Ternyata selama Axton menikah dengan Stella, ia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Selama ini Axton berpura-pura menikmati hidupnya, ia berpura-pura bahagia. Axton memang sangat pandai dalam bersandiwara.
"Sial ... Kenapa aku harus berada di posisi seperti ini?" Teriak Axton, ia marah sama dirinya sendiri. Ia seperti orang gila, Axton merasa batinnya tersiksa. Apalagi setiap kali ia teringat sama masa lalunya, ia semakin tidak berdaya.
Seiring berjalannya waktu, sikap Axton sedikit demi sedikit berubah. Dia yang dulunya selalu menuruti apapun perintah mertuanya dan juga perintah Stella. Sekarang ia justru menolak dan tidak mau menanggapi apapun yang di katakan oleh mertuanya sendiri.
Tepat pagi ini Axton mau pergi ke kantor, seperti biasa ia didampingi oleh orang kepercayaannya yang bernama Lusi. Lusi adalah asisten pribadi Axton, dia selalu berada disamping Axton. Bahkan setiap kali kah pergi ke kantor, Lusi harus pergi ke rumah Axton untuk menjemput atasannya.
Axton menggunakan mobil khusus ke kantor. Pagi ini penampilan Axton terlihat berseri-seri, seperti orang yang tidak memiliki masalah beban hidup.
"Apakah kita harus berangkat sekarang Tuan?" Tanya Lusi sambil menundukkan kepalanya.
"Ya" Jawab Axton sambil melihat jam di tangannya.
Tanpa menunggu waktu lama, Axton masuk ke dalam mobilnya. Dengan segera mobil itu berjalan menuju kantor Dalton.
Di sepanjang perjalanan, Axton berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak berbicaralah sepatah kata. Asisten Lusi menjadi heran melihat gerak-gerik atasannya hari ini.
"Tuan Kenapa? Terlihat jelas kalau dia sedang mempunyai banyak beban pikiran" Batin Lusi sambil memperhatikan Axton dari kaca spion.
"Ambil jalan pintas saja" Perintah Axton tiba-tiba.
"Baiklah Tuan" Dengan segera asisten Lusi memutar balik mobilnya, ia mengambil jalan pintas sesuai perintah Axton.
Tanpa sengaja Axton melihat ada perkelahian di pinggir jalan "Dasar berandal, apakah mereka tidak mempunyai pekerjaan lain selain membuat keributan" Gumam Axton dengan kesal.
"Tuan sepertinya Nona itu sedang membutuhkan bantuan" Ucap Luis.
"Itu bukan urusan kita" Jawab Axton dengan cuek.
Lusi langsung terdiam, ia bahkan tidak berhenti. Disaat mobil mereka melewati tempat perkelahian tersebut, tanpa sengaja Axton melihat Annabela.
Seketika jantung Axton berdebar-debar seperti mau copot, melihat Annabela yang sedang berkelahi bersama orang-orang berandal "Stop!!" Axton langsung meminta Lusi untuk berhenti.
"Sssssssssstttttt" Suara rem mobil.
Lusi benar-benar terkejut, hampir saja mobilnya terbalik gara-gara ia menginjak rem dengan Kuat. Lusi mengelus dadanya sambil menarik napas panjang.
Tanpa basa-basi Axton langsung keluar dari dalam mobilnya, ia berlari menuju ke arah Annabela.
Axton langsung melawan beberapa preman itu, suara pukulan terdengar di mana-mana. Axton memang tidak terlalu pandai dalam hal bela diri, tetapi ia tidak akan membiarkan wanita yang sangat ia cintai terluka. Meskipun sebenarnya dirinyalah yang pernah membuat luka di hati Annabela.
Annabela terkena pukulan di bagian lengannya, ia meringik kesakitan. Tetapi ia berusaha menahan perihnya luka di tangannya. Ini tidak seberapa dibandingkan rasa sakitnya hatinya.
Annabela belum sadar kalau yang menolong dirinya adalah Axton, ia hanya Fokus sama musuh yang ada didepannya.
Sedangkan Lusi masih heran sama Axton, ia kemudian keluar dari dalam mobil "Aneh ... Kenapa Tuan terlihat begitu perduli sama wanita itu? Siapa dia?" Batin Lusi sambil melihat Tuannya berkelahi.
Ketika Axton lengah, berandal itu mencuri kesempatan. Ia memukul Axton dari arah belakang "Pluk!!" Suara pukulan terdengar sangat keras sekali.
"Awas Tuan" Teriak Lusi dari arah jauh.
Axton terjatuh, ia menekuk lututnya sambil memegang leher bagian belakangnya "Aduh" Gumam Axton.
"Sialan Kalian" Teriak Annabela, ia langsung membantu Axton untuk berdiri.
"Tuan apakah anda baik-baik saja?" Tanya Annabela sambil merangkul Axton.
Lusi berlari dengan kencang, sambil membawakan peralatan pengobatan. Karena ia selalu menyediakan didalam mobilnya.
"Tuan apakah anda baik-baik saja?" Tanya Lusi dengan cemas.
"Aku tidak kenapa-kenapa" Jawab Axton sambil mengangkat tangan kanannya.
"Tapi anda terluka Tuan" Lanjut Lusi.
"Aku baik-baik saja"
Lusi tidak jadi mengobati Axton, ia terdiam menundukkan wajahnya. Sedangkan Annabela merasa bersalah, tanpa basa-basi Annabela langsung mengambil kotak obat itu dari tangan Lusi.
"Sini biarkan saya yang mengobati, anggap saja ini sebagai rasa terimakasih saya karena Tuan anda sudah menolong saya" Ucap Annabela.
Lusi bengong, ia tidak berkata ya ataupun tidak. Disaat Annabela memegang tangan Axton, ia melihat ada tanda di bagian punggung telapak tangan itu.
Sekujur tubuh Annabela merasa gemetar, ia seperti orang ketakutan "Tangan ini?" Batin Annabela.
Secara perlahan, Annabela melihat ke arah Axton. Kedua bola mata Annabela membesar, mulutnya terbukanya lebar. Kotak obat yang ada ditangannya jatuh berserakan.
"Hah" Annabela menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya.
"Annabela!!" Sapa Axton sambil tersenyum lembut. Axton berusaha menyentuh tangan Annabela.
"Tidak ... Ini tidak mungkin" Gumam Annabela, ia langsung pergi meninggalkan Axton begitu saja.
"Annabela kamu mau kemana?" Teriak Axton.
Annabela berlari membawa luka hatinya yang dulu, tetesan bening keluar dari kedua bola matanya.
Axton mengejar Annabela tanpa memperdulikan Lusi "Tuan ... Kita sudah terlambat ke kantor" Teriak Lusi.
Percuma Lusi membahas kantor, itu semua tidak ada artinya dibandingkan dengan Annabela.
Lusi menggaruk-garuk kepalanya "Ini baru pertama kalinya saya melihat Tuan Axton menatap seorang wanita dengan tatapan penuh cinta" Batin Stella, ia menjadi bingung sendiri.
Di pinggir jalan raya.
"Annabela berhenti" Kali ini, Axton mampu meraih tangan Annabela.
"Lepaskan Axton" Ucap Annabela.
"Annabela aku mohon biarkan aku berbicara sama aku sebentar saja" Axton seperti seorang pengemis.
"Apa yang akan kamu bicarakan? Tapi kalau kamu ingin membahas tentang masa lalu, saya tidak mempunyai waktu"
"Aku tahu aku salah Annabela, tapi aku mohon sama kamu berikan aku kesempatan. Karena ini tidak seperti yang kamu pikirkan"
"Kalau berbicara memang gampang, asal kamu tahu ya. Kemana saja kamu selama ini? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang di saat acara lamaran kita? Apakah kamu tidak mempunyai otak? Asal Kamu tahu, kamu sudah membuat hati saya hancur berkeping-keping"
Annabela tidak bisa menahan emosinya, air matanya terus saja mengalir membasahi pipinya. Ia melihat Axton seperti monster.
"Annabela aku mengaku salah atas kejadian itu. Sampai saat ini aku masih mencintai kamu Annabela, aku benar-benar tidak bisa melupakan kamu"
"Cinta kamu bilang? Setahu saya orang seperti kamu tidak mengerti apa itu cinta? Karena kamu adalah satu-satunya orang yang pernah membuat hati saya terluka. Sudahlah, tidak ada gunanya kamu membahas masalah Cinta jika kamu tidak tahu arti cinta yang sebenarnya"
"Ok fine!! Salahin saja Terus, tapi aku minta untuk kali ini saja, berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya sama kamu"
"Maaf saya tidak ada waktu"