"Saya menerima Harvey Wilson sebagai suaminya dan berjanji untuk setia, selalu di sisinya baik dalam kondisi kaya atau pun miskin, sehat maupun sakit."
Sorakan tamu membuat laki-laki di depan sana tersenyum canggung dan dia hampir saja kena serangan jantung di tempat saat suara lain meminta mereka berciuman.
"Kamu tahu apa yang mereka minta kan, Vero," kata Harvey. Tanpa aba-aba dia menunduk sedikit, lalu mengecup bibir suaminya dan suara sorakan makin terdengar memekakkan telinga.
Mata Vero melebar seketika, dia ingin mendorong Harvey saat ini juga, tapi tenang pemikir gila itu hanya ada di pikirannya. Mana mungkin dia mendorong suaminya yang baru mengucapkan janji suci pernikahan.
Harvey menarik wajahnya menjauh dan menatap Vero dengan tersenyum kecil, bukan senyum, tapi lebih tepatnya adalah sebuah seringai menakutkan.
Vero mengutuk kembarannya yang kini entah di mana.
Satu hari yang lalu...
"Vero, di mana kakakmu?" tanya mamanya Vero, Sarah.