Hani menatap beberapa permainan dengan mata berbinar. Dengan sedikit kebohongan mereka akhirnya bisa keluar rumah walau jika ketahuan akan menghadapi risiko besar.
"Kak San, ayo naik bianglala!" seru Hani.
"Itu permainan penutup, lebih baik kita main yang lain," sahut Abin yang diangguki oleh San.
Mereka memutuskan memasuki rumah hantu terlebih dahulu. Posisinya Hani di tengah di antara kedua kakaknya seraya kedua tangan menggandeng tangan yang lebih tua.
Tentu San dan Abin tidak keberatan, mereka memasuki wahana tersebut. Gelap mendominasi hanya senter di tangan San yang jadi penerang.
"Kak!" seru Hani saat senter San menyorot hantu wanita di pojok.
Hani refleks melepaskan pelukannya pada San dan memeluk Abin dengan erat, tapi belum juga beberapa menit gadis tersebut ada yang menarik tangannya.
"Kak, kakiku tidak bisa digerakkan," ujar Hani dan San langsung menyenteri hingga terlihat hantu lain yang memegang kaki gadis tersebut.