Dhea dan Tina hampir tidak percaya dengan kabar yang dia dapatkan. Kaki keduanya seakan melemas secara bersamaan, memang siapa yang akan bisa percaya bahwa sahabatnya tiada.
"Kapan dimakamkan?" tanya Tina pada San.
"Keluarga memutuskan untuk memakamkan Hani secara tertutup, kalian tidak ada bisa ikut," jawab San yang mana membuat keduanya menatap dengan tatapan tidak terima.
"Tapi, Kak, kamu berdua sahabatnya," kata Dhea.
San hanya menggeleng dan pergi dari hadapan kedua gadis tersebut. Laki-laki tersebut mendekat ke arah Abin dan mendengus kesal.
"Aku akan pergi ke pemakaman temanku lebih dulu," pamit Abin seraya bangkit, San hanya melirik dan tidak menjawab
Abin menuju ke arah mobil dan langsung pergi dari area rumah sakit. Dia merem setir mobil, ingatannya tertuju pada surat Hani.
"Kenapa kamu tidak bilang apa pun padaku, Hani," gumamnya.
Laki-laki tersebut berhenti di toko bunga lalu membeli tulip dan melanjutkan perjalanan walau emosinya sedang tidak stabil.