Fahri sambil memberi kabar pada Zilla dan masih saja tetap berbohong bahwa dia diluar kota. Hatinya sangat senang mendegar ibu mertuanya sudah siuman dan mulai membaik, hal inilah otaknya berkerja bahwa pernikahan dengan Aisyah akan dia prediksi hanya hitungan bulan saja dan akan membuat kontrak kesepakatan antara dia dan Aisyah.
Setelah tubuhnya direndam dengan berbagai parfum yang begitu wangi dan menyegarkan, pemijatan dan luluran didatangkan khusus untuk Fahri agar prosesi pernikahanya besok berlangsung dengan baik.
Dua pemuda yang didatangkan dalam salon mulai memijat Fahri dan membuat tubuh Fahri relax. Mereka sanga kagum pada tubuh Fahri yang sempurna dan sambil memijat dengan minyak zaitun yang didatangkan dari khas Timur Tengah.
Seorang wanita berparas cantik memakai kerudung dengan senada biru namun tak mencolok mengetuk kamar Fahri,ya.. itu Fatimah ibunya sambil membawa beberapa makanan diatas nampan untuk putra kesayanganya. Suara ketukan pintu terdengar sesaat berhenti pemijatan dan salah satu laki laki membuka pintu.
"Assalamualaikum "kata Fatimah.
"Waallaikum salam"jawab Fahri dengan tersenyum pada ibunya dia meraih handuk menutup pingganya dan mencium tangan ibunya.
"Nak..umi bawakan makanan ini untukmu..agar dirimu lebih fit untuk besok pagi menjelang pernikahanmu besok" kata Fatimah memberikan makanan itu dan meletakan diatas meja.Fahri menyuruh dua laki laki itu keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar dengan pelan.
"Umi..terimakasih atas perhatian pada Fahri, tapi hati Fahri begitu sakit dan sulit menghadapi pernikahan yang bukan kehendak Fahri"jawab Fahri dengan sedih.
"Fahri kenapa dirimu tak semangat dengan semua ini..ingat jika abimu mendegar kau bicara begitu pasti dia sangat marah"ucap Fatimah begitu pelan pada anaknya.
" Umi..Fahri tidak mencintai Aisyah..dan Fahri juga sudah menikah meskipun dengan siri Fahri berniat meresmikan pernikahan secara hukum dan negara nantinya. Otak Fahri begitu pusing dengan semua paksaan yang abi lakukan, jika Fahri menolak maka membahayakan nyawa orang salah satunya mertua dan istri Fahri" keluh Fahri pada ibunya. Fatimah begitu terenyuh mendengar keluhan Fahri, seumur hidupnya Fahri tidak pernah menggeluh apalagi dengan semua aturan ayahnya dari segi pendidikan dan lain sebagainya. Tapi kali ini Fahri berbeda dan berubah semenjak mengenal cinta dan perempuan dalam hidupnya.
"Fahri maafkan umi yang tidak bisa berbuat apa apa atas keputusan abi mu. Tapi bagaimana pun kau harus mempertimbangkan semua ini supaya semuanya baik baik saja nak..bagaimana keadaan mertua mu sekarang begitu juga dengan istrimu, jujur umi ingin sekali bertemu mereka" kata Fatimah mencoba menggalihkan suasana hati Fahri yang lagi galau.
"Umi.. sebaiknya umi lebih tegas dan jangan terlalu menurut kehendak abi, Fahri takut keegoisan abi akan bertambah, dan masalah mertua Fahri alhamdulillah sudah membaik. Insyaallah nanti secepatnya Fahri akan pertemuksn umi dan Zilla istri Fahri serta ibu" jawab Fahri dengan senyuman meskipun itu hanya sebagai ungkapan seakan semuanya baik baik saja tapi tetap saja dari mata Fatimah tersimpan kesedihan dimata Fahri.
"Fahri...sulit untuk menjelaskan bagaimana posisi istri ketika bersuami nanti suatu saat istrimu mengerti ketika berada diposisi ibu, oh ya...bersikaplah adil bagi istri istrimu nanti dan jadikan juga Aisyah selayak istri yang kau cintai"kata Fatimah sambil pergi meninggalkan Fahri yang terdiam tanpa menyahut sepatah apapun dari kata ibunya yang terakhir.