Hani menatap Sandi di sampingnya. Dia tersenyum kecil mengingat kenangan masa lalu yang masih dia ingat. Hanya beberapa, tapi cukup membuat Hani bahagia.
Dalam kebahagiaan itu terdapat satu nama yang membuat Hani ingin tahu, yaitu Felix. Siapa laki-laki itu? Kenapa Hani seolah ingin melihatnya. Ada rasa kesal dan kecewa, tidak lupa kerinduan yang begitu dalam.
"Ada apa?" tanya Sandi.
"Tidak apa-apa," jawabnya.
"Mau ke kafe? Kita bisa ke kafe dan menikmati segelas americano," saran Sandi yang diangguki oleh Hani.
Sandi bangkit dari bangku taman dan menjulurkan tangan tanda agar Hani menggenggam jari-jarinya. Pipi gadis itu tersipu hingga memerah.
Hani menunduk, lalu meraihnya dan mereka berjalan beriringan menuju ke kafe yang tidak jauh dari taman. Saat menyeberang Hani melihat siluet seseorang yang cukup familier, tapi dia mengacuhkannya.
Genggaman tangan Sandi begitu hangat dan penuh cinta.
"Kamu duduk aku yang pesan," kata Sandi yang diangguki oleh Hani.