Amanda mendelik mendengar kata-kata tanpa perasaan itu keluar dari mulut ayahnya. "Apa?"
"Kubilang gugurkan bayi itu!" bentak Edwin seraya menatap tajam anak bungsunya itu.
Amanda menatap dua kakak laki-lakinya dan juga istri-istri mereka, berusaha meminta pembelaan. Tetapi mereka memalingkan muka, tak mau bepihak pada Amanda.
"Ayah, aku tidak mungkin melakukannya, ini cucu ayah!" tegas Amanda.
"Aku tidak mau punya cucu dari seorang penjahat!" Edwin tak kalah tegas, "kau pikir papa tidak malu, papa dulu seorang perwira, papa bahkan tidak menikah lagi setelah ibumu tiada dan memilih fokus membangun bisnis dan mengurusmu dan kakak-kakakmu, dan kau ingin ayah menerima kotoran di muka ayah?"
Hati Amanda bagai tertancap pecahan kaca yang sangat tajam. Edwin yang selama ini ia kenal sebagai orang yang baik dan bukan seperti orang kaya kebanyakan yang begitu angkuh, nyatanya dia bisa mengatakan hal sekejam itu.