Pagi ini rumah Adit sangat ramai. Dia kini tengah bersiap-siap dengan pakaian terbaik miliknya. Dia tersenyum bangga menatap dirinya yang tampan memesona setiap saat.
"Cincinnya sudah kamu bawa, Adit?" tanya Mawar dan Adit mengangguk.
"Jangan khawatir, Ma. Aku sudah masukkan ke dalam saku," jawabnya.
Mawar menatap anaknya tersebut, lalu memeluknya dengan mata berkaca-kaca. Setelah 10 tahun akhirnya anaknya akan menikah dengan wanita idamannya. Mereka kini akan ke rumah Dhea untuk melamar wanita tersebut.
"Ayo, turun! Kita harus cepat ke rumah Dhea atau Kekasihmu akan memilih laki-laki lain," kata Mawar dan Adit yang mendengar itu membuat wajah seolah-olah terluka. Mawar tersenyum kecil, lalu mereka turun.
Bram tidak henti melihat seserahan yang mereka akan bawa. Dia hanya takut ada yang tertinggal karena ini adalah pernikahan putra tercintanya.
"Sudah pas, Pa. Ayo, ke mobil!" ajak Adit.
"Sebentar, papa hitung untuk terakhir kali," tolaknya.