Alika akhirnya sampai di sekolah, perasannya dipenuhi dengan rasa bahagia. Wajahnya begitu berseri-seri tatkala melihat Devan ada di sisinya. Entah mengapa, Alika merasa damai dan tenang saat bersama pria yang statusnya itu adalah tetangganya? Apakah mungkin di kehidupan pertamanya, Devan adalah ayahnya?
Alika pun menimang-nimang bagaimana sikap dan kepribadian Devan sangatlah cocok dengan dirinya. Alika terus menatap Devan dengan lekat. Ini kali pertamanya berjalan berdampingan dengan seorang pria. Biarpun bukan ayah dialogis-nya, tetapi Alika merasa bahagia.
"Kita sudah sampai," kata Devan, seketika memecah lamunan Alika.
Remaja cantik yang rambutnya diingat satu itu, tampak tersipu malu. Sejak turun dari mobil, dirinya tidak henti-hentinya menatap Devan, tanpa dirinya sadar ternyata sudah berada di depan pintu kelas.