pelan lalu memegang tangan Sera secara reflek.
"Dia tidak apa-apa, hanya saja Dia mengalami kram. Sepertinya kehamilannya masih di tri semester awal, atau jangan-jangan..."
Dokter Go tidak melanjutkan perkataannya dan memandang Yoonmin dengan wajah penuh tanda tanya sekarang. Yoonmin mengalihkan pandangannya dari Sera pada Dokter Go sekarang.
"Apa yang ada di pikiranmu benar, Dia sedang hamil calon anakku," tutur Yoonmin tanpa di minta mengakuinya secara gamblang dan jelas.
***