Chereads / Fall In Love With You, Tante / Chapter 13 - Menjadi Kepala Administrasi

Chapter 13 - Menjadi Kepala Administrasi

Betapa bahagianya Almukaram, ketika dinyatakan lolos tes wawancara dan tes lainnya, hingga pria berparas tampan tersebut diterima bekerja di perusahaan Sanjana.

Sejujurnya perusahaan gadis cantik tersebut tak seberapa besar jika di banding dengan perusahaan milik Ayah Almukaram. Namun, pria itu lebih memilih bekerja di tempat wanita yang ia cari selama bertahun-tahun ini.

Tak mengapa jika Sanjana tak menyadari keberadaannya. Asal dia sendiri dapat melihat serta memastikan wanita itu baik-baik saja dan hidup dengan penuh cinta.

"Selamat bergabung, Tuan Al," ucap Prasetyo.

"Usiamu mungkin masih sangat muda. Bahkan tak mencerminkan orang dewasa. Namun, pemikiranmu sungguh luar biasa. Aku salut, padamu," imbuh Pras.

"Terimakasih, Tuan Pras," sahut Al.

"Baiklah, mulai sekarang Anda sudah bisa bekerja. Mari saya antar ke ruangan, Anda." Kemudian Pras mengantar Al ke ruangannya.

"Ini ruangan Anda, Tuan Al. Silahkan," kata Prasetyo begitu mereka sampai ke ruangan tersebut.

"Terimakasih atas bantuannya, Tuan," sahut Al sungguh-sungguh.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Selamat bekerja." Lalu pria berkacamata tersebut meninggalkan Al seorang diri.

"Akhirnya aku berhasil masuk ke perusahaan ini," gumam Al seraya menduduki kursinya.

"Setelah sekian lama mencarimu, akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk berada di sisimu setiap waktu. Memastikan kau baik-baik saja," imbuhnya.

Sembilan tahun berlalu, selama itu pula Al hidup dengan bayang-bayang Sanjana. Sebab, berkat dirinya lah Al masih bisa menghirup udara, hingga saat ini.

Jika melihat dari kejadian kala itu, andai Sanjana tak datang tepat waktu, mungkin selamanya Al akan terjebak bersama Sumiati, wanita yang tega menculiknya dengan iming-iming permainan.

"Baiklah, Al. Selamat bekerja, tunjukan performamu." Pemuda yang masih berusia sembilan belas tahun tersebut menyemangati dirinya setelah mengingat peristiwa sembilan tahun silam.

Tok! Tok!

"Selamat siang, Tuan Almukaram." Kemudian Hayati datang ke ruangan pemuda tersebut.

"Silahkan dipelajari konsep dari pekerjaan Anda, Tuan Al. Saya akan membantu Anda untuk menjelaskan." Dan Hayati memberikan sejumlah berkas berisi kiat-kiat tugas Al selama bekerja di perusahaan tersebut.

"Oh iya. Terimakasih, Bu," sahut Al tulus.

"Ah, maaf. Mungkin sebaiknya panggil saja saya Nona." Rupanya Hayati sedikit keberatan dengan kata-kata Al yang menyebutnya 'Ibu.'

"Oh, baiklah, Nona..."

"Hayati!" seloroh wanita itu, menyela ucapan Al yang masih tak tahu siapa namanya.

"Ah, iya. Noma Hayati," katanya.

"Silahkan dipelajari dulu semua ini. Kalau ada yang tidak dipahami, maka silahkan cari saya di ruangan paling atas," ucap Hayati.

Setelah itu ia pun meninggalkan Al di ruangannya. Sedangkan pria tersebut langsung mempelajari tugas-tugasnya.

**

Sementara itu, di ruangan berbeda. Sanjana tengah memeriksa dokumen yang berisi tentang rencana peluncuran produk baru lagi.

Hampir setiap bulan perusahaan wanita itu mengeluarkan produk terbarunya. Dengan model yang berbeda, tetapi merknya tetap sama, Yakni 'Sanjana Colektion.'

"Hayati, apakah Kepala admin yang baru sudah mempelajari semua tugasnya?" tanya Sanjana masih memeriksa dokumen tadi.

"Seharusnya sudah," sahut Hayati.

"Baiklah, nanti kapan-kapan aku akan menemuinya. Tolong berikan sebagian berkas ini pada Kepala admin baru itu. Suru dia untuk mensurvei pasar. Cari tahu perkembangan di sana. Dan satu lagi, usahakan dia tak seperti Kepala admin yang dulu. Aku sangat benci korupsi!" tukas Sanjana Kemudian.

Watak wanita itu memang sangat tegas. Dia tak main-main untuk urusan pekerjaan.

Selama bertahun-tahun dia mengabaikan perusahaan Ayahnya itu. Sehingga membuatnya kehilangan jati diri. Namun, sekarang tidak lagi. Sanjana berubah menjadi wanita karir.

"Hah! sepertinya aku butuh refreshing dulu," gumam Sanjana, menyandarkan tubuh ke kursi kebesarannya.

Selama bekerja, wanita itu tak pernah sekalipun menghabiskan waktu untuk sekedar bersenang-senang atau menghibur diri. Dia terus saja bekerja dan bekerja, hingga siang berganti malam.

Sanjana tak merasa bosan dengan aktivitasnya itu. Dia juga telah terbiasa dengan segala rutinitas sehari-hari. Sehingga membuat Fatima cemas.

Wanita paruh baya yang masih tampak cantik, meski tak lagi muda itu meragukan Sanjana. Sebab, dia terkesan tak tertarik lagi untuk merajut kasih bersama seseorang.

Semenjak putus cinta dari Vijay, Sanjana lebih sering menghabiskan waktu di kantor. Padahal dulu mereka sendiri yang menginginkan Sanjana untuk bekerja membantu Ayahnya.

'Cepat pulang, malam ini kita ada pertemuan keluarga.'

Pesan singkat Fatima menyita perhatian Sanjana.

"Hais, Ibu pasti berencana menjodohkanku lagi dengan pria tak masuk akal," gumam Sanjana setelah membaca pesan Ibunya.

Selama beberapa bulan terakhir, Fatima lebih sering mencarikan Sanjana pasangan. Dia ingin melihat Putri semata wayangnya itu menikah dan memiliki seorang anak.

"Dulu saja aku disuruh kerja. Setelah sudah mulai kerja, mereka justru memintaku menikah. Dasar aneh," imbuhnya sedikit kesal.

Sepertinya Sanjana mulai nyaman dengan hidupnya yang sekarang. Dia melupakan kisah asmaranya yang tak berujung baik.

Pengalamannya bersama Vijay dulu, memberinya banyak pelajaran berharga. Dia tak lagi mudah percaya akan cinta. Apa lagi pada mulut manis seorang pria.

**

Sementara itu, di ruangannya, Al tengah mempersiapkan berkas yang dimintai oleh Hayati.

"Selesai. Tinggal turun ke lapangan untuk memastikan minat pasar seperti apa," kata pria tersebut.

Kemudian dia pun bergegas pergi ke lapangan sesuai dengan perintah Sanjana.

Selama perjalanan menuju lift, Al berpapasan dengan Sanjana. Namun, mereka tak saling melihat satu sama lain.

Keduanya masuk ke dalam lift yang berbeda.

"Nona Sanjana, apakah Anda benar-benar akan pulang sekarang?" tanya Hayati.

Wanita itu sepertinya cukup setia kepada Sanjana. Hampir di setiap kesempatan dia selalu ada bersama wanita tersebut.

"Iya, hari ini Ibu sedang ada tamu. Dia ingin aku juga turut serta bersama mereka," sahut Sanjana datar. Namun, sukses membuat Hayati tersenyum.

"Mengapa kau tersenyum? apakah ada yang lucu?" Sehingga membuat Sanjana heran dan mengajukan pertanyaan.

"Bukan apa-apa," sahut Hayati berbohong.

Sejujurnya wanita itu hendak menggoda Sanjana, tetapi dia tak berani. Sebab, wanita yang berstatus sebagai atasannya itu tak suka disinggung mengenai hubungan asmaranya. Mengingat ia tak percaya lagi adanya cinta.

"Jangan lupa awasi tugas Kepala admin kita yang baru. Saya pulang dulu," cetus Sanjana kepada Hayati setelah mereka sampai di lobi.

"Iya."

Lalu Sanjana kembali ke rumahnya sesuai dengan permintaan Sang Ibu.

Sanjana memang sudah bisa menebak rencana kedua orang tuanya itu. Dia juga tak berniat untuk menuruti keinginan mereka. Namun, demi menghargai keduanya, Sanjana pun rela turut serta dalam pertemuan dua keluarga itu.

Mungkin setelah berada di lokasi, baru lah dia akan mengungkapkan isi hatinya.

Entah ini pertemuan yang keberapa kalinya. Fatima dan Suraj kerap kali mencarikan Sanjana calon suami. Padahal dulu pasangan suami istri tersebut tak berminat mengikut campur urusan asmara Putrinya.

Mungkin karena usia Sanjana yang sudah cukup matang untuk menikah. Sehingga mereka memutuskan untuk menjodohkan Sanjana bersama lelaki pilihannya.