Italia
Dari dekat pintu kamar, Raja memperhatikan Anna yang sedang sibuk merapikan barang-barang bawaannya. Raja tersenyum bahagia. Sudah membayangkan hari-hari indah yang akan dia lalui bersama Anna selama di Italia.
"Jadi beneran dia ya perempuan itu, hah?" tanya Caroline. Sudah sejak tadi dia memperhatikan gerak gerik mencurigakan Raja.
"Ya, perempuan itu dia." Raja menjawab tanpa ragu. Dia kembali memperhatikan Anna. Perempuan itu di dalam kamarnya belum juga menyadari jika Raja sejak tadi memperhatikan.
"Sampai kapan dia bekerja di sini?" tanya Caroline. Dia melihat sekilas Anna dan memberikan tatapan tajamnya untuk perempuan itu.
Raja membawa Caroline untuk sedikit menjauh dari kamar itu. "Apaan sih Kak?" tanya Caroline kesal.
"Sebenarnya, kakak hanya alasan saja membawa dia ke sini untuk bekerja sebagai cara membalas semua bantuan yang udah kakak berikan ke dia. Sebenarnya kakak tidak peduli berapa banyak bantuan yang sudah kakak berikan ke dia. Kakak hanya ingin dia berada di sisi kakak lebih lama lagi," jelas Raja.
Caroline mendengarkan malas penjelasan Raja. Karena ini membuat telinganya panas. "Menyebalkan!" gerutu Caroline. Dia menghentakan kakinya kemudian melangkah pergi dari dekat Raja.
Raja memperhatikan sekilas langkah kepergian Caroline kemudian kembali memperhatikan Anna. Di dalam kamar yang Anna tempati, Raja melihat Anna yang sekarang terpaku melihat ke luar jendela.
Hari sudah malam dan Anna melihat keindahan dari lampu-lampu di taman dan juga bunga yang beraneka macam. Saat dia pandang pemandangan malam ini, membuat hatinya merasa tenang.
"Eh, kamu apa-apaan Raja?" tanya Anna terkejut. Raja tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
"Memangnya kenapa, hm?" tanya Raja tepat berbisik di telinga Anna.
"Ya nggak boleh peluk-peluk lah!" Anna memberikan protes. Namun, dia pun susah payah menyembunyikan senyuman yang sekarang akan terbit di wajahnya.
"Nggak boleh tapi kamu kayak kesenangan gitu aku peluk gini," goda Raja. Sengaja dia sekarang memajukan posisinya hingga lebih merapat ke tubuh Anna.
Anna tidak bisa berkata-kata. Dia pun tidak bisa menepis perasaan nyaman ini. Pelukan Raja membuatnya ingin merasakan kehangatan ini lebih lama lagi.
"Eh pelayan, beresin kamar aku dong! Berantakan banget tuh!" kata Caroline. Dia tidak tahan melihat kedakatan Raja bersama Anna.
Anna dan Raja menoleh secara bersamaan. Raja belum juga melepaskan pelukannya meski Anna memaksa untuk segera dilepaskan.
"Nanti saja. Kasihan, Anna masih capek," kata Raja ke Caroline.
Caroline mendengus kesal. Ucapan Raja yang nampak mengistimewakan Anna membuat Caroline terbakar rasa panas. Susah payah Caroline menenangkan diri saat ini.
"Oh yaudah," balas Caroline pasrah. Walaupun sekarang, dia merasa kecewa luar biasa ke Raja. Biasanya pria itu selalu mengistimewakannya. Caroline merasa, kehadiran Anna sudah merenggut banyak hal yang biasa Raja lakukan ke dirinya.
"Raja lepasin dong! Nggak enak kan aku jadinya," protes Anna. Dia mencubit gemas tangan Raja hingga berhasil melepaskan pelukan pria itu.
"Kan aku masih ingin memelukmu. Kalau perlu kita tidur bersama ya malam ini?" Raja menggoda Anna dan mengendus lembut aroma di leher perempuan itu.
"Apaan sih kamu! Udah ah, aku mau ke kamar Caroline dulu. Nggak enak aku sama dia. Adik kamu terlihat marah sama aku." Anna berlalu setelah itu. Tidak peduli lagi meski sekarang Raja memanggilnya berkali-kali untuk menghentikan langkah.
Di dekat pintu kamar Caroline yang terbuka, Anna mengintip hati-hati seraya mengetuk pintu kamar. "Non, saya mau merapikan kamar Nona," kata Anna begitu sopan.
Caroline melihat ke arah pintu. Dia bangun dari kasur tidur dan membuka pintu kamar untuk Anna. "Cepet rapikan! Jangan lama-lama ya?" kata Caroline memerintah.
Anna melihat seisi kamar itu yang terlihat sangat berantakan. Anna mulai merapikannya dari buku-buku yang berserakan di dalam kamar itu.
Tanpa Anna tahu, Caroline sengaja menumpahkan air ke lantai. "Eh pelayan, cepat dong kerjanya! Nih di bagian sini lantainya basah, cepat kamu keringkan!"
"Baik Nona," balas Anna patuh.
"Kalau lagi kerja itu, jangan memasang wajah kesal. Kamu harus sopan ke nonamu!"
Anna menatap penuh ke arah Caroline. Dia menunjukkan senyuman terbaiknya untuk perempuan itu. Namun, senyumannya hanya dibalas tatapan tajam Caroline.
"BTW, kamu suka ya sama Kak Raja?" tanya Caroline. Dia bersandar di tembok dan kedua tangannya terlipat di depan dada. Sedangkan pandangannya, Caroline sibuk memperhatikan setiap gerakan Anna.
Gerakan Anna sempat terhenti saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari Caroline. "Tidak Nona. Saya tidak menyukainya." Anna membalas apa adanya.
"Yakin kamu?" tanya Caroline. Kini langkahnya mendekati Anna hingga tepat berdiri di depan perempuan itu.
Anna yang sedang duduk di lantai dan merapikan barang-barang yang berserakan, kini mendongak dan menatap serius wajah Caroline. "Saya yakin!" Anna menegaskan. Tangannya bergerak cekatan kembali untuk merapikan kamar itu.
"Baguslah. Kamu memang tidak boleh menyukai dia ataupun punya perasaan istimewa lainnya. Kak Raja adalah milikku!" Caroline menekankan kalimat yang di ucapkan. Dia sedikit membungkuk hingga menatap lebih dekat wajah Anna.
***
Malam semakin larut dan Anna belum bisa terlelap. Sudah sejak tadi badannya menghadap ke kanan dan kiri. Mencari kenyamanan dalam posisi tidurnya saat ini.
Anna bangun dari posisi tidurnya dan duduk di atas kasur tidur. Anna bersandar di kepala ranjang dan berusaha memejamkan kedua matanya.
Samar-samar sekarang dia dengar suara adu pukulan. Anna memastikannya kembali. "Kok kayak ada orang berantem?" Anna bertanya-tanya.
"Apa Raja sedang berantem? Kalau iya sama siapa?" Anna bertanya-tanya kembali. Dia bangun dari kasur tidur dan keluar dari kamarnya.
Anna berjalan ke kamar Raja yang posisinya tidak jauh dari kamarnya. Anna sempat menghentikan langkah saat melihat sekelebat bayangan melintas di hadapannya. Anna melihat ke sekitar. Cahaya yang temaram di rumah itu, membuat Anna kesulitan melihat semuanya dengan jelas.
Anna melanjutkan langkahnya kembali. Namun, suara langkah kaki yang terdengar begitu dekat membuat Anna menghentikan langkah kembali. Dia berusaha untuk menyalakan lampu di ruangan tamu dimana langkahnya sekarang terhenti. Namun, belum sempat dia lakukan, Anna sudah mendengar ketukan langkah tergesa tidak jauh jauh dari posisinya.
Tepukan pelan di pundaknya membuat Anna melonjak terkejut. Anna berdebar luar biasa saat akan melihat sosok yang sudah menepuk pundaknya dari belakang.
"Raja? Kamu bikin takut ajah deh," kata Anna memberikan protes. Dia bisa bernapas lega sekarang.
"Kok aku kayak dengar suara adu pukulan dan melihat orang yang menyelinap masuk ke rumah ini ya? Tadi kayaknya orang itu keluar lewat pintu samping itu!"
Raja tertawa kecil. "Hanya perasaanmu saja kali. Aku tidak mendengar apa-apa tadi. Sudah sekarang kamu tidur!"
"Aku tidak bisa tertidur, Raja."
"Kalau begitu, ikut denganku!" Raja menggenggam lembut telapak tangan Anna dan membawa perempuan itu ke sebuah ruangan.
Anna tertatih-tatih karena mengikuti langkah terburu-buru Raja. "Raja, aku mau dibawa ke mana?" tanya Anna. Dia sedikit memasang kewaspadaan. Apalagi Raja membawanya ke ruangan yang tersembunyi seperti ini.
"Aku mau menculikmu!" kata Raja. Dia membuka pintu sebuah ruangan dan Anna bisa melihat ruangan yang sudah diterangi cahaya.
"Mau menemaniku malam ini di sini Anna?" tanya Raja.
Anna mengangguk dan meraih telapak tangan Raja. Keduanya melangkah bersama dan masuk lebih dalam ke ruangan itu.