Dhea dan Adit kini sedang di dalam mobil menuju ke arah hutan kemarin. Demi menghindari macet mereka berangkat pagi sekali. Gadis tersebut sedari tadi diam tidak membuka suara.
Adit menoleh dan menatap gadis tersebut saat lampu sedang merah. Dia tahu pasti Dhea belum siap jika mereka berpisah, tapi tanpa gadis tersebut tahu Adit juga belum siap.
Namun, sampai kapan dia tidak siap? Cepat atau lambat dia harus pergi entah menjadi manusia atau lenyap dan menjadi binasa bersama Daffa. Jika dia tidak di dunia mungkin Adit bisa berteman dengan Daffa di alam lain.
Tapi, lebih baik Adit simpan opini yang kedua karena dia masih ingin tahu apa Arman yang membuat dia seperti ini.
"Kenapa kamu diam saja?" tanya Adit.
"Jangan seolah-olah tidak tahu, Kak. Kita berdua sama-sama tahu alasannya," jawab Dhea.
Adit menghembuskan nafas kasar, benar yang dikatakan gadis tersebut. Seharusnya dia tidak berpura-pura bodoh karena itu tampak sangat menggelikan.